Memelukmu di Bawah Purnama

3.1K 102 2
                                    

"Fang, kenapa kita harus belajar merindukan?"

"Karena semua itu sudah tertulis dalam takdir, bahwa dalam setiap pertemuan pasti ada perpisahan. Dan kita tidak bisa menyangkalnya."

"Kalau begitu, aku tidak mau merindukanmu."

"Kau tidak bisa melawan takdir, Boboiboy."

"Memang. Tapi cintaku bisa melakukannya. Aku akan meminta agar Tuhan selalu menyatukan kita."

"Kalau dia tidak mendengarkanmu?"

"Aku akan memaksa."

"Tuhan tidak bisa dipaksa, Boboiboy."

"Tapi aku bisa memaksamu untuk terus bersamaku, bukan?"

***

Rembulan jatuh dalam bayangan katulistiwa. Malam itu, purnama dengan baik hati menyumbangkan sinar dan terjatuh di atas rumput-rumput kering yang merindukan hujan. Membentuk bayangan hitam panjang saat sinar tersebut tak mampu menembus sosok yang berdiri tegap di atas tebing. Di atas rumput-rumput kering pandangannya ditujukan. Bukan sedang menikmati alam, tatapannya lebih terspesifik pada seseorang yang terbaring di atasnya. Seorang gadis yang selalu dia rindukan terbaring anggun di hadapannya. Sosok itu berjongkok, duduk, mengamati setiap inci dari wajah yang selalu dikasihinya. Perlahan, seperti hembusan angin yang lengang, tangan itu mengusap rambut hitam kecoklatan dengan segala kelembutan. Seperti didengarkan lantunan dari surga, gadis itu masih terlelap dan sepertinya dia begitu menikmati usapan itu. Tangan itu berhenti pada sehelai rambut putih yang begitu kontras dari yang lainnya dan termenung begitu dalam pada wajah manis yang begitu polos saat kedua mata indahnya terpejam. Sosok itu, Fang, merapatkan tubuhnya lebih dekat. Subuah kecupan mampir pada dahi gadis yang disayanginya. Sebuah kecupan sebagai tanda kerinduan yang tak terelakkan. Sebuah kecupan panjang dan begitu dalam, seakan tak mau melepaskan sedetik pun waktu bersamanya, apalagi harus berpisah dengannya.

Fang tak tahu. Ada rasa sakit saat dia harus memikirkan hal itu. Perpisahan ataupun kerinduan, keduanya sama-sama tak pernah dia harapkan.

Tanpa sadar, setetes air mata lolos dari tempatnya. Membasahi wajah gadis yang masih setia dikecupnya tanpa ada sedikitpun keinginan untuk melepaskan. Saat gadis manis itu mulai mengerjapkan matanya, Fang tersadar ulahnya pasti telah membangunkan malaikatnya itu.

"Selamat malam, sayang!" Fang memberi sedikit ruang agar kekasihnya dapat menatapnya di bawah balutan sinar bulan.

Fang tersenyum, penuh kehangatan. Kekasihnya, Boboiboy, menatapnya dengan rasa tak percaya.

"Fang?!" Tangan mungilnya mengusap pipi Fang yang sedikit basah karena bekas air mata. Dalam semilir angin, dia dapat merasakan sosok yang tersenyum di atasnya dengan nyata. Boboiboy memandangnya lama hanya untuk memastikan jika semua ini bukan mimpi. Beberapa detik yang penuh kehangatan, hingga akhirnya Boboiboy sesenggukan karena air mata haru yang dikeluarkannya.

Boboiboy dengan sigap bangun dan memeluk Fang dengan serta merta. Tubuh Fang sedikit terhuyung ke belakang karena tak siap dengan pelukan dadakan yang dilontarkan Boboiboy. Dia membalasnya dengan ikut melingkarkan kedua tangannya pada pinggang ramping milik kekasihnya. Fang tersenyum meski dia masih merasakan kepahitan yang sama. Tangannya dengan perlahan naik, dan mengusap rambut Boboiboy yang sedang menangis di atas bahunya.

"Aku tahu, kau tidak akan membiarkanku merindukanmu terlalu lama." Ucap Boboiboy yang masih betah berlama-lama bersandar pada bahu tegap kekasihnya. Dia memeluknya, semakin erat, tak mau jika Fang pergi atau menghilang dalam dekapannya.

"Sikap keras kepalamu yang membuatku ada di sini." Fang meledek dengan senyuman yang masih terpatri di wajahnya. "Kau tahu, permohonanmu membuat Tuhan terusik."

"Benarkah?" Boboiboy melepaskan pelukannya. Dia menatap Fang dengan mata berbinar, membentuk wajah lugu yang begitu natural di mata Fang. Dan pemuda itu, selalu memasukkan wajah polos kekasihnya itu dalam daftar hal yang sangat dirindukannya.

"Tentu saja. Kau berdo'a siang malam. Menerikkan namaku pada langit milik-Nya. Dan menungguku di tebing ini seperti orang yang sudah kehilangan semua harapannya. Katakan, bagaimana Dia tidak terusik dengan semua itu?"

Fang membekapkan kedua tangannya pada pipi cabi yang selalu membuatnya gemas. Sedang Boboiboy hanya bisa tersenyum. Dan kedua mata indahnya kembali berbinar saat sebuah pertanyaan kembali mampir dalam kepalanya. "Itu artinya Tuhan akan mengembalikanmu padaku? Selamanya?"

"Iya," Fang tersenyum penuh kegetiran. Tangannya tiba-tiba merosot dan terjatuh di atas rumput, begitu pun dengan pandangannya, "dan tidak."

Senyuman Boboiboy ikut luntur begitu mendengar ada jawaban tidak dalam ucapan Fang. "Apa maksudmu?"

"Boboiboy, lanjutkan hidupmu. Aku sangat sedih jika harus melihatmu seperti itu terus."

"Tidak! Jika kau tidak bisa kembali untukku, setidaknya bawa aku bersamamu." Air mata kembali mengalir lebih deras dari sebelumnya.

"Tidak, jangan menangis! Kumohon!" Fang serta merta menghapus air mata Boboiboy. Dia mengangkat dagu Boboiboy dan memberikan tatapan bahwa semuanya akan baik-baik saja.

Boboiboy hanya bisa terdiam. Hal ini terlalu menyakitkan baginya. Keseimbangannya mulai goyah. Dan dengan air mata yang kembali bercucuran dia menjatuhkan kepalanya di atas pangkuan Fang.

Ada bahasa kebisuan di antara keduanya. Meski dalam kesunyian, mereka dapat merasakan perasaan satu sama lain. Mereka tidak ingin berpisah. Mereka ingin terus seperti ini, mendekap satu sama lain tanpa ada apapun yang bisa memisahkan.

"Aku tahu, sejak dulu kau memang suka bercanda, Fang." Boboiboy tertawa miris, tak mampu menerima semua kenyataan yang ada. Dia memiringkan tubuhnya yang masih berada dalam pangkuan Fang sebelum akhirnya kembali memejamkan matanya. "Kau akan selalu bersamaku."

Fang memalingkan wajahnya pada langit keperakan di atas sana. Tak ada yang membuatnya lebih tersiksa selain melihat orang yang paling dia cintai menderita karenanya. Matanya kembali menatap seseorang yang terbaring dengan nyaman dipangkuannya. Dia tak mau melewatkan kesempatan. Jika ini adalah saat terakhir dia bisa melihat wajah kekasihnya, maka dia akan memandangnya sepuasnya.

'Boboiboy, aku tahu, jika Tuhan tidak berbaik hati, maka Dia tidak akan memertemukan kita lagi. Disamping itu, aku juga tahu, terkadang kebaikan juga ada batasnya. Aku tidak bisa turus berlama-lama di sampingmu. Dan kau juga harus memahami bahwa dunia kita tidak sama lagi. Tapi, malam ini aku begitu bahagia saat melihatmu kembali tersenyum di bawah sinar purnama dan bisa mendekapmu seperti dulu lagi. Meski aku tak bisa terus bersamamu, tapi aku berjanji akan selalu mendampingimu walau dari dunia yang berbeda. Percayalah, kau akan selalu kubawa dalam hatiku.'

Tangan itu masih terus mengusap rambut kesayangannya. Terus dan terus, hingga seseorang dalam pangkuannya mulai terlelap dalam kenyamanan yang diciptakannya. Fang masih ingin menatapnya, namun sebuah panggilan tak bisa diabaikan. Dia kembali mengecup kekasihnya, lebih lama dan dalam dari awal pertemuan mereka. Tubuhnya memudar perlahan, membiarkan sinar bulan menembus raganya. Dan dalam perpisahan yang menyakitkan itu, dia dapat melihat tubuh kekasihnya kembali terbaring di atas rumput kering.

"Selamat malam, sayang! Aku akan selalu merindukanmu."

***

Seperti yang sudah kujanjikan, dalam buku ini kalian boleh request alur cerita yang kalian mau.

Yang di atas sebagai pembukaan saja.

Pokoknya, aku tunggu request kalian di kolom komentar.

Endless_Love21

Fantasy World [FangBoy Version]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang