Remember it?

31 3 7
                                    

Jungkook pov

Dia memeriksa hal - hal mendasar untuk referensi akurat catatan kesehatanku. Sebenarnya dia sudah selesai dengan tugasnya tapi aku menahannya diruanganku dan bertekad mencari tahu apa dia benar - benar lupa? Atau dia ragu kalau aku Jungkook yang sama dengan Jungkook yang dia kenal 10 tahun lalu?

"Kau bilang aku mirip teman kecilmu, uhm.. boleh aku tahu tentang teman kecilmu itu? Aku ingin memastikan apa kau Shinyoung yang sama atau bukan."

Gadis dihadapanku nampak berfikir dan matanya terus saja menatapku, sesekali menatapku dari atas kepala hingga keujung sepatuku. Well, agak kurang nyaman sebenarnya.

"Emm.. namanya sama seperti namamu, Jungkook-ssi, aku mengenalnya di-"

"Dirumah sakit di Busan bersama seorang anak laki -laki yang lebih tua dari anak bernama Jungkook itu dan seorang gadis bernama Choi Hyeonji. Benar?"

Aku benar - benar tidak tahan. Apalagi yang dia fikirkan hingga tidak terfikir kalau aku Jungkook yang dia kenal?
Dan ucapanku sukses membuatnya melongo dengan mulut sedikit terbuka. Ekspresi bodohnya kurasa. Ah.. Jimin Hyung pasti akan sangat menyukai ekspresi ini kan?

"B-bagaimana kau mengetahuinya? Tidak.. kau Jungkook, Jeon Jungkook yang dirawat dirumah sakit itu karena kecelakaan? Yang duduk dikursi roda itu? Sungguh? K-kenapa kau jadi seperti ini?"

Dia kembali menatap ke seluruh bagian wajahku. Ingat SELURUH.

"Astaga! Shinyoung-a, aku sempat mengira kau amnesia. Ini benar - benar aku, temanmu yang kau kenal di rumah sakit itu. Kau sudah ingat sekarang?"

Dia mengangguk masih dengan wajah terbodohnya.

"Bagaimana dengan Jimin Hyung? Hyeonji? Kau mengingat mereka?"

"Aku masih berteman dan berkomunikasi dengan baik bersama Hyeonji. Kalau Jimin.. ehmm, yaa.. aku ingat. Apa dia juga disini?"

"Syukurlah. Hyung juga disini, kau tahu? Aku dan Jimin Hyung menunggu kalian. Apa Hyeonji memiliki kekasih? Kau juga?"

Shinyoung pov

22.00 KST.
Hyeonji mengajakku bertemu jadi ya disinilah aku sekarang. Apartement Hyeonji. Aku memutuskan untuk menginap karena sudah cukup larut untuk pulang -sebenarnya karena malas-. Dia menceritakan pertemuannya dengan Park Jimin dengan semangat dan mendengarkan cerita pertemuanku dengan Jungkook.

"Jadi.. Jungkook sudah dijodohkan?"

Sepertinya dia menyukai Jungkook, karena sekarang wajahnya ditekuk ketika mengetahui berita bahwa Jungkook berencana dijodohkan dengan gadis bernama Lee Yeonjoo.

"Hyeonji-ya, itukan baru rencana dan Jungkook bilang dia belum dan tidak berniat menerimanya. Dia masih mengingatmu, dia bilang dia berhutang es krim dan jalan - jalan padamu. Kurasa dia menyukaimu atau entahlah. Angkat wajahmu! Dia bahkan memintaku untuk mengajakmu bertemu dengannya."

"Hm.. aku memang akan menemuinya, ayahku ingin aku menginvestasikan beberapa saham di perusahaan yang ternyata milik Jungkook."

"Sepertinya kalian memang harus segera bertemu."

Aku merebahkan tubuhku. Rasanya pegal sekali. Lelah sekali. Padahal seingatku hari ini tidak terlalu banyak hal yang aku kerjakan. Tepat ketika aku akan memejamkan mataku, Hyeonji bersuara.

"Ah! Shinyoung-a, maaf tapi aku memberikan nomor ponselmu pada Jimin dan.. dia bilang dia ingin bertemu denganmu, aku akan mengantarmu besok. Ok? Dia masih sangat bahkan lebih menyukaimu sekarang."

"Aku juga masih mengingatnya tapi.. kau tau kan aku tidak akan begitu saja percaya pada perasaan? Aku.. takut. Aku takut kalau aku juga menyukainya. Aku bukan orang baik, sedangkan Jimin-"

"Hey! Kalau kalian sama - sama menyukai apa salahnya? Sudahlah. Kita istirahat saja dulu. Biarkan hati dan fikiran kita istirahat."

Author pov

Matahari sudah menyingsing, tersenyum ke seluruh penjuru kota.
CEO tampan berperawakan tegap itu kini tengah memutar bola matanya acak. Dia benar - benar gugup. Jungkook akan bertemu dengan Hyeonji, Choi Hyeonji. Gadis kecil-nya.
Jarum terus berdenting, menandakan semakin dekat pula saat pertemuannya dengan sang gadis.
Dia menunggu saat - saat ini selama bertahun - tahun,mempercayai bahwa mungkin Tuhan akan berpihak padanya, pada keinginan hatinya.
Dulu mungkin dia menyukainya, tapi apakah ketika dia bahkan sudah tidak bertemu dengan sang gadis selama sepuluh tahun dan masih mengingatnya layak disebut sebuah perasaan suka? Tidak. Jungkook tidak menyukai Hyeonji. Dia mencintai Hyeonji. Mendamba. Merindukannya.

***

"Bagaimana kabarmu?"
Hyeonji tersenyum sangat manis. Cantik sekali, mata jernih-nya menatap manik Jungkook terlihat sekali kalau dia juga merindukan sosok tegap dihadapannya.

"Mwo.. aku cukup baik. Apa sekarang kau akan menetap di Korea?"

"Iya, ayah ingin aku membantu mengurus perusahaannya. Terim kasih kau sudah mentraktirku eskrim"

"Ini janjiku, dan aku masih punya janji untuk mengajakmu jalan - jalan dan satu janji lainnya"

"Janji lainnya? Apa?"

Jungkook hanya tersenyum menatap Hyeonji dengan wajah bingung dan penasarannya. Sangat cantik. Membuat hati Jungkook berdenyut, membuat perasaannya meletup - letup kegirangan.

Drrrtttt....

"Yeobseyo Yeonjoo-ya? Wae geurae?"

"..."

"Tidak bisa. Maaf,aku sedang ada urusan penting."

"...."

"Aku belum menerima hal itu, Yeonjoo-ssi"

Jungkook menghela nafas setelah menutup telefonnya dan mendapati Hyeonji menunduk dengan kening mengkerut.

"Ayah ingin menjodohkanku dengan gadis tadi, namanya Yeonjoo. Aku tidak mungkin menerima perjodohan itu"

"K-kenapa?"

Mata bulat Jungkook menatap dalam, bahkan terasa menusuk hingga ke hati Hyeonji, menyampaikan telepati yang sarat akan makna.

"Apa kau sungguh tidak tahu alasanku?"

****

Aku mencintaimu, Hyeonji-ya.. aku menunggumu selama sepuluh tahun. Aku berjanji akan menjadi satu - satunya pria-mu. Aku tidak akan pergi jika bukan kau yang memintaku. Aku tidak akan berhenti mencintaimu. Tuhan telah mengisi hatiku dengan namamu. Dan tidak akan pernah berubah. Tunggu aku mengatakan hal ini padamu.

Tbc~~

Can We?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang