5 - berangkat bareng

28 8 0
                                    

Anisa sudah bangun di pagi buta. Tujuannya hanya satu, yaps melihat kabut pagi. Tapi, itu hanyalah angan-angannya. Tidak mungkin ia dapat melihat kabut pagi di kota metropolitan ini. Yang dapat ia lihat adalah bangunan-bangunan pencakar langit.

Jam masih menunjukkan pukul 04.40 WIB, Anisa belum mau bersiap-siap untuk ke sekolah. Rasanya ia rindu dengan Solo, dengan sahabatnya, dengan kabut pagi tentunya. Hingga ia memutuskan untuk berkutat pada ponselnya yang terletak di atas nakas. Ia mengetikkan 3 kata di grup line-nya bersama sahabatnya.

AnisaF : gue kangen kalian :(

Hanya itu, setelahnya Anisa meletakkan ponselnya di tempatnya semula. Dan beranjak untuk bersiap-siap.

***

Saat ini Anisa sedang berdiri di pinggir jalan. Sebelumnya, ia menaiki angkutan umum untuk ke sekolahnya. Namun, ia diturunkan dari angkutan itu, karena angkutan yang ia naiki itu ban-nya pecah yang menyebabkan Anisa harus mencari angkutan lain.

Ayahnya ada tugas rapat dadakan dan membuatnya berangkat lebih awal. Tadi Rinda menyuruh Anisa untuk memesan taksi saja, tetapi Anisa menolak.

Anisa mengeluarkan ponsel dari dalam tasnya. Berniat untuk melihat jam disana. 15 menit lagi bel akan berbunyi, sedangkan jarak yang Anisa harus tempuh masih jauh. Anisa memutar kepalanya ke arah kanan, berharap akan ada angkutan yang lewat. Tetapi tidak ada satupun angkutan yang lewat. Membuatnya frustasi. Anisa panik sekarang, 10 menit lagi bel, dan dia akan telat hari ini.

Sebagai anak baru, Anisa tidak mau di cap sebagai anak yang nakal. Anak yang suka telat. Anisa melihat sebuah sepeda motor berhenti tepat didepannya. Namun Anisa belum tahu siapa dia, karena ia menggunakan helm yang menutupi seluruh wajahnya. Tetapi, Anisa dibuat terkejut setelah orang itu membuka helmnya.

"Kak Alfin?", kata itu refleks terucap oleh Anisa. Dengan segera Anisa menutup mulutnya dengan kedua tangannya.

"Ayo naik. Gue tau lo lagi nunggu angkutan. Jam segini angkutan jarang yang lewat." Anisa bingung harus apa. Di satu sisi dia ingin menolak ajakan dari kakak kelasnya itu, tapi di sisi lain dia juga tidak ingin terlambat.

"Ayo naik, bentar lagi bel. Lo mau telat?", dengan terpaksa Anisa menaiki motor Alfin dengan kaku. Ini untuk pertama kalinya ia dibonceng oleh pria yang baru di kenalnya.

Selama di perjalanan, Anisa tak henti-hentinya melihat jam yang tertera pada ponselnya. Tinggal beberapa menit lagi gerbang akan di tutup. Motor itu melaju dengan kecepatan yang bisa dibilang melebihi batas, dan membuat Anisa refleks memegang bahu Alfin.

Saat pak Badu ingin menutup gerbang sekolah yang masih terbuka setengahnya itu, Anisa berteriak, "Pak Badu, jangan di tutup dulu!".

Motor yang di tumpangi Anisa telah melewati gerbang. Anisa buru-buru turun dan berlari menuju kelasnya yang ada di lantai 2 tanpa pamit dengan Alfin atau mengucapkan terimakasih.

Alfin yang melihat itu hanya menggeleng-gelengkan kepalanya. Dan sudut bibirnya sedikit terangkat, dalam artian ia tersenyum. Entah senyum karena apa. Tetapi senyum itu hanya berlangsung singkat. Dan dia melakukan hal yang dilakukan Anisa tadi. Berlari untuk menuju kelasnya.

***

"Masuk gak ya?", gumam Anisa yang diucapkan berkali-kali, seperti sedang meminta saran kepada orang lain. Padahal hanya ada dia sendiri disana.

Kabut PagiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang