Agatha's cancer

13 2 0
                                    

Jam pelajaran pertama, kami masuk ke laboratorium biologi. Sembilan kelinci desa sudah disiapkan untuk kami bedah pagi ini. Mr. Johny juga sudah siap dengan segala peralatannya. Aku hanya sanggup menelan ludah. Membedah kelinci? Hanya orang-orang dengan mental psikopatlah yang sanggup membedah kelinci! Kelinci, kan, hewan imut. Bagaimana bisa dibedah begitu saja? Mr. Johny tidak berperikelincian. Ya, ampun.

"Mengapa kelinci, Mr. Johny?" Keluh Violetta hampir menangis. Aku lihat wajah kami semua murung.

"Lebih baik, aku mengepel seluruh sekolah daripada harus membunuh kelinci selucu itu," Ujar Roger sedih.

Mr. Johny menyengir kuda. "Kalian telan mempelajari anatomi tubuh kelinci sebelumnya. Sekarang, mari kita bedah. Anggap saja ini ujian. Sekarang, kalian ambil peralatan yang dibutuhkan di dalam lemari. Kalian tentu sudah paham alat-alat untuk membedah kelinci," Perintahnya.

Aku melaksanakan perintahnya dengan setengah hati. Yang lain juga. Kecuali, Mike. Ekspresi wajahnya merasa tertantang.

Aku tahu Mr. Johny guru terbaik kami. Beliau tidak pernah marah. Kalaupun dia marah, mungkin namanya bukan marah. Dia hanya berusaha tegas mendidik kami. Violetta dan Devine juga selalu menjadikan Mr. Johny tempat curhat nomor satu. Clarice dan Agatha juga. Kecuali aku, aku belum pernah mencobanya.

"Bagaimana persiapan GTF? Ghost theatre festival?" Tanya Mr. Johny.

"Yang membuat naskah Avery. Persiapannya akan direncanakan sepulang sekolah. Pokoknya, kami optimis, kami akan melakukan yang terbaik," Jawab Mike. Yang lain mengangguk setuju.

"Bagaimana cerita yang kamu buat, Avery? Pastikan ceritanya seram," Ujar Mr. Johny.

Aku hanya tersenyum saja.

"Kalian boleh mengundangku dalam latihan, kapan pun, oke?" Katanya penuh perhatian. Kami mengangguk.

Hening.

"Bagaimana? Sudah siap untuk membedah kelinci?" Tanya Mr. Johny lagi.

Kami semua mengangguk dengan enggan. "Sudah..."

Aku menoleh pada Agatha yang duduk di sampingku. Kali ini, kami mengambil kelas yang sama, kelas bahasa Perancis. Mr. Robin sedang menerangkan pronunciation beberapa kata. Aku tatap Agatha dengan saksama. Kepalanya terbaring di atas meja. Tubuhnya terlihat lemas. Wajah pun pucat tidak beraura.

"Agatha, kamu terlihat aneh. Kamu tidak apa-apa?" Tanyaku.

"Aku baik-baik saja," Jawabnya lirih.

Aku menggeleng tidak setuju. "Menurut beberapa survei, apabila seseorang mengatakan 'aku tidak apa-apa', itu artinya'ada apa-apa'. "

"Aku tidak apa-apa Avery. Sungguh. Percayalah padaku," Sahutnya sambil berusaha untuk tersenyum. Lalu, dia menegakkan kepalanya. Beberapa helai rambut mengotori meja di hadapannya.

Aku menelan ludah.

"Rambutmu rontok, Agatha," Ucapku sepelan mungkin.

Dia tersenyum. Senyum misterius lebih tepatnya.

Dan, berbagai pikiran negatif menyerangku. Agatha memiliki kelainan rambut. Agatha belum keramas selama dua minggu. Agatha salah menggunakan shampo. Shampo milik Agatha dihabiskan oleh adiknya. Agatha kanker.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 25, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The EscapistTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang