"Sayang gak makan dulu nak?"
"Gak sempat bun," Alvin memasang cepat sepatunya dengan terburu buru. Terbiasa hidup sendiri di luar cowok itu terbiasa melakukan apa apa dengan tergesa gesa bahkan meski jam masuk sekolahnya masih 30 menit lagi Alvin tetap terlihat buru buru
"Oh yasudah, jangan lupa makan tapi disekolah ya nak,"
"Iya bun...Alvin berangkat dulu, sudah hampir terlambat ini." Menyalimi tangan bunda nya Alvin pamit berangkat sambil memasang cepat jaketnya
"Hati hati di jalan ya nak." Sahut bunda yang Alvin jawab dengan senyumannya
"Gara gara tu cewek, mobil gue jadi masuk bengkel." Terpaksa sekali hari keduanya di Jakarta Alvin harus berangkat sekolah menggunakan taksi. Sebenarnya sopir nya sudah menawarkan ingin mengantarnya, Alvin menolak dengan halus rasanya dari pada ia di sopirin kemana mana Alvin lebih rela naik angkutan umum saja. Bila terpaksa sekalipun Alvin lebih memilih ia saja yang menyopir ketimbang ia di bawa sopir, rasanya Alvin tidak nyaman sekali harus merepotkan orang lain
****
Sama seperti hari hari biasanya, gadis itu terlambat berangkat kesekolah di hari rabu itu. Sungguh, Audrey tidak perduli jika harus dihukum setelah itu, Audrey bahkan bersyukur sekali andai orang tua nya di panggil kali ini, setidaknya mereka bisa tahu kelakuan putrinya disini seperti apa. Audrey ingin sekali saja mereka melihatnya, bukan sekedar datang hanya untuk memberikan uang
"Selamat pagi mang ujang," Gadis itu keluar dari mobilnya dengan senyum lebar
"Neng audrey...mending sekarang neng cepat masuk kelas. Nanti neng dihukum lagi," Rasanya Mang ujang selalu was was setiap kali gadis itu datang. Belum lagi setiap kali gadis itu menunjukkan senyum lebar tanpa bebannya semakin membuat mang ujang menatap tidak tega melihatnya yang sebentar lagi di hukum itu
"Udah biasa mang. Audrey masuk dulu ya, dahh mang ujang,"
Audrey berjalan santai di koridor pagi itu layaknya orang yang tiba di sekolah tepat waktu
"Terlambat lagi kamu Audrey?" Entah asalnya dari mana tiba tiba bu lilis sudah berdiri di depannya dengan wajah super ramah yang pernah ia lihat
"Eh ibu? Ibu kumaha wartosna? Damang? Alhamdulillah saprak iraha ibu di dieu nya?" Audrey nyengir kuda, tangannya menggaruk tengkuk yang sama sekali tidak terasa gatal itu
"Teu kudu pupulih mungguh maneh teu teurang boga maksud." Audrey tersenyum salah tingkah. Sungguh Audrey benar benar tidak bisa bahasa sunda, ia cuma bisa sedikit karena sering mendengar bibi nya berteleponan dengan orang rumah kalau di tanya ngerti apa tidak yang lawan bicaranya katakan dengan berat hati Audry akan menjawab tidak paham
"Ibu lagi ngatain saya ya?"
"Lupakan. Sekarang lihat jam kamu, jam berapa sekarang Audrey? kenapa kamu baru datang?!" Bu lilis nampaknya sudah geram sekali berhadapan terus dengan Audrey
"Ibu gak punya jam ya? yaudah saya kasih tau, sekarang itu sudah jam...... 08.45 bu."
Berkacak pinggang guru bertubuh gemuk itu menatapnya dengan mata melotot "Ini lagi seragam, kenapa rok kamu pendek sekali Audrey belum lagi baju.." Memperhatikan muridnya dari atas sampai ke bawah ia mengeleng gelengkan kepala kemudian
"Kenapa baju kamu dipendekin, kamu pakai baju SMA apa baju SMP! Ya tuhann ibu capek ya Audrey.."
"Yee si ibu, baju itu kalau masih bisa di pakai buat apa beli lagi."
"Kamu! sekarang juga lari keliling lapangan 15×, sekarang!" Teriak bu lilis dengan suara petir nya
"Busett dah kaki saya hanya terbuat dari tulang bu, itu nanti kalau pincang sebelah saya gak cakep lagi kalau jalan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Audrey
أدب المراهقينNamanya Audrey. Cewek rese, murah senyum, ceria, selalu ketawa, nyebelin. Ya intinya sebut saja Audrey itu rusuh Namun, apa yang kita lihat kalau dia selalu bahagia belum tentu dia benar benar sedang bahagia. Meski dia terlihat selalu ceria, selalu...