*EMPAT*

2 0 0
                                    

Aku duduk di kelas sendiri, dan aku bersyukur teman sekelasku belum ada yang masuk kelas. aku memutuskan untuk membaca novel yang tadi sempat aku pinjam di perpustakaan.

"nay aku cariin di perpustakaan kog gak ada? " tiba-tiba aisyah menghampiriku

"owh, tadi aku cuma pinjam buku ini kog syah" aku menunjukan novel yang ada di tanganku.

"owh, kamu nanti ikut ke pondok kan? " ucap aisyah

"ke pondok ngapain? " pertanyaan itu dari rosa yang tiba-tiba masuk ke kelas.

"emmm.." aku menatap aisyah

"naya mau nganterin aku aja kog ros" lanjut aisyah dan rosa cuma ber ohh ria. Rosa akhirnya duduk dan bel masuk berbunyi.

"maaf ya syah nanti aku gak bisa ikut, oma sudah mulai curiga" ucapku lirih tak ingin rosa dan yang lain mendengar. Aisyah hanya mengangguk dan menatap ke depan lagi. Aku sangat males dengan pelajaran ini apalagi gurunya selalu cerita hal yang jelas, bikin ngantuk. Aku menguap berulang kali sampai aisyah menyenggol lengan ku, aku mengucek mata ku yang sudah di serang rasa kantuk tapi rasa ngantuk itu hilang saat bola mataku menangkap seorang cowok yang berdiri di balik pintu dan tersenyum ke arahku. Aku berusaha menghiraukannya dan fokus ke depan.
"sssttt sttt" ucapnya sambil melambaikan tangannya ke arahku. Aku menatapnya tajam dan menyuruhnya pergi tapi dia malah senyum-senyum gak jelas lagi.
Brakk
Aku kaget mendengar rotan itu mengenai meja.

"Naya" pak agus memangil namaku dengan begitu keras dan beliau juga menghampiri meja ku.

"kenapa kamu gak memperhatikan pelajaran? " beliau menatapku tapi aku hanya menunduk.

"maaf pak" ucapku, karena memang aku bersalah.

"sekarang maju ke depan" aku berdiri dan melangkah ke depan sedangkan pak agus masih berdiri di bangku ku tadi sambil membenarkan kaca matanya yang turun.

"sekarang bacakan puisi"

"puisinya mana pak? " tanyaku polos, hal itu mengundang tawa teman sekelasku
.
"bikin sendiri.. Cepat" ucapnya keras sambil memukulkan rotan lagi ke meja.

"aduhh pak, mana mungkin saya bisa bikin puisi. Baca puisi saja saya gak pernah"

"ya udah kalau begitu semester depan nilai bhs indonesia kamu saya kosongkan" ancam pak agus, akhirnya aku membacakan puisi yang aku tau.

Untukmu Ayahku
oleh Dina Sekar Ayu
Di keheningan malam..
Datang secercah harapan…
Untuk menyambut jiwamu datang…
Sebercik harapan agar kau kembali pulang..
Hanya sepenggal kata bijak yang bisa kutanamkan…
Duduk sedeku, tangan meminta, mulut bergoyang, jatuh air mata…
Tapi apalah daya..
Semua harapan hilanglah sirna..
Karena kau telah tiada..
Ayahku tercinta..

Semua orang bertepuk tangan termasuk pak agus dan cowok yang masih setia di ambang pintu sejak aku dihukum tadi. Hal itu bertepatan dengan bel pulang berbunyi dan pak agus mengakhiri pelajaran, semua murid berhamburan keluar untuk pulang. Aku berpisah dengan aisyah, aku sekarang sudah berada di dalam mobil dan menikmati lagu yang diputar dalam mobil. Aku masuk ke dalam rumah dan melihat oma, mama, dan juga kakek sudah ada di ruang makan.

"naya kamu sudah pulang" ucap mama lalu menghampiriku, aku hanya tersenyum semanis mungkin.

"makan siang dulu yuk" ajak mama dan aku menurut saja.

NAYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang