Distorsi Rasa - Bab 1

162 7 4
                                    

Ezral Giovanno, lelaki yang sudah menjadi kekasihku sejak aku duduk di bangku SMA ini tengah mengendarai mobil seperti pembalap F1. Entah apa yang dilakukannya sekarang, aku tak peduli. Aku lebih memilih duduk diam di dalam mobil sambil melipat kedua tanganku.

"Bagaimana, Sayang. Apakah kau menikmatinya?" tanyanya dengan senyum lebar. Berbeda dengan aku, yang sedari tadi merasa gugup. Karena hari ini adalah audisi pertamaku. Aku mengikuti audisi model karena dipaksa oleh Ezral.

Dalam hati aku terus berkomat-kamit merapal doa sekaligus mengutuk Ezral yang tidak hentinya menyuruhku untuk mengikuti audisi sebagai model. Tapi sungguh, aku tak akan mengutuknya menjadi batu seperti legenda yang sangat populer di Indonesia, Malin Kundang. Karena satu, aku bukanlah ibunya. Dua, karena aku masih sangat menyayanginya.

"Kenapa kau diam saja, Clara?" Ezral mencubit pipi kananku. "Jangan gugup, kau tampak cantik saat sedang gugup."

Aku menyipitkan kedua mataku dan menatapnya tajam. "Berhenti menggodaku. Jalankan saja mobilnya dengan benar."

Dia berdecak dan kembali mengalihkan tatapannya ke depan. "Ayolah ... kau itu lebih cocok menjadi seorang model, daripada menjadi pembuat patung, apalah itu namanya."

Emosiku sering kali memuncak saat ada yang meremehkan pekerjaan sebagai seniman, terutama pembuat patung. Entah kenapa aku suka sekali membuat patung. Mungkin, karena sejak kecil aku selalu menemani papaku saat membuat mahakarya yang menurutku tidak semua orang bisa membuatnya. "Aku suka membuat seni, bukan berpose di depan kamera," bantahku padanya.

"Foto juga termasuk seni menurutku," ucapnya pelan sembari mengetuk-ngetuk dagunya dengan jari telunjuk tangan kanannya.

"Ezral," rengekku.

Ezral mengurangi kecepatan laju mobilnya. "Clara, Aku tidak memaksamu untuk menjadi model, tapi ini demi kebaikanmu. Aku hanya menjalankan wasiat dari Tante Visha."

Mendengar nama itu, jantungku seolah terhenti sesaat. Aku merasa pedih saat mengingat kejadian naas yang menimpa mamaku. Dan, untuk saat ini, aku belum bisa menceritakan apa yang telah terjadi pada mamaku. Aku belum siap. Ya, Vishanika Hawskin adalah mamaku.

"Aku harap kau mau memenuhi wasiat mamamu, Clara." Ezral mengusap puncak kepalaku, kemudian mengecup keningku sekilas.

"Aku harap begitu," gumamku pelan.

"Argh, Sial!"

Aku menoleh ke arah Ezral yang tampak kaget dan menginjak rem mobilnya dengan tiba-tiba. Untung saja aku memakai safety belt. "Ada apa?"

***

31-05-2018
PingStory

Hallo!! Gimana? Yakin nih masih mau lanjut? Aing gabut -.-
Pendek-pendek aja ya.

Jangan lupa Vote dan Commentnya ya! 😘

Hope you like it!
See ya 😘

Distorsi RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang