Fang bilang dia akan menemuinya ketika bulan sudah naik enam puluh lima derajat di arah barat daya. Namun, sejak sepuluh menit keterlambatannya, tetap saja pantai itu kosong tanpa ada satu pun manusia yang berjalan di atasnya.
Boboiboy mendengus, sedikit kesal ketika matanya harus bersitatap dengan ombak di lautan lepas. Menggulung tak beraturan, lalu jatuh berdebur ketika menabrak batu karang. Benar-benar membosankan. Tidak biasanya Fang terlambat seperti ini.
Boboiboy akhirnya berpikir, dari pada terus diam seperti karang lautan, lebih baik dia habiskan sisa hari dengan menyusuri pantai yang masih jernih ini. Banyak orang yang bilang, menatap senja di sana dapat meringankan beban hidup kita. Dan kali ini Boboiboy ingin mencobanya. Tak ada salahnya bukan menikmati sedikit kebaikan yang telah Tuhan berikan? Lagi pula, berjalan di pasir hangat itu membantunya melupakan waktu. Fang juga masih tidak pasti kapan dia akan sampai di tempat ini.
"Mentari sore sudah menghilang. Udara malam juga sudah mulai membuatku kedinginan. Jika Fang tidak datang juga, lebih baik aku pulang saja." Desiran angin malam ikut mengalun bersamaan dengan keluh kesah yang coba diluapkan Boboiboy. Sudah satu jam dia menyusuri pantai ini, dan sudah satu jam pula dia menunggunya di sini. Tetap saja, permainan menunggu ini hanya seperti lelucon bagi Fang. Dia berjanji akan ngambek tiga minggu dan tidak mau bicara dengan Fang lagi.
Boboiboy akhirnya berjalan, hendak pulang. Namun, bintang yang turun di ujung timur pantai tiba-tiba membuatnya terkesima.
"Apa itu untukku?" Saat langkah kaki sudah semakin dekat. Bintang-bintang tadi menjelma menjadi lampu kerlap-kerlip biasa. Boboiboy terpukau, meski meja dengan dua kursi yang duduk lengang di sana tidak tertulis namanya, tetap saja dia merasa makan malam romantis di pinggir pantai itu memang disediakan untuknya. Ada sentuhan tangan Fang di tempat itu, dan Boboiboy dapat merasakannya dengan jelas.
"Oh, jadi kau merencanakan semua ini, Fang? Tapi, di mana kau bersembunyi? Cepat keluar, atau aku akan pulang!" Tak ada tanggapan, Boboiboy benar-benar sendirian di tempat itu.
"Huh, ya sudahlah. Aku akan menunggumu di sini saja." Boboiboy akhirnya mendudukkan diri pada salah satu kursi yang tersedia. Duduk melipat tangan karena merasa dipermainkan. Baru saja dia merasa senang karena mendapat kejutan demikian, namun tiba-tiba saja Fang mengajaknya main petak umpet dan membuatnya kesal lagi.
Boboiboy menatap meja dengan datar. Apa hidangan untuk makan malam ini adalah kerang? Tapi tunggu, kenapa ada kertas yang terselip di mulutnya? Boboiboy mencoba lebih serius memperhatikannya, ternyata kerang-kerang itu sengaja ditata sedemikian rupa membentuk hati. Dan ada tulisan juga di tengahnya, '10 Reasons Why I Love You'.
"Sepuluh alasan mengapa aku mencintaimu. Hm, kelihatannya menarik." Karena penasaran, akhirnya Boboiboy mengambil salah satu kerang dan mengambil kertas itu untuk dibaca.
'Jika aku ingin mengibaratkan makanan, maka kau, Boboiboy, adalah makanan termanis yang pernah kutemukan. Apa kau tidak sadar, kedua mata madumu itu selalu bisa menghipnotisku. Bibirmu terlalu ranum seperti buah yang sedang matang. Dan yang selalu menjadi favoritku adalah kedua pipi kenyal milikmu. Sungguh Boboiboy, aku berani bersumpah, kau itu berkali-kali lipat lebih manis dari lobak merah.'
"Benarkah Fang, aku semanis itu? Kuharap kau tidak akan menjadikanku makanan favoritmu setelah ini."
Kerang itu diletakkan, bersamaan dengan kertas yang tadi dibacanya. Sekali lagi Boboiboy melirik, tak sabar untuk membaca alasan apalagi yang dituliskan Fang di sana.
'Hal terbaik yang pernah kulihat di dunia ini adalah senyuman milikmu. Aku tak tahu kenapa, setiap aku melihat senyummu, aku merasa menemukan kehidupan baru di dunia ini. Senyummu itu merekah, terlalu indah. Kuharap aku akan terus melihat senyum itu sepanjang sisa hidupku.'
KAMU SEDANG MEMBACA
Fantasy World [FangBoy Version]
FanfictionShort story tentang Fang dan Boboiboy. © Boboiboy milik Monsta © Fanart by Widzilla on Devianart