02

51 0 0
                                    

“Assalamualaikum,” ucap Asyfa sambil memasukkan motor kedalam rumah.

“waalaikumsalam, tumben lama pulang nya  nduk? Biasanya kan jam enam udah nyampe rumah.” Ucap sang ibu sambil menonton tv.

“iya buk, tadi keluar kelasnya agak lama.”

“yaudah sana sholat magrib dulu,nanti keburu habis waktunya.” Ucap sang ibu masih dengan posisi di sepan tv.

“iya bu,” ucap Asyfa.

Setelah selesai melaksanakan sholat magrib, Asyfa keluar dari kamar dan menghampiri ibunya yang masih setia duduk di depan tv. “ Ayah mana bu?” ucap Asyfa sambil mengambil remot dan menukar cahanel tv.

“ kamu itu nduk, main tukar tukar aja, ibu kan lagi nonton bang Haji Rhoma irama.sini balikin remotnya.” bukannya menjawab pertanyaan Asyfa sang ibu malah ngomel karena chanel tv yang di tukar Asyfa.

“ye, ibu orang nanya apa malah jawabnya apa.” Cibir Asyfa sambil mengembalikan remot kepada sang ibu.

“Ayah man...” belum sempat Asyfa menyudahi ucapannya terdengar suara  salam Ayah dari luar.

“Assalamualaikum”, ucap sang ayah.

“waalaikum salam,” Asyfa langusng duduk dan membukakan pintu. Asyfa mendapati sang ayah berdiri di pintu masuk dengan membawan ikan mujair yang begitu besar.

“wah, besar sekali yah.”

“iya, ini bawa ke dalam. Ayah mau memasukkan motor dulu,” ucap sang ayang sambil berlalu.

Ibu Asyfa yang mendengarkan percakapan anak dan ayah itu hanya diam, pasalnya sudah hal yang lumrah bagi Ibu.

“ibu nggak bilang kalau Ayah mancing,” ucap Asyfa setelah meletakkan ikan ke belakang dan kembali duduk di sebelah Ibunya.

“gimana mau jawab, kalau pertanyaan kamu itu sudah terjawab dengan sendirinya.” Ucap  ibu sambil terkekeh.”

Asyfa hanya memajukan bibirnya medengarkan perkataan  ibu. “ bu, kak Ros ada nelfon nggak?” tanya Asyfa.

“ada tadi,tapi hanya sebentar. Kakak kamu itu pikirannya kerja terus, nggak tau apa umurnya sudah layak buat menikah.” Ucap  ibu sendu.

Asyfa yang mendengarkan itu ikut merasa bersalah,pasalnya alasan kakaknya yang satu itu tidak  mau menikah kerena ingin melihat Asyfa tamat kuliah dulu. Kak Ros bilang ia fokus mencari uang untuk biaya kuliah Asyfa dahulu. Setelah Asyfa tamat baru ia mengumpulkan modal buat menikah nanti.

“maafkan Asyfa ya bu, karena Asyfa kak Ros jadi nggak mau menikah,” ucap Asyfa sendu.

“ sudah Ibu bilang ke kakak kamu itu, jangan terlalu memaksakan diri untuk bekerja. Kakak kamu yang lain masih bisa membantu untuk biaya kukliah mu itu,dia tidak sendirian dalam membiayai kuliah kamu ini, tapi dia tetap ngotot.”ucapa  Ibu Asyfa sambil mengarahkan pandangannya ke pada anaknya itu, Ibu  melihat anak bungsunya itu measa bersalah ia tersenyum dan mengangkat wajah Asyfa dengan lembut.

“tidak usah merasa bersalah begitu sayang, mungkin belum ada jodoh kak Ros mu itu. Nanti kalau udah ada jodohnya ia pasti menikah kok,tidak berlaku lagi alasannya yang seperti itu.”

Asyfa tersenyum dan memeluk ibunya erat. Ayah yang melihat ibu dan anak itu mengahmpiri mereka dan ikkut duduk bersama.

“ada apaan sih, kok pelukan nggak ngajak ngajak ayah.”

“ini yah anak mu ini,sudah besar masih aja manja. Ngga tau apa bentar lagi mau nikah.” Ucap  ibu dengan kekehan halus.

Asyfa mendengarkan itu langsung melepaskan pelukan  ibu, “ maksud ibu apa?” ucap Asyfa dengan heran.

Ibu yang yang keceplosan,langsung gelagapan dan melihat ke arah ayah untuk meminta bantuan. Ayah yang melihat itu langsung paham.

“ iyalah, dengan umur kamu yang udah jalan duapuluh satu ini udah pantas nikah dong, mana tauan jodoh kamu yang datang duluan dari pada jodoh kak Ros mu.” Ucap sang ayah dengan kekehan yang semurni mungkin supaya anak bungsunya itu tidak curiga.

Asyfa diam sesaaat dan setelah itu ia ketawa dengan keras, “ ya nggak mungkin lah Yah, meskipun begitu aku tidak akan mau. Masak aku duluan dari pada Kak Ros, nggak mau ah.” Ucap Asyfa masih dengan ketawa.

“ya mana tauan kan nak,” ucap sang ibu ikut menimpali.

“ah ibu sama aja kayak ayah, udah dulu ah aku mau ke kamar,tugas ku numpuk.” Ucap Asyfa sambil berlalu meninggalkan mereka.

Ayah dan ibu Asyfa hanya menghembuskan nafas berat dan saling memandang, melihat respon yang di berikan oleh putri bungsunya itu.

*********

Hari demi hari berlalu,dan bagi Asyfa semua hari serasa sama. Dimana ia menjalanjkan aktifitasnya seperti biasa. Tugas yang menumpuk,rumah yang di bereskan dan sekali sekali kalau tidak ada jadwal perkuliahan di hari jum’at ia mengikuti pengajian bersama  ibu. Lelah ? iya, tapi Asyfa sadar lelahnya tidak sebanding dengan lelah yang di rasakan oleh kakak kakanya yang bekerja mencari uang untuk biaya pendidikannya. Meskipun di dalam belajar Asyfa tidak begitu pandai,tetapi ia bisa berpandai pandai dalam perkuliahannya itu. Yang di fikirannya sekarang adalah bagaimana cara agar tamat dari Universitas dan bekerja mencari uang untuk membahagiakan keluarganya. Sudah cukup kakak kakaknya lelah demi dirinya.

“nduk, kamu ada di dalam?” suara ibu menyadarkan Asyfa dari lamunannya.

“ia bu, masuk aja.” Balas Asyfa.

ibu membuka pintu kamar mendapati si bungsunya itu lagi berkutat dengan hp dan buku yang beseraakan,tampaknya bungsunyaa itu istirahat sejenak dari tugas tugas yang melelahkan. Ibu menghampri Asyfa dan tersenyum, “ kamu lagi ngapain nduk?”

Asyfa duduk dan tersenyum mendengarkan pertanyaan sang ibu,” ini bu lagi ngerjain tugasku.”

“kamu berapa tahun lagi tamat sayang?” pertanyaan ibu membuat kening Asyfa berkerut.

“inshaallah satu tahun lagi bu, kenapa bu? Tumben tumbenan ibu nanyain itu?”

“nggak, ibu Cuma nanya doang,tidak terasa ya nduk kamu udah besar. Sebentar lagi kalau jodohmu datang kamu juga akan menikah.” Ucap ibu sambil megusap raambut Asyfa dengan lembut.

“ih ibu mah bahas nikah terus, ingat ya bu meskipun aku udah besar dan umurku udah siap menikah, belum ada kepikaran untuk kesana bu. Yang aku fikirkan sekarang bagaimana caranya cepat tamat dan bekerja agar bisa membantu keluarga. Ibu jangan khawatir soal itu,dan kalau ada orang yang nanyain aku bilang aja aku masih kecil. Biasanyakan di usia seperti ini rentan untuk di tanya tanyain begitu,apalagi aku di lihat orang di rumah aja.” Kekeh Asifa.

Ibu yang mendengarkan itu hanya tersenyum kecut,” kalau kamu nikah sekarang kan biaya kuliah kamu bisa di tanggung oleh suami kamu nduk." Sudahlah kamu lanjutkan pekerjaanmu ibu keluar dulu.” Ucap ibu sebagai guyonan sambil mecubit hidung bungsunya itu dan berlalu keluar. Asyfa tertegun mendengarkan perkataan sang ibu. Asyfa sadar kalau itu pernyataan yang di buat sebagai guyonan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 01, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Akhir Sebuah PenantianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang