I'M WORRIED ABOUT YOU, PABO~!

198 43 1
                                    

I'M WORRIED ABOUT YOU, PABO~!

Suzy mendesah lega setelah berjam-jam terkurung di kantor guru bersama lembar ujian biologi siswa Jeaguk High School. Menjadi kepercayaan Hwang Saem dan tugasnya lah untuk mengoreksi satu-persatu lembar jawaban siswa. Terkadang ia juga harus membawanya kerumah jika tumpukkan itu masih tersisa. Tetapi buka berarti ia akan curang dengan nilainya. Hanya kelasnya yang tidak ia ambil tanggung jawab. Resiko kalau ia sendiri memeriksa lembar ujiannya akan ada banyak siswa yang menuduhnya curang dan membuat nilannya sempurna. Walaupun sudah melakaukan hal tersebut terkadang masih saja ada siswa yang menuduhnya curang. Segilintir siswa yang iri dengannya. Silahkan tes kemampuannya untuk membuktikan ia tidak bersalah.

Saat memeriksa lembar ujian, terkadang matanya menyipit untuk membaca tulisan yang, ehem jelek lebih tepat disebut tulisan anak TK. Terkadang pula ia tertawa melihat jawaban konyol dari lembar jawaban. Bisakah mereka menjawab pertanyaan menggunakan LOGIKA. Apa begitu sulit mentransfer rangkuman dari buku atau lebih memilih tidak menjawab dari pada menulis jawaban ngawur. Satu lagi yang membuatanya tertawa terkadang ada siswa yang menulis catatan kecil seperti “saem maaf jika nilainya kecil, tapi aku berusah berhasil di ujian remedy”. Mwo? Ujian remedy? Jika bisa membuat nilai ujian pertama bagus mengapa harus menunggu untuk mengikuti ujian remedy. Konyol. Merepotkan harus belajar dua kali dengan hal yang sama. Suzy menggeleng-gelengkan kepalanya. Mungkin ia terlihat sok pintar dengan komentar pedas seperti itu. Dan yang membuatnya semangat jika melihat tulisan siswa rapi, tangannya bergerak mulus memberi tanda centang dan memberikan nilai sempurna 100. Rasanya ia bahagia melihat nilai dengan angka di atas 90.

Sepintas Suzy melihat ada gelagat aneh siswa menuju ke halaman belakang sekolah. Instingnya mengatakan ia harus melihat keadaan di sana. Ia melangkah cepat untuk mengusir penasarannya. Setibanya ia melihat siswa yang sangat suzy hapal, anak-anak kelas XII.

Bugh~!

Bugh~!

Suzy berjinjit melihat lebih jelas ke arah tengan kerumunan. Tepat seorang pria yang mengangkat kerah baju siswa lain dengan tangan sudah terkepal maju memukul lawannya. Dan dia adalah Myungsoo. niat untuk menghiraukan pupus melihat keadaan temannya. Wajah biru memar, pakaian kotor tersentuh tanah.

“berhenti Myung” Suzy mencoba menarik lengan Myungsoo. tapi sia-sia myungsoo malah menghempaskan tangannya begitu saja.

“astaga” keluh Suzy berkacak pinggang.

Myungsoo masih saja memukuli lawannya, anak kelas satu yang sudah bersikap songong berani menghina temannya. Anak baru juga yang pernah mengirim Suzy surat cinta saat. Cih, myungsoo meludah kesamping. Matanya sudah merah melampiaskan amarahnya. Entah berapa pukulan yang melesat ke wajah bocah tidak tahu diri yang Myungsoo tahu namanya Jeon Jungkook. Wajahnya sendiri juga sudah tidak tahu seperti apa. Buku tangannya terkepal untuk membalas pukulan. Sebuah pelukan dari belakang menghentikan aksinya sejenak.
“berhenti myung, dia bisa mati bodoh!” suara cempreng yang mendiktenya berhenti.

Dengan kesabaran luar biasa Suzy harus menghentikan aksi temannya-temannya. Lihatlah teman namja nya malah berseru menyemangati yang lain memukul siswa kelas X. dasar namja, jika ingin berkelahi pilih tempat di luar sekolah. Membayangkan reaksi jika salah satu guru tahu kejadian ini, alamat sudah masuk buka hitam. Skors satu minggu dan pengurangan nilai, oh no dalam kamus Suzy.

Suzy mendelik tajam ke namja-namja yang masih berseru untuk membantunya melerai perkelahian. Ia hanya yeoja yang kalah melawan namja berkelahi. Jika terseret masuk, salah-salah wajah mulusnya bisa jadi korban. Sementara namja-namja tadi melerai perkelahian yang lain. Suzy menatap punggung namja yang selalu jadi teman cekcoknya. Suzy sendiri sedikit takut melihat aura kelam namja ini. Seperti monster yang tidak memberi ampun lawannya.

“berhenti myung, dia bisa mati bodoh!” entah inisiatif dari mana, otak Suzy memerintahkan tangannya memeluk Myungsoo dari belakang agar namja ini berhenti. Suzy bisa melihat sekilas keadaan anak kelas satu itu sangat memprihatinkan.  Suzy berdoa dalam hati namja ini tidak tuli dan menuruti ucapannya.

Brugh~

Suzy jatuh terduduk ke belakang. Benar dugaannya, melerai namja berkelahi bisa merugikannya. Bokongnya mendarat mulus di atas tanah. Suzy bangkit berdiri sambil meringis, dan Minho berdiri membantunya.

“kau tidak apa-apa?”

“tidak, aku baik-baik saja” langkah kasar Suzy menghampiri Myungsoo kembali. kali ini tangannya bergerak ke arah rambut Myungsoo dan menariknya kasar.

“aku bilang berhenti KIM MYUNGSOO!” pekik Suzy kesal.

“aww” ringis Myungsoo yang terpaksa melepas kerah seragam Jungkook. Suzy menyeret menjauh.

“lepas Suzy” Myungsoo memelas sambil memegang tangan Suzy.

Suzy menghela napas kasar dan melepaskan Myungsoo.

…….

“aww aww. Pelan-pelas Suzy” ringis Myungsoo berkali-kali saat Suzy menekan wajahnnya dengan kapas antiseptic.

“jangan meringis saat di obati” sahut suzy acuh.

Disinilah mereka, di rumah Lee Hyunwoo yang berbaik hati menawarkan diri untuk membantu mengobati makhluk-makhluk yang digerogoti jiwa premanisasi. Tapi sang empunya rumah malah menghilang entah kemana.

Suzy, berusaha keras menahan rasa takutnya terhadap darah. Jika bukan demi mengobati temannya. Tidak mungkin dia sanggup duduk lama melihat darah. Tangannya menekan kapas tanpa melihat jelas wajah Myungsoo. tatapannya teralih melihat ke arah lain untuk mengusir takutnya.

“berhenti, kau membuat luka semakin parah bakpao” tukas Myungsoo.

“mwo? Ya sudah obati lukamu sendiri, aku tidak peduli bodoh” suzy melempar kapas dan menarik tasnya keluar. Myungsoo mengedikkan bahu tidak peduli dan mengambil plester untuk menutup lukanya.

“si bodoh itu memang bodoh” kesal Suzy menghapus sedikit cairan bening di sudut matanya. Tangannya masih bergetar, membantu mengobati mereka tadi. Menahan mati-matian untuk tidak melihat darah, padahal hanya darah tapi ia selalu merasa takut walaupun itu hanya luka kecil.

“padahal aku mengkhawatirkanya, dasar Myungsoo bodoh. Kepala batu. Kucing jelek” umpat Suzy sambil berjalan keluar rumah. Dan memilih duduk di teras. Bahkan teguran dari Hyunwoo di acuhkannya tadi. Yeoja ini masih berkomat-kamit kesal.

“oh siapa yang mengobatimu?” Tanya Hyunwoo yang baru masuk ke ruang tengah dan duduk di samping Myungsoo.

“Suzy” jawab Myungsoo.

“Suzy? kau yakin?” ulang Hyunwoo tidak percaya. ia pikir Suzy duduk di teras menunggu mereka mengobati diri mereka sendiri.

“lalu siapa lagi yang mengobati kami bodoh. Dan kau tuan rumah malah meninggalkan kami sendiri. Mengesalkan”

“bukan begitu Myung, kau ingat saat aku kecelakaan di depan Sekolah, semua siswa yang berada disitu langsung membantuku. Dan Suzy yang juga disitu malah berlari menjauh. Dan aku tahu alasannya dari Jieun, dia sangat takut melihat darah Myung” jelas Hyunwoo.

“hah, kau bercanda?”

“Itu kenyataan Myung, ah tapi mungkin sekarang dia sudah berani melihat darah makanya membantu mengobati kalian” Hyunwoo mengambil segelas air dingin dari meja.

Myungsoo berjalan keluar melihat Suzy yang masih duduk dengan tangan memeluk tas punggungnya. Ia memang tidak begitu jelas melihat ekspresi Suzy saat mengobatinya karena ia memejamkan matanya. Tapi jelas yeoja ini tidak menghadap langsung ke arah lukanya. Ah ia juga ingat saat hidungnya berdarah ekspresi Suzy sedikit ketakutan.

“ternyata kau takat darah, gomawo bakpao” guman Myungsoo.

-end-

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 31, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Moments In The SchoolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang