II

13 3 0
                                    

"siapa kak, kok dimatiin? " tanya Resha melihat wajah Rama berubah

"udah, gak penting juga. Ayo keluar! "

Mereka bertiga berjalan menuju tepi pantai. Resha menatap kagum ke arah pantai. Dia pernah datang kesini dulu saat panti asuhan mengadakan tour, tapi dia memilih menunggu dimobil daripada turun. Dan Resha sekarang mengetahui betapa indahnya pemandangan dipantai.

Sedangkan, Rama dan Rifqi di belakangnya. Rama hanya membentuk senyum tipis sambil menghadap ke arah pantai, dan Rifqi melihat Rama dengan tatapan penuh kekesalan.

Rama dan Resha mulai bermain di sana, pergi menuju ombak dan berlari lagi menjauhi ombak. Mereka sekarang sama saja seperti anak kecil yang baru pertama kali bermain di pantai. Mereka juga sempatkan bermain pasir dan membentuk sebuah istana.

Tak terasa sunset pun terlihat, matahari kini telah tenggelam. Tapi, mereka tetap tak beranjak dari bermainnya disana. Sedangkan, Rifqi menghentakkan kakinya ke pasir dan mendumel karena kelakuan sahabatnya yang dari tadi menganggapnya tidak ada. Sebenarnya, Rifqi juga senang berada dipantai, tapi jika tidak dianggap ya percuma saja. Tapi, disisi lain Rifqi senang karena kedua kakak beradik itu bisa tersenyum dan tertawa lepas.

---

"beneran gak mau makan dulu? " Rama kembali bertanya kepada Resha

"gak papa, besok pagi aja. Aku udah ngantuk soalnya"

"yaudah, ini koper kamu. Kamar kamu ada diatas, cari pintu warna coklat. Itu kamar kamu. " ucap Rama sambil memberikan koper yang sedari tadi ia seret ke apartemennya.

Resha menerimanya dan mulai jalan ke atas meninggalkan Rama dan Rifqi.

"Ram, lo boleh mau nyenengin adik. Tapi kalo kelewat batas ya, kita bisa rugi juga" Rifqi sekarang harus meluapkan segala sesuatunya agar tak ada salah dimengerti

"kelewat batas apanya sih? Emang ngajak adik jalan salah? "

"gak juga. Tapi, kenapa lo lupain kerja kelompok itu? "

"udah gak papa, itu biar jadi urusan gue. Gue gak mungkin langsung bawa dia pulang tadi. Kita udah maksa dia pulang kesini. Masa iya gue langsung pergi aja. Gue tau, lo ada. Tapi dia aja belum kenal banget sama lo."

"kalo lo jelasin baik baik kan, dia pasti bakal ngerti. Percuma dong gue bangun pagi pagi dengar omelan lo, tapi lo juga gak kerja kelompok"

"jadi nyesel? " Rifqi menghembuskan nafasnya kasar sambil melihat Rama naik ke atas menuju kamarnya.

Baru kali ini, Rifqi melihat seorang Rama mau merugikan nilainya sendiri karena ingin menyenangkan adik. Sama Raka saja, dia malah marah jika papanya mengambil cuti sekolahnya begitu saja dengan alasan menemani papanya liburan. Rama pasti bakal ngomong 'nanti kalo nilai aku rendah gimana. Liburan terus sih'

---

Pagi ini, Resha menyiapkan nasi goreng untuk Rama dan juga Rifqi. Resha sekarang sedang menatap keduanya yang sedang makan. Rama malah sibuk dengan makanannya dan juga pikirannya, apa yang akan terjadi di sekolah nanti. sedangkan Rifqi sibuk saja menoleh kearah Resha karena risih diperhatikan terus menerus.

"ngapain lo liatin kakak gitu? " tanya Rifqi sukses membuat Resha mengerutkan dahinya dan menatap Rifqi tajam.

"gak baik kak-"

"ngobrol sambil makan. Gitu!" Rifqi langsung memotong ucapan Resha begitu saja.

"siapa yang mau ngomong itu. Aku cuma mau bilang, gak baik ngobrol pake lo gue. Bagi aku itu, bahasa yang kurang sopan."

Kisah Eleven People + 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang