BAB 7

8 0 0
                                    


Bel istirahat makan siang berbunyi.

Anna sudah pulih pasca kejadian pingsannya tadi. Walau ia sudah melewati 2 jam pelajaran, tapi rasanya masih sama saja. Mukanya pucat, matanya terlihat tidak fokus, dan tubuhnya lemas.

"Anna, lo nggak apa-apa?" Riko menepuk pelan pundaknya, "Lo pucat banget."

Anna mengangguk kecil, "Gue duluan ya. Mau ketemu Pak Geral dulu."

"Makan dulu aja yuk," ajak Riko.

Anna menggeleng. Lalu berjalan keluar kelas tanpa menghiraukan tatapan tanya dari Gilang, Dirga, dan Jason.

Anna menghadap Pak Geral.

"Jadi Anna, jaga kesehatan kamu. Satu bulan kalian akan di karantina. Jauh dari keluarga. Bapak harap kamu bisa mengikuti sistem belajar yang bapak terapkan," Pak Geral menyerahkan beberapa buku, "Ini buku rangkuman soal dan materi. Kamu bisa memepelajarinya dulu sebelum kita mulai karantinanya minggu depan."

"Terima kasih pak."

Anna membungkuk sedikit sebagai tanda hormat. Lalu pergi dengan membawa beberapa buku tebal.

"Apa lo bawa buku banyak gini? Mau carmuk di depan Dirga cs ya? Hah! Sudah gue duga."

Anna berhenti dan berbalik menatap Siska datar, "Gue lagi nggak mood buat ladenin lo," lantas berjalan meninggalkan Siska yang terus memandangnya.

Anna melangkah melewati koridor-koridor sekolah.

"Eh eh katanya Anna keterima seleksi OSK."

"Serius? Anna beruntung ya, bisa terus-terusan bareng Dirga sama yang lain."

Anna mengerenyit, 'bisa terus-terusan bareng Dirga sama yang lain'. Jadi... mereka ikutan juga?

"Tapi gue kasian."

"Kenapa?"

"Soalnya—"

Deg.

Detik selanjutnya Anna terbelalak mendengar ucapan dua orang siswi itu.

~~V~~

Bunyi alat makan yang bersentuhan meramaikan suasana kantin. Siswa-siswi melenggang masuk dan memenuhi meja-kursi sambil membawa nampan makanan mereka.

Takk

Anna meletakan nampannya di meja yang sudah terisi oleh Dirga, Gilang, Jason, dan Riko.

Gilang menoleh, "Gimana tadi Na?"

"Ya begitu."

"Lo kenapa Na?" heran Jason melihat gelagat Anna yang tidak seperti biasanya.

Melihat tingkah teman-temannya, Anna meletakan sendok-garpunya, "Jadi kalian nggak mau jujur sama gue?"

Dirga memandangnya heran, "Maksud lo?"

Anna menghela napas pelan, menggeleng lantas tersenyum tipis, "Nggak. Nggak apa-apa kok. Sorry gue aneh."

Tak ada pembicaraan lagi dengan Anna. Riko dan Gilang sibuk membahas libur akhir semester beberapa bulan lagi. Sedangkan Jason dan Dirga membahas latihan basket bersama sore hari nanti.

Tiba-tiba pundak Anna ditepuk oleh Salma yang datang menghampiri, "Anna lo disuruh ke ruang BK."

Anna mengangguk lalu melangkah membawa sekaligus nampan makanannya untuk dikembalikan.

~~V~~

Ruang bimbingan konseling yang diisi dua guru BK dan satu orang lelaki berseragam sekolah lain yang tampak tak asing di mata Anna.

Anna mengerenyit, "Faisal? Kamu ngapain di sini?"

Faisal menoleh, "Kamu harus pulang. Semuanya nungguin kamu," ucapnya dengan wajah penuh peluh.

"Ya tapi kenapa aku harus pulang? Ada apa memang?"

"Oma meninggal Anna," ucap Faisal pelan.

Anna menggeleng pelan. Kakinya bergerak mundur teratur, "Nggak. Kamu bohongin aku ya?"

Air mata Anna menetes membasahi pipinya.

Faisal mendekati dan mengusap bahu Anna, "Yang sabar ya Anna. Kamu harus bisa menerima dan belajar ikhlas."

Anna lemas kembali. Tubuhnya merosot hingga ia terduduk di lantai.

"Oma oma! Anna masak sup krim jagung buat makan malam nanti. Cobain deh oma. Enak kan?"

"Wah cucu oma pintar masak ya! Besok-besok oma di bikinin lagi ya."

"Anna sudah mau pulang ya? Padahal oma masih kangen sama Anna."

"Habis Anna pindah ke Indonesia, kalo libur Anna bakal kesini. Oma tunggu Anna ya!"

"Iya. Pasti oma tunggu Anna kok."

"Na. Anna."

Anna tersadar dari lamunannya.

"Faisal—"

Anna menatap mata Faisal yang sudah berair, "Ayo pulang Anna. Kita ambil tas kamu dulu," ucap Faisal sembari membantu Anna untuk berdiri dan jalan.

Faisal merangkul pundak Anna, sesekali ia melontarkan kalimat penyemangat agar Anna meredakan tangisannya.

Faisal masuk ke kelas sepupunya itu, memberikan surat ijin kepada guru yang mengajar lalu mengambil tasnya, "Terima kasih bu."

"Sama-sama, Nak. Salam duka untuk Anna ya."

Faisal melempar senyum tipis lantas mengangguk sebagai jawaban.

Oma akan dimakamkan di Bandung, tempat kelahirannya. Sepanjang perjalanan, tidak ada percakapan. Hanya diisi dengan tangisan Anna yang semakin menjadi tiap menitnya.

Mobil berhenti di sebuah mini market. Faisal turun meninggalkan Anna yang berusaha menghentikan tangisnya.

"Ini."

Faisal menyodorkan satu cup hot chocolate dan satu bungkus keripik kentang, "Makasih."

Perjalanan berlanjut. Wajar jika Anna bertindak seperti ini. Sebab Anna paling dekat dengan oma.

Sesekali pula Faisal harus memberhentikan mobil dan menenangkan Anna. Hingga Anna lelah dengan sendirinya dan tertidur pulas.

~~Selesai~~

VIGORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang