Bab 10: Semua Selamat?

206 2 0
                                    

"Silakan saja kau menyakitiku, namun dengan catatan kau sendiri yang menanggung dosamu, karena sungguh, aku tak mencari-cari masalah denganmu."
-Sherine-

***

"Apa?! Sherine sudah ditemukan?!"

Koko dan Galih langsung terkejut bukan main ketika mendengar seruan tiba-tiba dari Gusti. Benarkah gadis pindahan itu sudah ditemukan?

"Sherine sudah ditemukan? Di mana dia?" tanya Galih secara tiba-tiba, sedangkan Koko hanya menganga, tak berkata apa pun.

Gusti mendengarkan apa-apa yang dikatakan seorang gadis di seberang sana dengan saksama. Setelah selesai, lelaki Budha itu memberitahukan sesuatu pada teman-temannya. "Nanti dia akan mengirim lokasinya kepada kita. Cek WhatsApp masing-masing ya!" seru Gusti yang langsung saja dibalas dengan anggukan kepala oleh Galih dan Koko.

Beberapa saat kemudian, panggilan telepon pun terputus. Mereka tinggal menunggu suatu lokasi yang dikirim langsung dari Chi, Melly, maupun Jenny. Benar saja, lokasi sekarang itu diterima secara langsung oleh ketiganya. Gusti menerima lokasi dari Chi, Galih menerima lokasi dari Jenny, dan yang lebih parahnya lagi bagi Koko, dirinya menerima lokasi dari  Melly, seorang gadis yang tak diharapkannya setelah kejadian tadi.

Tetapi apa boleh buat, Koko hanya menerimanya dan tak membalas pesan yang dikirimkan oleh Melly, sedangkan Gusti dan Galih malah melakukan hal yang sebaliknya. Setelah itu, barulah ketiganya melanjutkan perjalanan, ketika satu orang memimpin pencarian Sherine untuk saat ini.

***

"Katakan padaku, kau mau apa? Kau mau menghancurkan persahabatan kami?" tanya Chi dengan nada bicara yang semakin meninggi.

Ceritanya, Chi, Melly, dan Jenny sudah sampai di lokasi dan di hadapan mereka, ditemukanlah Sherine dalam kondisi pingsan, dengan posisi digantung dan disandarkan pada suatu tanda yang pastinya umat Kristen maupun Katolik pasti mengetahui hal itu.

Di hadapan ketiga orang gadis, ada juga seorang lelaki yang berniat untuk membunuh Sherine malam itu juga. Benar-benar niat yang menjijikkan. Tak ada siapa pun yang menyukai tindakan busuk yang akan diperbuat.

"Sherine adalah temanku. Teman dan saudara kami. Tak ada siapa pun yang boleh menyakitinya. Karena kami bersatu meski berbeda-beda agama, tak ada yang boleh menyakiti satu orang pun dan menghancurkan ikatan rantai persahabatan. Kau tahu itu, 'kan? Penjahat busuk?" sahut Melly kemudian.

Penjahat itu menggelengkan kepalanya, pertanda bahwa dirinya tak mengetahui apa-apa. Sungguh, dia seorang manusia yang tak pernah menyadari akan dosa-dosa yang pernah dilakukannya selama ini. Lebih tepatnya, tindakan busuknya ini membuat seorang lelaki yang tak dikenal tersebut lebih dikenal sebagai binatang tak berakal, bukan makhluk yang berakal.

"Ternyata kau itu bukan manusia, ya. Kau adalah seorang binatang yang tak berakal, tak merasa bersalah atas semua yang kau perbuat untuk Sherine!" seru Chi seraya menunjuk seorang pemuda asing di hadapannya. Lantas, Melly dan Jenny langsung menghampiri Chi untuk menenangi teman mereka. Sebenarnya, tak dibenarkan bagi Chi untuk memaki seseorang yang tak dikenal di hadapan mereka bertiga.

Mungkin saja semua agama mengajarkan tata cara sopan santun, 'kan? Sebenarnya Chi mengetahui hal itu, tetapi dia "terpaksa" melakukannya karena tersulut akan amarah yang memuncak. Gadis Hindu itu tak menerima apa pun yang terjadi pada ikatan persahabatan yang belum lama dibangun itu.

Jenny dan Melly juga sebenarnya tak pernah mengizinkan siapa pun untuk menyakiti Sherine, tetapi jika ceroboh dalam bertindak, bisa saja berakibat fatal pada mereka bertiga dan juga seorang gadis pindahan itu. Benar-benar rumit ketika harus berhadapan dengan seorang penjahat, bukan?

Dalam PerbedaanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang