Chapter 2 : Take you home

12 1 0
                                    

Pada waktu istirahat, memang banyak kegiatan yang dilakukan para siswa. Dari mulai makan di kantin, bermain sepak bola atau basket, bernyanyi di koridor sekolah, atau seperti yang dilakukan beberapa siswi ini.

3 orang siswi sedang membawa buku ditangan mereka masing-masing, dan mereka mengerubungi Allen. Entah mereka hanya modus atau bagaimana. tapi pemandangan ini sudah biasa bagi anak-anak SMAN 54.

Silva yang baru saja melewatinya tak terlalu mempedulikannya. Ia terus berjalan dengan Gista dan Keira, sebelum seseorang memanggil namanya dan membuat mereka berhenti.

Terlihat Allen berada di belakangnya. Menggenggam kemasan susu coklat di tangannya.

"Hai," sapa Allen. Matanya hanya tertuju pada Silva, tak ada yang lain.

"Hai," Silva tersenyum manis. "Kenapa?"

"Buat lu, Sil." ia memberikan susu coklat di tangannya.

"Kan, gua pernah bilang gak usah repot-repot, Len." balas Silva.

"Gapapa, mulai sekarang lu terima ini dari gua setiap istirahat ya. Gua gak terima penolakan," Allen tersenyum manis. "See you around."

Allen menepuk bahu Silva dengan lembut sebelum berbalik badan.

"Makasih, Allen!" ucap Silva agak berseru agar Allen mendengarnya.

"Sil?" kedua temannya bersamaan. Mereka ingin mempertanyakan kejadian yang baru saja mereka lihat di depan mata.

"Hmm?" Silva menceluskan sedotan lalu mulai meminum susu coklatnya.

"Orang waras mana yang bilang itu bukan pacaran?" tanya Keira dengan nada sarkastik.

"Kita beneran gak ada apa-apa. Gua juga gak tau kenapa dia gitu," Silva tertawa kecil.

"Feeling gua ada something, sih." ucap Gista. "Gua mencium bau-bau cupid."

"Ngarang," timpal Silva.

----

4 jam pelajaran telah usai, bel pulang sekolah telah berkumandang. Perasaan terindah bagi para siswa. Silva dan kedua temannya keluar dari kelas.

"Gua ke ruang OSIS dulu ya sebentar." ucap Silva. "Kalian tunggu gerbang aja."

Gista dan Keira pun menuruti perkataan Silva. Mereka berjalan menuju gerbang sekolah sementara Silva menuju ruang OSIS. Silva juga tak tau apa tujuan Renata memanggilnya.

"Hai," ucap Renata ditemani dengan ketiga "prajuritnya."

"Kenapa, Ren?" tanya Silva dengan wajah polosnya. Ia benar-benar tidak tau apa yang akan terjadi selanjutnya.

"Cuma mau chit-chat aja sebentar," Renata tersenyum. Namun dibalik senyumnya, tersirat sesuatu.

"Masuk, Sil." ucap Gladys. Ia menutup pintu di belakang Silva, dan menyuruh Silva duduk di kursi kayu di hadapan Renata.

"Udah lama temenan sama Allen?" tanya Renata. Nadanya menunjukkan bahwa ia tidak suka.

"Engga," Silva menggeleng. "Kenapa?"

"Oh, Gapapa. Renata cuma gak suka kalo lo deket-deket sama Allen." jawab Laura dengan tegas.

"Kami cuma temenan, gak lebih." ucap Silva memperjelas.

"Engga boleh!" seru Renata. "Gak ada yang boleh deket sama Allen selain gue!"

Renata mulai berjalan mendekati Silva. Bertepatan dengan Gladys yang mengguyur gadis itu dengan air kotor.

"Maksud kalian apa?" Silva hampir berseru. Ia hendak berdiri namun bahunya di tahan oleh Gladys.

"Ini akibatnya, kalo lo main-main sama gue!" Renata menekankan setiap katanya. Ia menjambak rambut gadis tak bersalah itu.

"Ren, udah." ucap Claire yang sedari tadi tak bergeming.

"Diem lo!" Renata semakin berapi-api. "Kalo lo belain dia, lo udah tau kan resikonya!"

Claire kembali diam seperti semula.

Silva hendak berdiri lagi, tapi itu malah membuat Laura membantu Gladys memeganginya.

"Lepasin." ucap Silva dengan tegas.

"Diem!" bentak Renata lalu menceplokkan telur diatas kepala Silva.

Tangisannya tak dapat di bendung lagi. Ia berteriak sekencang-kencangnya. "Tolooong!"

"Gak bakal ada yang bisa denger lo disini," ucap Renata dingin.

Renata tersenyum jahat. "Gue pesenin ke elo sekali lagi, jangan sekali-kali lagi deketin Allen atau gue gak akan segan-segan ngelakuin lebih dari ini."

Renata, Gladys, Laura, dan Claire keluar dari ruang OSIS. Meninggalkan Silva yang kini menangis tersedu-sedu.

---Sementara itu---

"Silva mana sih? Udah hampir setengah jam dia gak balik-balik." keluh Keira karna hari sudah semakin sore.

"Silva kemana?" tanya Allen yang kebetulan berhenti di samping mereka.

"Gak tau, katanya sih ke ruang OSIS." jawab Gista.

"Lo yakin dengan kita gituin dia, dia bakal berenti?" samar samar terdengar percakapan dari Renata and the gang.

"Gue juga udah ancem dia kan, lo kenal gue lah."

Tiba-tiba Allen merasakan sesuatu yang tidak enak dihatinya. Ia segera berlari ke ruang OSIS. Mengesampingkan segala pikiran negatifnya.

Sesampainya di depan ruang OSIS, ruang itu terkunci.

"Silva!" panggil Allen dari luar.

Suara itu memekakkan telinga Silva. Ia berusaha menjawab, namun suaranya menjadi parau karna tangisnya itu.

"Silva jawab!" seru Allen lagi.

"Disini," ia berusaha teriak entah didengar atau tidak.

"Jangan deket pintu, ya. Mundur." suaranya lantang dan bernada cemas.

"Silva di dalem?" tanya Gista yang baru saja sampai dengan Keira.

"Iya, kunci ruang OSIS ada di siapa?" tanya Allen.

"Gak tau gue." ucap Keira.

Tak ada pilihan lain, Allen harus mengerahkan seluruh tenaganya untuk mendobrak pintu di hadapannya.

3 dobrakkan akhirnya meruntuhkan pintu itu.

"Silva!" seru kedua temannya yang langsung menghampirinya.

"Kenapa lo bisa begini?" tanya Keira, cemas dan emosi mendominasi hatinya.

"Renata," Allen menggumamkan nama itu dengan geram.

"Ayo kamu aku anter pulang," ucap Allen.

"Kita bersihin dulu badannya," ucap Gista membawa temannya itu keluar dari ruang OSIS bersama Keira.

Allen menunggu mereka di depan toilet siswi. Tak ada yang lebih penting dari Silva sekarang.

"Ayo pulang," ajak Allen saat mereka sudah keluar dari toilet.

Allen menuntun Silva menuju parkiran sekolah. Mereka menaiki mobil Picanto warna hitam milik Allen.

"Sorry ya," ucap Allen demi memecah keheningan.

Silva menoleh kepadanya lalu tersenyum, "Gapapa."

Senyuman Silva tak seperti biasanya, senyuman miris itu menyayat hati Allen.

Sisa perjalanan menuju rumah Silva diwarnai dengan keheningan. Hanya beberapa percakapan saat menunjukkan arah jalan. Aura abu-abu mendominasi ruangan.

"Makasih, Allen." ucap Silva lalu segera keluar dari mobil Allen.

-----
Song : Ruth B - If this is love

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 30, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AlmostTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang