Setelah kelas selesai, Reina keluar dari kelas dan menuju koridor, berharap tidak menemui George. Namun ternyata George disana, berlari mengejar Reina dengan sesekali membelah sekerumunan orang saat dia berlari.
Reina terus berjalan tanpa memperdulikan seseorang yang mengejarnya. Tiba-tiba, ia menabrak Carine.
"Reina!" seru Carine dengan wajah berbinar. "Lo gatau gimana bahagianya gue akhirnya ketemu lo lagi. Gue ditahan di TU lebih dari 2 jam, astaga. Dan lo salah, mereka nggak nganterin gue ke kelas, yang berarti gue harus nyari kelas gue sendiri,"
"Dapet kelas mana emang?" tanya Reina seraya mengambil selembar kertas di tangan Carine. Ia mengajak Carine untuk memojok, berharap George tidak tahu jika ia disana.
"Reina!"
Yang dipanggil pun menolehkan kepalanya, begitu juga dengan Carine.
George berlari kecil mendekati Reina, "Rei, gue harus—"
George berhenti di tengah jalan dan mengalihkan pandangannya ke Carine, mulutnya terbuka lebar. Begitu juga dengan Carine, pandangannya juga terpaku pada George.
"George," kata Carine, agak memincingkan matanya. Maklum, ia sebenarnya minus 2. "Itu lo, kan?"
"I-iya," balas George gugup, lalu menggaruk tengkuk kepalanya.
Carine tertawa dan berlari ke arah George, kemudian mengarahkan lengannya untuk memeluk George erat. George agak terkejut, namun kemudian ia membalas pelukan itu.
"Kalian saling kenal?" tanya Reina bingung.
"Iya," balas Carine. "Kita temenan dari kecil. Tapi, waktu itu gue harus pindah ke kota lain,"
"That's... sweet," kata Reina terkekeh. Ia berjalan mendekati kedua temannya itu dan mengembalikan selembar kertas tadi pada Carine. "Kayaknya, George bisa anterin lo ke kelas deh,"
Reina tersenyum ke arah mereka sebelum akhirnya berjalan pergi. Ia kembali membuat dirinya invisible dan berpikir bahwa tak ada lagi yang membutuhkannya.
"Rei," ujar seseorang yang tiba-tiba langsung menarik tangan Reina ke koridor lain.
"Woi, apaan sih," omel Reina, diikuti dengan orang itu yang membalikkan tubuhnya. "Blake?"
Blake menghela napasnya, "Soal kejadian kemarin,"
"Tolong, gausah dibahas lagi," lirih Reina, berusaha untuk berjalan pergi namun Blake menahannya.
"Gue cuma mau minta maaf atas apa yang terjadi kemaren," mulai Blake. "Don't get George wrong, it's just..."
"It's fine, Blake," balas Reina. "People like me never end up with someone like you,"
Blake mengernyitkan dahinya, "Lo ngomong apa sih?"
"Lo nggak ngerti? Gue itu cuma cewe cupu, freak ke semua orang di sekolah ini, terutama lo. Gue bahkan nggak punya kesempatan sama lo," Reina tertawa miris. "Setidaknya, cewe kayak Zenya punya kesempatan itu,"
"Gue udah nggak percaya sama semua omongan Zenya," kata Blake tegas.
Reina tersenyum, "Gue seneng dengernya. Ternyata ada juga orang yang berpihak sama gue,"
Tanpa menunggu balasan dari lawan bicaranya, Reina berbalik badan dan berjalan secepat yang ia bisa.
***
Carine datang ke rumah Reina setelah pulang sekolah. Reina merasa, bahwa Carine terlihat waspada terhadapnya, ia juga tidak terlihat antusias seperti sebelumnya. Carine melihat ke sembarang arah, memikirkan suatu hal dan seseorang bersamaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
more than this • b.r
Fanfictioncrazy enough, to be crazy over you. Written in Bahasa Indonesia. Copyright© 2018 by creamchocolate.