"Ren, plis.. Jangan pergi, aku butuh kamu disini"
.
.
."Aku bener bener butuh bantuan kamu ren, plis jangan pergi. Tolong aku, tolong kita. "
"Maaf , tapi aku harus pergi"
Tanpa kusadari air mataku sudah mendarat di pipiku. Aku menangis terisak isak. Sakit. Menatapnya seperti itu hanya akan membuat hatiku remuk. Aku harus segera pergi.
"Maaf"
Aku pun lari menjauhi dia. Sakit. Ini sungguh menyakitkan.
Aku lari melewati zebra cross yang kebetulan sedang menunjukkan lampu merah untuk kendaraan. Yang berarti pejalan kaki diperbolehkan untuk menyebrang.
Baguslah. Ini dapat membuatku lebih cepat menjauhi dia. Sesampainya di seberang jalan, tiba tiba langkahku terhenti. Entah apa yang membuatku berubah pikiran, aku memutuskan untuk kembali melihat kebelakang untuk terakhir kalinya.
Ramai. Begitulah suasana saat aku membalikkan tubuh ku. Bukan ramai seperti saat aku menyeberang jalan, tetapi lebih ramai. Ya, ada kecelakaan. Ada seseorang yang tertabrak kendaraan beroda empat yang sedang melaju dengan kecepatan tinggi sehingga ia terpental sejauh 20 meter.
Kini pikiran ku mulai memunculkan pikiran negatif. Aku pun memberanikan diri menghampiri seorang korban dan berharap bukan 'dia' yang tertabrak.Sesampainya di tkp. Aku melihat siapa korban itu, dan harapanku hancur benar benar hancur. Ini benar benar diluar harapan ku. Tangisku semakin menjadi jadi, aku menutup mulutku dengan sebelah tanganku. Perlahan aku duduk disampingnya dan membuat kepalanya berada di atas pangkuanku.
Sangat menyakitkan melihatnya terluka parah dengan darah bercucuran keluar dan membasahi semua anggota tubuhnya. Dan ini semua...
Karenaku.
"Bodoh"
"Siapa yang menyuruhmu untuk mengejarku? "
Dia mengangkat sebelah lengannya sekuat yang dia bisa dan tangannya menyentuh sebelah pipi kananku.
"Tolong..
Jangan..
Per..
Gi."
Itu yang terakhir dia katakan sampai akhirnya ia tak sadarkan diri.
Bodoh.
Sekarang siapa yang sebenarnya meninggalkan dan ditinggalkan?
.
.
.
.
.
.
.
.
."Ren.. Renaa, bangun sayang"
Aku membuka mataku dan yang pertama aku lihat adalah mamah dan kakak. Benar, tadi hanya mimpi. Untuk kesekian kalinya, itu terasa sangat nyata.
"Dek, hey! Kamu kenapa? "
"Mamah sama kakak kenapa ada disini?"
"Yeh, malah balik nanya"
"Kamu tadi nangis histeris sayang, mamah kira kamu kenapa kenapa. Tapi pas mamah sama kakak samperin mata kamu merem. Kamu mimpi lagi? Mimpi apa?"
"I.. Iya mah"
Apa aku harus bilang yang sebenarnya? Apakah akan membuatku tenang? Tidak, mungkin belum saatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
dreamers | °nct°
RandomBertemu dengan sang idola adalah salah satu impian para penggemarnya bukan? Tapi tidak untukku, bagi ku bertemu mereka adalah salah satu cara untuk menemukan jawaban dari semua mimpi mimpiku