I

367 68 8
                                    

Tak ada yang berubah dari isi café itu. Interiornya masih sama. Bahkan posisi meja kursinya.

Kita selalu mengambil meja di pinggir sana, karena kau suka cahaya matahari.

Aku menatap pantulan diriku di kaca café dan tanpa sadar tersenyum geli mengingat komentar blak-blakanmu bertahun-tahun yang lalu.

Your words were as beautiful as a flower
I remember the color you had
Violet

Ini bukan pertama kalinya kita bertemu seperti ini. Tapi aku tak bisa mencegah butir keringat gugup yang terus terbentuk di kedua pelipisku.

Kali ini berbeda. Aku sudah bertekad akan mengutarakan perasaanku.

Violet datang beberapa menit kemudian, terlihat lebih cantik setiap harinya.

“Hai…” Sapanya pelan. Entah kenapa wajahnya terlihat menahan geli.

“Kenapa?” Tanyaku ketika Violet tak bisa lagi menahan gelak tawanya.

“Kenapa kau mengenakan itu?” Tangan mungilnya menunjuk ke arah setelanku.

Ya, aku hari ini mengenakan setelan. Kemeja putih, celana kain hitam dan jas hitam. Minus dasi, karena aku tidak bisa memasang dasi sendiri.

Keningku berkerut. “Jelek ya?”

Violet menggeleng pelan, masih terkekeh geli. “Bukan. Hanya saja kurang tepat. Kau lebih seperti orang yang mau bertemu presiden.”

Gadis di depanku ini sepertinya menyadari perubahan ekspresiku. Violet kemudian menggenggam tanganku lembut.

“Hei, lain kali kita bertemu, pakai baju santai saja. Kau terlalu tampan dengan jas itu. Aku tak mau gadis-gadis lain melirikmu.”

Apa pun yang gadis itu katakan, entah kenapa selalu bisa meringankan beban di hatiku.

Musim semi hari itulah kami resmi menjadi sepasang kekasih.

.

A Violet to Remember ∞ [K.H.G]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang