Mobil jazz merah milik Audrey berhenti di sebuah tempat dimana ia sering melepaskan perasaan sesaknya meski sesaat"Bang!"
"Eh drey..Lo dateng? Tumben..pasti masalah yang sama lagi ya?" Tersenyum kecil Audrey mengangkat acuh bahunya
Kini Audrey sedang berada ditempat balapan. Audrey tidak sering kesini, hanya kadang kadang saja bila ia sedang ingin menghilangkan penat
Tidak ada yang tahu Audrey suka balapan bahkan sahabatnya pun tidak ada yang tahu. Audrey terpaksa diam, ia benar benar tidak ingin di khawatirkan--lebih tepatnya tidak ingin di kasihani, biarkan ia melampiaskan rasa sakitnya dengan caranya sendiri tanpa merepotkan orang di sekelilingnya, biarkan ia mengehentikan rasa sakitnya sendiri tanpa melukai orang lain
Lagipula Audrey tidak akan macam macam. Meski ia suka membolos, berkelahi, dan balapan. Audrey masih sadar diri, ia juga masih melakukan semua itu dalam batas wajar. Sedikit pun Audrey juga tidak ingin pergaulan sampai menyentuh rokok ataupun minuman beralkohol, senakal nakalnya Audrey ia masih bisa membedakan mana yang baik untuknya dan yang mana yang tidak baik
"Hhmm biasalah bang.." Audrey tersenyum manis
"Mau siapa lawannya kali ini drey?" Namanya bang Kafka, teman sekaligus orang yang telah Audrey anggap sebagai kakak
"Atur aja bang. Santai gue mah.."
Bang Kafka baik sekali padanya, dia adalah satu satunya orang yang tahu dan mengerti seluruh kisah hidup Audrey. Setidaknya Audrey masih bisa bersyukur meski hatinya kesepian setidaknya ia juga masih punya orang orang yang berusaha membuatnya terhibur
"Yasudah siap siap lo di garis start."
"Siap bang!"
Mobil merah Audrey nampak tersusun di jejeran pembalap malam itu "Drey ingat meskipun lo sering menang balapan jangan pernah menganggap remeh semua lawan main lo." Bang Kafka mengingatkan Audrey. Cewek itu memang selalu menang jika soal balapan. Disana Audrey menjadi kebanggaan orang orang, kehadirannya bahkan selalu di pertanyakan kenapa cewek sehebat itu jarang terlihat disana
"Oke bang,"
Dari awal Audrey menempatkan mobilnya di garis start suara teriakan dengan menyebut namanya nampak terdengar keras disana
"Satu," Hitungan mulai terdengar dari suara cewek didepan mobil mereka
"dua,"
"tiga!"
Mobil Audrey melaju kencang. Sama seperti biasa gadis itu akan selalu mengalah pada lawannya sebelum garis finish terlihat. Hingga garis finish sudah terlihat sekejap saja mobil merahnya telah melaju dengan kecepatan penuh menyalip semua lawannya dengan sangat mudah
Lima menit setelahnya Audrey berhasil melajukan mobilnya sampai ke garis finis. Lagi, Audrey menjadi pemenang di balapan malam itu. Sedikit banyak Audrey mulai dapat melupakan perasaaan kecewanya yang sejak tadi membelenggunya
"Hebat lo drey." Bang Kafka tersenyum lebar menghampiri Audrey sambil menepuk bahu gadis itu
"Nih uangnya drey," Menyodorkan sejumlah uang hasil kemenangan balapannya malam itu Audrey nampak terlihat kesal alih alih menerima dengan senang hati
"Bang Kafka kan tau Audrey balapan bukan buat cari uang, mending uangnya buat Bang Kafka aja okee.." Sambil tersenyum lembut Audrey memaksa mengembalikan uang itu ke tangan Bang Kafka
Gadis itu tidak pernah sekalipun ingin mengambil uang dari hasil balapannya, ia lebih memilih memberikan uang itu untuk orang yang lebih membutuhkan seperti Bang Kafka. Selain rasa terima kasihnya karena kebaikan Bang Kafka nya padanya Audrey juga ingin meringankan beban Bang Kafka selaku tulang punggung keluarga. Bang kafka hanya hidup bersama ibunya yang sedang sakit, serta adiknya yang juga masih kecil. Audrey sayang Bang Kafka, ia tulua ingin membantu keluarga Bang Kafka, selama ini Bang Kafka sudah sangat baik kepadanya jika bukan karena abangnya itu mungkin selama ini Audrey sudah salah dalam pergaulan
KAMU SEDANG MEMBACA
Audrey
Teen FictionNamanya Audrey. Cewek rese, murah senyum, ceria, selalu ketawa, nyebelin. Ya intinya sebut saja Audrey itu rusuh Namun, apa yang kita lihat kalau dia selalu bahagia belum tentu dia benar benar sedang bahagia. Meski dia terlihat selalu ceria, selalu...