01

38 1 0
                                    

Asyfa, bangun nduk sudah jam berapa sekarang?" 

"hmmmm,bentar lagi bu Syfa masih nagntuk." ucap Asyfa sambil memperbaiki selimutnya.

Ibu yang melihat tingkah Asyfa seperti itu hanya menggelengkan kepala.

"ck, anak gadis macam apa ini? Tidurnya kaya kebo mati. Ayo cepet bangun, tapi katanya kamu ada jadwal kuliah sekarang?  Nah cepat beres beres sekalian antar ibu ke pengajian yang dekat pesantren itu." 

Mendengar kata jadwal kuliah, Asyfa langsung duduk berlari ke kamar mandi. Sesudah sholat shubuh tadi Asyfa mekanjutkan kembali tidurnya, dan sekarang ia hampir telat. Asyfa kuliah jurusan ekonomi di suatu universitas terkenal di daerah bandung. Sebelum berangkat kuliah ia selalu membantu Ibunya membereskan rumah,seperti memasak, cuci piring dan sebagainya. Sebenarnya bisa saja sang Ibu mengerjakan semuanya itu,tapi Asyfa tidak memperbolehkan sang ibu megerjakan semua itu, karena baginya di usia senja Ibu dan Ayahnya harus bersenang senang. 

"Asyfa...."

"ia bu, sebentar lagi beres". Teriaknya dari dalam kamar mandi. 

" ya sudah ibu tunggu di depan saja ya, awas kalau sampai lama ibu plintir kamu." ucap sang Ibu.

Mendengarkan ocehan sang Ibu Asyfa hanya terbahak, emang begitulah setiap harinya ibu dan anak itu. Ayah mendengarkan percekcokan itu hanya bisa menggeleng geleng kepala.

Setelah siap membereskan semua keperluannya, Asyfa menaiki motor kesayangannya yang telah menemani dirinya hampir tiga tahun ini. Motor itu di belikan oleh kakak Asyfa yang nomor tiga khusus untuk dirinya bolak balik ke kampus. Ya, rumah Asyfa tidak terlalu jauh dari kampus, maka dari itu ia bisa bolak balik. 

"ayo bu, teriak Asyfa dari atas motor".

"ck, kamu yang telat kok malah teriak teriak." ucap sang ibu menuju dari rumah tetangga ke tempat Syfa."

Mendengarkan perkataan sang ibu, Asyfa hanya nyengir kuda.

"kamu ini nduk,kebiasaan pergi terburu buru nanti ngebut di jalan." oceh Ibu Asyfa sambil menaiki motor.

"hihihi,nggak kok bu. Yaudah ibu pegangan! Kita berangkat." ucap Asyfa dengan kekehan halus, sang ibu yang mendengar hanya menggelengkan kepala.

Beberapa menit kemudian, motor Asyfa berhenti di depan mesjid tempat ibunya mengikuti pengajian rutin setiap hari jum’at pagi. 

"Syfa pergi dulu ya bu," ucapnya sambil mencium tangan sang ibu. 

"kamu ngga ikutan pengajian nduk?"

"enggak ibuku sayang,kan Syfa ada kelas sekarang. Kalau ngga ada kelas baru Syfa ikut," ucapnya dengan senyuman hangat.

Ya benar, sudah beberapa bulan ini Asyfa ikut pengajian bersama sang ibu di sini. Sebenarnya sang ibu sudah lama sekali mengajak Asyfa ikut pengajian bersamanya ,tapi Asyfa menolak dengan Alibi kuliah dan masih muda. Dulu Asyfa berfikir ngapain ikut ikut pengajian ini kalau masih muda. Nanti aja kalau udah tua baru ikut pengajian. Tapi itu pemikiran Asyfa dulu sebelum Allah mengetuk pintu hatinya dan memberikan hidayah-nya kepada Asyfa. Sekarang Asyfa sudah rutin mengikuti pengajian,sholat dan mengaji setelah ia benar benar hijrah. Ya, Asyfa sudah menjemput hidayah dari Allah. Sekarang ia memperbaiki segala cara berpakaian dan semua sifatnya yang pecicilan itu. Meskipun berhijrah tidak mudah yang Asyfa bayangkan,banyak cemoohon yang ia dapat dari teman maupun kelurganya. Tapi Asyfa tidak menyerah demi berubah ke arah yang lebih baik. Bukankah berubah itu membutuhkan proses yang cukup lama, dima semua sifat buruk yang di bawa dari lahir tidak mudah untuk di hilangka.

"nduk, katanya buru buru kok malah melamub toh." tepukan sang ibu mendarat ke bahu Asyfa membuat ia terkejut dari lamunan.

"eh iya bu", cengir Asyfa. " yaudah Syfa berangkat dulu ya bu. Assalamualaikum", ucap Asyfa sambil melajukan motornya menuju ke kampus.

"waalaikumsalam", jawab sang ibu sambil tersenyum dan langsung masuk ke dalam mesjid.

********

Asyfa masuk ke kelas dengan nafas tersendat sendat, ia habis berlari dari parkiran menuju kelas yang berada di lantai tiga. Asyfa terpaksa menaiki jenjang manual karena lift kampus sangat padat. 

"lama banget sih non", bisik seseorang yang berada di sebelah bangku yang Syfa duduki. 

"biasa," cengir Asyfa.

"nyonya besar?"

"ya,begitulah." ucap Asyfa sambil mengangkat bahu acuh.

"ck, anak yang berbakti sekali."

"ah,diam brisik tau nggak."

Susan yang berada di kursi sebelah Asyfa hanya tersungut sungut. Asyfa terkekeh geli melihat ekspresi yang di keluarkan oleh sahabatnya yang satu ini. 

Setelah berkutik dengan hitung hitunga yang Asyfa tidak mengerti sama sekali, akhirnya perkuliahan berakhir.

"huft, akhirnya selesai juga." ucap Asyfa merenggangkan otot otot tangannya. 

"ck, orang masuk jam delapan kamu datang jam seluluh kurang", ucap Nur salah satu sahabat Asyfa yang berada di depannya. 

Asyfa hanya nyengir kuda, " maklumlah nyonya besar harus di utamain". 

"dasar,bilang aja kamu ketiduran. Pakek alasan ibu segala lagi." ucap Yeni menimpali.

Asyifa hanya terkekeh dan bangkit dari tempat duduk menghampiri sahabat sabatnya itu. Ia bahagia selama kurang lebih tiga tahun terakhir ini mereka yang selalu menemani hari hari Asyfa di kampus. Meski banyak Asyfa berteman dengan orang,tapi yang benar benar menjadi sahabat Asyfa adalah mereka berempat. Tidak jarang mereka cekcok tentang masalah yang spele,tetapi hanya waktu dekat mereka baik kembali.

"udah ah,aku lapar sekali." ucap Asyfa sambil memboyong ke empat sahabatnya keluar kelas.

Akhir Sebuah PenantianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang