BAGIAN KEDUA

100 16 3
                                    

"Ada kabar dari Buto? Apa percobaannya berhasil?"

"Subjek kedelapan seorang anti-void, baru saja tewas tadi pagi. Sementara itu, subjek kesembilan adalah supervoid. Ia memiliki daya tahan tubuh super, dan kakinya benar-benar kuat."

"Supervoid, katamu? Bagus! Bagus sekali. Satu lagi orang yang akan menggerakan roda impianku." Pria itu tergelak, berputar-putar di kursi kerjanya. "Elisa! Kapan Buto sampai ke sini?"

"Tiga puluh menit lagi. Apakah ada yang perlu disiapkan, Tuan?" Seorang wanita bersetelan jas merah sibuk memandangi arlojinya, sehingga rambut pirang sepunggung itu ikut tergerai ke bawah.

"Apa dia ada permintaan khusus?"

"Privasi, katanya," sahut Elisa. "Hanya ada dia, dirimu, dan Si supervoid."

"Terpenuhi!" Pria itu tersenyum lebar. "Bilang padanya Thrill si kelabang merah setuju."

"Baik, Tuan Primus. Buto akan segera mendapat pemberitahuan ini." Elisa berlalu dari meja kerja pimpinannya.

"Tunggu, Elisa."

"Ada apa, Tuan?" Gadis itu mengerling ke belakang.

"Sebagai sekretaris kepercayaanku, hanya kau yang kuizinkan memanggilku dengan nama asli. Akan tetapi, tolong tetap panggil aku Tuan Thrill di hadapan staff yang lain."

"Baik, Tuan. Saya mengerti."

"Satu lagi. Seminggu lagi aku akan cuti beberapa bulan. Jadi, perusahaan ini akan kuserahkan kepada putriku untuk sementara. Dia anak yang labil. Gadis yang dilanda krisis jati diri. Maka dari itu, tolong bimbing dia."

"Akan saya usahakan sebaik mungkin."

~~Kaki Sakti~~

"Halo."

"Tuan Thrill menyetujui permintaanmu. Setelah sampai, beliau akan menunggu di ruangannya."

"Bagus. Kabar yang bagus, Elisa."

"Baiklah. Tolong jaga subjek kesembilan dengan baik hingga sampai ke perusahaan nanti."

"Tenang saja. Dia aman bersamaku." Buto mematikan ponselnya, berseri-seri.

"Ada apa?" Kepala Tirto menjulur dari kursi belakang mobil.

"Tahap awal sukses. Rencana kita berjalan mulus, Pak tua. Kau tahu tahap selanjutnya, bukan?"

"Tentu. Aku akan berpura-pura tertangkap olehmu, lalu kita menemui Thrill dan kalahkan ia diam-diam."

"Tepat sekali. Diam-diam, jangan secara frontal. Aku akan berpura-pura panik dan berusaha membantunya. Ketika Thrill lengah, akan kuhabisi hidupnya. Ya! Terdengar keren."

Mobil sedan itu akhirnya melintasi aspal, setelah sebelumnya dibuat berguncang oleh jalan berbatu. Desa Stagen jauh tertinggal di belakang sana.

Kini, Tirto punya sebuah misi penting. Ia dan Buto musti menghentikan jalur perdagangan racun malaikat. Apalagi, Buto bilang kalau transaksi ini sudah berlangsung lama, terbungkus dalam pengalihan isu puluhan kurir narkoba yang tertangkap.

"Thrill benar-benar jenius sekaligus kejam. Orang itu menyewa puluhan orang untuk menyamar sebagai kurir narkoba. Mereka disebar ke seluruh penjuru Kotabaru, sengaja memancing perhatian agar polisi datang meringkus. Namun, itu bukanlah tindakan prestisius. Sebab transaksi yang sebenarnya berlangsung di dalam bayang-bayang dunia. Tak terlihat." Buto menyalakan sebatang rokok seraya mengemudikan mobilnya.

"Buto, bisa kau ceritakan dari mana racun malaikat ini berasal?"

"Dari kejeniusan Thrill, tentunya. Akan tetapi, bahan dasar racun ini berasal dari Semissir. Pulau terpencil di pelosok Kotabaru. Orang-orang bilang pulau itu berhantu, mematikan, berbahaya, sehingga tak ada yang sudi ke sana. Betapa bodohnya mereka." Buto tergelak. "Bunga malaikat, spesies tanaman baru yang bahkan belum ditemukan oleh ahli botani manapun, tumbuh di sana. Thrill tahu ia bisa mengeruk keuntungan super besar dari situ, dan ia sepakat membangun perusahaan Kelabang Merah. Tempat khusus pengelolaan bunga malaikat, dari pengekstrakan hingga pencampuran dengan bahan khusus. Secara ilegal, tentu saja."

Kaki SaktiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang