1. Rebutan Kamar Mandi

151 8 4
                                    

Ucup

Kegiatan kami para santri Sabilul Muhtadin, di desa rembes, kecamatan Arjawinangun, Kabupaten Cirebon, sehabis sholat subuh dan mengaji kitab Al-Qur'an adalah tidur.

Gue, Salim, Acep, dan Ujang adalah korbannya. Sebenarnya kami malas untuk mandi. Yang tiap harinya harus mengantri. Padahal jam 07.00 harus siap-siap pergi ke sekolah. Ah, masa bodo. Tiap harinya kami menunggu kamar mandi kosong. Itu kebiasaan kami.

Gue tidur sangat lelap. Tp, tidur gue terganggu saat Acep mendengkur dengan kerasnya. Ih, ganteng-ganteng mendengkur. Sialan.

Gue mencoba mengabaikan suara dengkuran yang amat keras itu. Tp,nihil. Suara dengkuran itu seakan-akan melarang gue untuk tidur. Gue terbangun dengan mata sayu. Ternyata bukan gue aja yang terganggu, Salim pun sama terbangun dari tidurnya.

Salim mengucek matanya "Cup, ini suara apaan ya? Ko mengganggu banget? Suara motor ya? Ya udah, reang tidur lagi aja dah." Ucapnya ngawur. Tubuh tingginya tumbang sambil memeluk erat guling kesayangannya.

Gue hanya menggeleng pelan. Ternyata Salim belum sadarkan diri.

Mata gue minta tidur. Gue nggak kuat nahan kantuk lagi. Gue membaringkan tubuh ini dengan perlahan-lahan. Suara dengkuran itu masih terngiang jelas di gendang telinga gue. Ah, gue abaikan saja. Yang penting gue bisa tidur dengan nyenyak.

1 menit gue tertidur. Tiba-tiba suara jeritan membangunkanku.

Aaaaarrrgghhh...

Gue, Salim, dan Ujang terbangun dari tidurnya.

"Ada apa ini?" Tanya Ujang dengan mimik bingungnya.

Tatapan mata kami beralih menatap Acep yang tengah tidur pulas. Ooh, ternyata dia yang ngelindur. Sialan.

"Kayaknya tadi Acep deh yang jerit..." tebak Salim. Gue dan Ujang mengangguk membenarkan. "Reang kaget banget. Dikira suara apaan dah."lanjutnya.

"Aaaarrgghh...isun masih ngantuk niiihh" Ujang mengacak-acak rambutnya frustasi.

"Gue juga sama cuuy. Ah, dasar Acep. Bisanya ganggu aja. Gue mau tidur lagi daaah..."gue kembali membaringkan tubuh ini yang masih lemah.

Ujang dan Salim saling menatap. Dalam hitungan 3 detik mereka membantingkan tubuhnya. Dan siap untuk bermimpi apa saja.

*****

"Ucuuuuuppp..... Aceeeppp....Ujaaang... Saliiimm... bangun woy banguuunn...." kang Iqi berteriak sekencang-kencangnya, agar mereka bangun dari dunia mimpinya.

Kang Iqi salah satu pengurus pondok pesantren Sabilul Muhtadin. Perawakannya tinggi, seperti Salim. Ia memakai kacamata minus. Orangnya terkadang sangat menyebalkan. Mulutnya mengandung radio FM, apapun itu pasti terkena omelan. Sangat menyebalkan memang. Tetapi, kang Iqi memiliki kelebihan yang luar biasa. Pintar menggambar, mahir dalam bidang musik, hafal alfiyah, pokoknya dalam bidang sosial pun ialah yang paling unggul. Semua anak santri Sabilul Muhtadin mengakui akan hal itu. Tp, mereka paling tidak menyukai dengan mulut merconnya.

Kang iqi masih saja menggoyang-goyang tubuhnya Ucup, Salim, Acep, dan Ujang, yang sedari tadi tak bangun-bangun dari tidurnya.

Kebersamaan Kami Sebagai SantriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang