BAB 1

38 5 9
                                    

Pagi seperti biasa, tapi kali ini kayak ada yang kurang.

"Mooooomm! Dirga berangkat dulu yaaa!"

Nah kan, kurang ini nih. Seruan kencang Dirga yang memenuhi setiap jengkal ruangan di rumah sambil lari-lari dan gigit roti dengan tangan yang menali sepatu. Kenapa? Karena itu kebiasaan Dirga.

Dirgantara Yudita Putra anak tunggal dari pasangan Daren Yudistira dengan Sintia Marta selalu mepet kalau berangkat sekolah. Kata Dirga sih biar gak buang-buang waktu, toh masuk mepet juga gak ngerubah bel masuk kan?

"Dirgaaaaa makan sambil duduk!" teriak mamanya yang tak kalah menggelegar.

"Keburu telat Mom," jawab Dirga sambil berjalan mengarah ke ruang makan.

"Sudah biasa telat juga kan?" Sindir papanya yang sedari tadi hanya diam menikmati teriakan-teriakan itu.

"Iya sih, tapi kan Dad, masak ketua OSIS telat sih,"

"Dirga,"

Dirga meneguk segelas susu coklat hangat, "Yes Dad?"

"Makanya dibangunin itu bangun, bukan malah tidur lagi, segala bawa jabatan OSIS"

Dirga mendengus, "Iya iya Dad. Dirga berangkat dulu, bye Mom, bye Dad."

~~V~~

Setelah melewati jalanan yang macet sehingga sulit untuk melewatinya, Dirga melepas napas leganya karena gerbang masih terbuka lebar selebar badan Pak Jono satpam sekolah Dirga yang doyan makan.

Dirga memarkirkan mobilnya di parkiran basement sekolah. SMA Garuda Nusantara, sekolah bertaraf internasional namun tetap sejalan dengan budaya Indonesia. Dilengkapi parkir basement, lapangan basket, ruangan-ruangan khusus untuk ekskul, loker-loker untuk siswa, kantin dengan berbagai makanan enak yang gratis, kolam renang indoor, dan masih banyak fasilitas lainnya.

Masuk di sini juga gak gampang. Kepintaran dan banyak piagam prestasi menjadi syarat utama. Buat yang beasiswa, gausah bayar udah. Ya kalo gak pinter sih, siapin uang saja dan bilang anak pejabat siapa, ntar juga keterima. Denger-denger sih ya, kalo tanpa beasiswa uang bulanannya 7 juta sebulan. Waduh waduh, kaya pasti itu kepsek.

Selesai memarkirkan mobilnya, Dirga langsung menuju ruang OSIS untuk rapat mingguan. Selaku ketua, Dirga selalu memimpin rapat ini dan membuat proker (program kerja) untuk sekolahnya. Belum lagi tugas-tugas sekolah yang menumpuk. Gak kebayang pusingnya Dirga gimana.

Masuk ruang OSIS Dirga langsung menaruh tas di mejanya. Mengeluarkan buku catatan OSIS serta bolpoin dan langsung berjalan ke ruang rapat OSIS yang ada diujung koridor.

"Selamat pagi. Kita mulai rapat dengan pembahasan pentas kreativitas bulan depan," ucap Dirga memulai rapat.

~~V~~  

2 jam berlalu, rapat yang dilengkapi dengan perdebatan sudah berakhir.

"Ga, kantin yuk, gue laper nih belum sarapan," ucap Gilang.

"Yaudah ayo," jawab Dirga setelah memasukan buku dan bolpoin ke dalam tas, "Sekalian ke kelas ya Lang," Gilang mengangguk sebagai jawaban.

Sesampainya di kantin, mereka langsung mendatangi Riko yang sendirian di meja tengah kantin.

"Lama amat lo, gue tungguin juga," kesal Riko.

Jason yang tiba-tiba datang entah dari mana, "Heh Ga, Rik, Lang kata anak-anak basket, bakal ada murid baru. Namanya gue lupa dan kalo gak salah bakal satu kelas sama kita. Pindahan dari Jerman katanya."

VIGORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang