2

852 32 26
                                    

Calista duduk didekat pohon tua yang rindang, tempat favorit nya beristirahat setelah melewati semua jam kelasnya setiap hari.
Ia bersandar pada pohon tua itu. Memejamkan matanya, menikmati alunan musik yang keluar dari earphone kesayangan miliknya. Sesekali mengehela nafas, melihat sekeliling bangunan tua itu.

Beberapa bulan lagi Calista akan lulus, semua yang dilihatnya kini mungkin akan menjadi memori baginya.
Harvard University tempat Calista melanjutkan study bidang kedokteran yang sangat ia cintai mungkin sejak ia masih berada dalam kandungan.

Ayahnya yang juga seorang dokter membuat cinta itu tumbuh sejak kecil. Calista selalu mengidolakan Kris. Pekerjaan yang ditekuni Kris sangat hebat bagi Calista kecil, menolong banyak orang dan membantu orang-orang untuk mendapatkan second chance yang sangat diinginkan oleh orang-orang yang tengah berada diambang keputusasaan.

Kris tidak pernah memaksakan Calista kecil agar menjadi sepertinya, rasa sayang yang teramat besar pada Calista membuat Kris menyerahkan semua pada putrinya itu. Tapi, sepertinya kecintaan akan kedokteran telah mendarah daging pada putri kecilnya.

"Darling?" panggilan serta sentuhan tangan dipundak Calista menyadarkan nya.

"Hey Dad" Calista tersenyum, kemudian bangkit dan memeluk Kris.

"Ada apa sayang?"

"Tidak ayah, aku hanya.. Mungkin aku akan merindukan tempat ini"

"Kau bisa datang kapanpun kau mau bukan? Jangan sedih, semua ini hanya awal dari perjuangan mu Calista" Kris mencoba menghibur putrinya itu.

"Kau benar ayah, aku tidak akan pernah mengecewakanmu"

"Baiklah, Ayo kita pulang"

Mereka berdua segera beranjak dan pergi.
Diperjalanan Kris sesekali melihat Calista yang selalu tertidur didalam mobil. Wajah manis Calista tidak pernah berubah sejak ia kecil sampai saat ini.

"Kamu adalah mutiara ku Calista. Aku akan melakukan apapun demi melihatmu bahagia" Kris mengusap rambut Calista pelan.

Sesampainya di basement apartement mereka, Calista selalu terbangun seraya tubuhnya itu tahu bahwa ia sudah sampai.
Bergegas mereka turun dari mobil dan menuju lantai atas.

Kegiatan yang cukup banyak dan beberapa tugas akhir yang harus Calista kerjakan belum seluruhnya selesai. Ada beberapa yang harus ia selesaikan pada minggu ini dan membuat Calista banyak menghabiskan waktunya didalam kamar.

Menyusun projek, menyelesaikan laporan dan tugas-tugas akhir miliknya.

Setelah selesai mengganti pakaian santai, Calista kemudian membuka laptopnya dan mulai mengejerjakan tugas-tugasnya.

"Tok.. Tok... Tokk..."

"Calista? Ini ayah"

"Masuklah ayah, the door is not locked"

"Hmm, apa kamu belum selesai? Ibu dan adikmu menunggu untuk makan malam"

"Sebentar lagi, aku hanya tinggal menulis beberapa halaman lagi" Calista masih saja sibuk didepan laptopnya, kemudian Kris membelai rambutnya membuat Calista berbalik dan menatap Kris.

"Ada yang ingin ayah tanyakan padamu"

"Apa itu? Apa tentang tempat aku bekerja nanti?"

"Bukan, ayah ingin kamu segera bertunangan"

Sontak perkataan Kris membuat angin dingin menjalar diseluruh badan Calista, telapak tangan nya tiba-tiba saja dingin.
Jantungnya berderup sangat cepat.

Calista bingung apa yang membuat ayahnya secepat itu membicarakan soal pertunangan. Yang bahkan Calista sendiri belum mempunyai kekasih atau bahkan pria yang akan dijadikan suaminya saat ini.

"Bertunangan? Ayah, kekasihpun aku bahkan tidak punya" Calista tertunduk.

"Saat ini yang aku ingin hanya menjadi seorang dokter yang profesional, aku belum menginginkannya"

"Ayah tau kamu belum memiliki kekasih, ayah sudah menyiapkan pria yang pantas untuk kamu. Dia pewaris dari perusahaan pertambangan milik teman baik ayah. Yang juga adalah ayahnya. Kamu tidak perlu menikah sekarang, tapi bertunanganlah dulu dengannya"

"Aku bahkan belum mengenalnya, aku sama sekali tidak tau bagaimana dia ayah. Aku tidak bisa" Calista menatap ayahnya dalam. Berharap Kris dapat berubah pikiran melihat keteguhan dirinya.

"Kau bilang tidak akan mengecewakan ku bukan? Lakukanlah ini demi ayah. Seiring berjalannya waktu kau akan mengenalnya dengan baik, pikirkanlah ini. Ayah tidak akan meminta untuk kedua kalinya. Ayah harap kamu akan menerima perjodohan ini"

Kris mengusap telapak tangan Calista, kemudian pergi meninggalkan Calista yang terdiam lemas.

Apa yang harus aku lakukan..

Thief Of HeartsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang