boleh?

4 1 0
                                    

Apa aku harus memberitahu yang sebenarnya?
.
.
.
.
.

Saat aku ingin mengatakan yang sejujurnya, tiba tiba ingatan ku tentang semua yang aku alami dalam mimpi terputar di otakku.

"aku mimpi pah"

"mimpi? "

"iya, aku mengalami mimpi tentang banyak hal yang aneh dan mimpi itu saling berhubungan"

Aku menarik nafas dalam dalam sebelum menceritakan semuanya kepada papah, sejujurnya aku terlalu takut untuk menceritakannya.

"Dan di mimpi itu.. "

Aku menggantungkan kalimatku. Dan papah menatapku selaku menunggu ceritaku yang tak kunjung ku ungkapkan.

"ada beberapa orang, salah satunya minta tolong sama aku pah..  Dan, dia selalu bilang kalau aku harus inget tentang dia, terus tiba tiba ada seorang perempuan cantik yang entah aku ga tau siapa dia, dia pakai mahkota emas. Dia bilang jika aku ingin tau jawaban 'siapa dia' , 'dengan cara apa aku menolongnya', aku harus bertemu mereka"

Jelasku panjang lebar.

Aku menarik nafas ku dalam dalam 'lagi',karena ceritaku belum selesai.

Dan papah terus terdiam menunggu cerita ku yang selanjutnya.

"Dan waktu kemarin aku nginep di rumah alisha, alisha terus maksa aku buat liat video performance dari boyband korea.  Waktu aku liat, mereka semua mirip dengan orang yang selama ini terus ada di mimpi aku. Dan salag satu dari mereka yang sangat meminta bantuanku adalah.. "

Aku menggantungkan kalimat ku untuk kesekian kalinya. Karena tak tau kenapa tiba tiba aku ragu untuk mengatakan namanya di depan papah.

Tapi bukan berarti aku tidak mengatakannya. Aku tetap mengatakannya dan itu harus.

"Na jaemin"

Papah tersontak kaget saat aku menyebutkan nama jaemin. Ada apa? Kenapa reaksi papah sangat berbanding terbalik dengan perkiraanku? Apa papah tau siapa Na jaemin yang sebenarnya?

"Na jaemin?" papah mengulangi perkataan ku yang terakhir.

"Aku harus cari tau tentang mereka pah, aku harus membuktikan kalau mereka itu orang yang selalu ada di mimpiku dan aku juga buktiin dengan mata kepalaku sendiri."

Papah menghela nafasnya berat.

"Dan kalau benar itu memang mereka, aku haris bantu mereka"

Aku terus berbicara mengabaikan papah yang mungkin ingin berbicara juga. Hingga akhirnya papah memotong pembicaraanku.

"cukup Rena."

Aku terdiam. Ada apa? Apa papah marah?


"kamu nggak boleh kesana"

Yap. Itu jawaban papah, cukup singkat dan cukup jelas. Ini benar benar sesuai dengan dugaanku. Konyol. Kenapa aku harus menjelaskan panjang lebar jika pada akhirnya papah tidak memperbolehkanku?

Aku menundukkan kepalaku mengerti. Begitupun dengan papah. Kami sama sama menunduk.

Tapi tak lama kemudian, aku mengangkat kepalaku dan tersenyum hambar.

"oke, baiklah"

Hanya itu yang bisa ku katakan, ya bagaimana lagi? Papah tetap teguh pada pendiriannya. Sekali tidak ya tidak.

Dari situ pun aku beranjak pergi berniat keluar dari kamar meninggalkan papah.

Aku memegang kenop pintu seraya akan membukanya tapi aksi ku terhenti oleh omongan papah yang membuatku terkejut.

"kamu ga boleh kesana Rena"

"iya pah, aku gaakan pergi" jawabku tanpa membalikkan tubuhku.

"engga,bukan"

Aku pun membalikkan tubuhku menghadap papah.

"terus apa? "

Papah pun beranjak dari kursi dan menghadapkan pandangannya terhadapku.

Apa yang papah akan katakan?

.
.
.
.
.
.



dreamers | °nct°Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang