Apa kamu percaya takdir? Kalau aku iya, aku percaya takdir, karena apa? karena takdir telah mempertemukan kita kembali. Mempertemukan dua hati yang menurut kamu mungkin seharusnya tidak harus bertemu kembali.
*****
Suasana dimeja makan sangat hening, mengingat ini masih pukul 06.30, membuat siapa saja memiliki niat untuk tetap bergelung dengan selimut. Tetapi tidak dengan cowok tersebut, dia sudah selesai sarapan di jam segitu sendirian, mengingat orang tuanya yang sudah pisah dan ia memilih untuk tinggal sendirian dibanding memilih salah satu diantara kedua orang tuanya.
Deniutian Ezra Frazadan atau yang akrab dipanggil Deniut atau Denyut, ia memiliki nama yang aneh pemberian dari orang tuanya, dan ia juga tidak terlalu ambil pusing mengapa orang tuanya memberi ia nama seperti itu. Lelaki yang memiliki wajah yang manis dan rupawan serta dengan kulit yang putih bersih dikarenakan perpaduan antara Ayahnya yang merupakan seseorang berkebangsaan Jerman dan Ibu nya yang merupakan orang Indonesia yang bersuku Jawa.
Deniut merupakan salah satu murid kelas XI tahun ajaran baru 2017/2018 di SMA Garuda. Ia memutuskan untuk kembali dan bersekolah di Jakarta setelah selesainya pengobatannya dua tahun lalu di Jerman yang mengharuskan ia bersekolah disana.
Bukan tanpa sebab ia kembali ke Jakarta, pertama ia memang melarikan diri dari bunda atau pun ayahnya, ia tidak mau mengikuti salah satu dari mereka dan lebih memilih tinggal di Jakarta ya walaupun dengan syarat. Kedua, ia kembali untuk melakukan apa yang memang seharusnya ia lakukan dari dua tahun yang lalu kalau saja tidak ada penyakit ditubuhnya ini.
Setelah sarapan ia pun bergegas untuk berangkat kesekolahnya, dan jam kini sudah menunjukkan pukul 07.00. Yap, dia terlalu nyaman melamun, sampai nggak sadar kalau waktu terus berjalan.
Dengan sedikit berlalu, Denyut bergegas ke garasi menuju mobilnya, ya dia berangkat sendirian. Dirumahnya hanya ada ia sendiri, tidak ada supir, hanya ada pembantu yang datang dua hari sekali hanya untuk mencuci, menyetrika pakaiannya dan membersihkan rumahnya, selebihnya ia yang mengerjakannya sendirian.
*****
Setelah beberapa menit di perjalanan akhirnya Mobil sport hitam nya memasuki SMA Garuda dan berhenti ditempat parkiran biasa. Beberapa murid terlihat tergesa-gesa memasuki gerbang dan beberapa lagi terlihat santai padahal jam sudah menunjukkan pukul 07.20 yang artinya 10 menit lagi kegiatan belajar mengajar akan dimulai.
Deniut memilih opsi kedua, mengingat hari ini tidak ada tugas yang membuatnya harus terburu-buru kekelas. Dia memandang lamat-lamat SMA Garuda di menit-menit sebelum bel berbunyi, sangat ramai seperti pasar. Sepertinya bukan SMA Garuda saja, tetapi mungkin juga sekolah lain seperti ini, lebih senang datang dimenit-menit sebelum bel atau bahkan kadang terlambat. Padahal asal terlambat dihukum, tapi masih aja dilakuin.
"WOI KETOS"
Teriak Arkan dari arah belakang membuat orang-orang yang tadinya sibuk dengan diri sendiri menoleh kearah mereka. Arkan Arsekala Mardana, atau yang disapa biasa akrab Arkan ini merupakan sahabat dan orang yang paling akrab dengannya, dikarenakan mereka yang tetanggaan dan juga merupakan teman sejak masih dalam kandungan. Memiliki muka yang tidak kalah tampan dengan Deniut dikarenakan keturunan Arab.
Bak pinang dibelah dua, karena sudah terbiasa sejak kecil dan dengan muka yang mirip antara satu sama lain sering membuat orang berpikiran kalau mereka kembar, dan terkadang salah mengenali mana yang Deniut mana yang Arkan. Perbedaan mereka hanya ada beberapa, yaitu Arkan yang memiliki mata coklat sendu dan hangat sedangkan Deniut memiliki mata hitam legam dan sipit yang sangat tajam dan mengintimidasi. Oh jangan lupakan sikap hangat Arkan dan sikap dingin Deniut yang seperti es. Ada satu hal lagi sih sebenarnya, mereka selalu memiliki selera yang berbeda terhadap perempuan, jadi selama 16 tahun berteman mereka tidak pernah merebut sesuatu antara satu sama lain.
"Tumben lo baru datang? Biasa nya juga rajin, gerbang belum dibuka udah datang aja lo" ujarnya sambil mensejajarkan langkahnya dengan langkahku.
"Haha apaan sih lo, nggak sampai belum dibuka juga kali. Lo kira gue tukang bersih-bersih apa. Pengen aja sekali-sekali datang lama, eh sekalinya datang lama malah udah rame aja nih sekolah udah kayak pasar."
Arkan mendengus mendengar jawabanku, "ya lo tau sendiri lah orang lebih suka datang pas udah waktu nya bel dan kadang terlambat dibanding datang sebelum bel bunyi."
Gue dan Arkan melangkah ke koridor bagian Utara untuk bisa langsung ketangga yang dekat dengan kelas IPA 2.
TETTT TETTTT
Bel pun akhirnya berbunyi juga dan tak seberapa lama Pak Budi memasuki kelas sambil menenteng tas dan beberapa buku ditangannya.
"Selamat pagi anak-anak" ujarnya
"PAGI PAKKK", jawab kami serentak
"Baiklah semuanya buka bukunya halaman 54, nah buat Deniut dan Arkan kalian dipanggil kepala sekolah disuruh menghadap sekarang," sambungnya sambil menatap kearah kami
Kami berdua pun menganggukkan kepala, "baik Pak".
"Permisi Pak," sambung kami berdua sambil melangkahkan kaki keluar kelas.
Deniut mendengus dan berdecak sebal "Mau ngapain sih kita dipanggil, ribet amat"
Arkan terkekeh pelan mendengar dengusan Deniut "Biasalah, pasti masalah OSIS"
"Yaudah lo duluan aja, gue mau ke toilet dulu bentar," sambung Deniut sambil melangkahkan kakinya ke toilet.
*****
Setelah selesai dari kamar mandi gue pun bergegas untuk keruang kepala sekolah, diperjalanan menuju kesana langkah kaki gue terhenti, mata gue terpaku kedepan seolah ada magnet yang membuat mata gue mengharuskan mengarah kesana.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Yang ditatapnya pun ikut menghentikan langkahnya, kami bertatapan selama beberapa detik sampai seseorang yang ditatapnya itu berbalik arah melangkahkan kakinya pergi dari berbalik arah dan menghilang di belokkan.
Gue yang ngeliatnya hanya bisa membuang napas kasar, "mau sampai kapan gue gini?" Tanyanya dalam hati sambil tertawa miris menertawakan takdir.
Takdir ya? Gue sih percaya, karena apa? karena takdir telah mempertemukan kita kembali. Mempertemukan dua hati yang menurut kamu mungkin seharusnya tidak harus bertemu kembali.
Tidak mau berlama-lama gue pun melanjutkan perjalanan gue kekepala sekolah, "pasti Arkan udah ngomel nih gara-gara gue kelamaan", sambungnya dalam hati.