5

558 7 1
                                    

Pagi ini Tamara datang lebih awal dari biasanya, beberapa staff pekerja yang lain mungkin masih menikmati kopi hangat dirumahnya masing-masing.
Pekerjaan yang masih menumpuk dan beberapa berkas yang belum Tamara kerjakan membuat nya harus datang sepagi ini.

Bukan hanya itu, laporan perkembangan perusahaan yang diberikan ibu Jessy padanya kemarin tertinggal diruang kerja bos nya. Mau tidak mau Tamara harus segera keruang kerja pimpinan nya itu dengan cepat dan keluar tanpa ada yang mengetahui, karena jika sampai ada yang mengetahui nya, mungkin Tamara bisa saja terkena masalah.

Bibir-bibir runcing dari semua staff bisa saja membuat nya seolah-olah menjadi kambing hitam dihari itu.

Tamara masuk dengan cepat setelah ia rasa tidak ada seorang pun di sekelilingnya.
Kemudian ia berjalan menuju meja pribadi bosnya itu. Perlahan matanya mulai menelusuri seisi ruangan berharap dapat menemukan berkas laporan itu.

Langkah kaki Tamara seketika terhenti saat berada tepat di samping kursi pribadi Daren, yang tidak seorang pun dapat duduk disana. Tamara mencium aroma parfum khas dari tubuh Daren yang melekat pada kursi itu.

Pikirannya kini mulai melayang jauh, membuat kewanitaan nya saat ini terasa lembab.

"Ah.. Bahkan hanya aromamu saja dapat membuatku terperdaya Mr. Daren" Tamara meracau seakan membayangkan Daren ada di hadapan nya saat ini.

Tamara menyentuh pinggiran kursi itu, sekali lagi menghirup aroma yang ada di sekelilingnya saat ini.

"Mr. Daren.. "

Tamara memejamkan matanya, menyentuh paha miliknya sendiri. Pakaian khusus sekertaris yang di dapatnya dari perusahaan itu sangat memungkin kan semua bagian dan lekuk tubuh miliknya terlihat oleh siapapun.

Pikirannya kini mulai kacau, Tamara sangat berharap Mr. Daren berada dihadapan nya saat ini. Disituasi seperti ini, apapun yang diminta oleh Daren pasti akan dia berikan.

Sentuhan tangan halus mendekapnya dari belakang, tangan itu kemudian menelusuk kesela-sela kemeja yang dikenakan Tamara, sontak Tamara kaget dan melihat ke arah cermin yang ada di pojok ruangan dan melihat Mr. Daren merengkuh tubuh kecilnya dalam pelukan.
"Dont move, and silent."

Tamara mengangguk pelan, tangan nya mengenggenggam pinggiran meja. Berusaha menerima perlakuan Daren padanya saat ini. Matanya masih terpejam, menikmati permainan lidah yang Daren berikan pada tengkuk lehernya.

Daren kini mulai berpindah pada bibir tipis Tamara, mengulumnya dengan lembut, dan diselingi dengan kecupan singkat.

Tubuh bagian atas Tamara kini sudah tidak tertutup oleh apapun, entah sejak kapan Daren melucutinya.
Tamara mengerang menahan hasrat kenikmatan yang diberikan Daren disekitar areolanya.

Setelah beberapa menit, Daren mulai membiarkan Tamara mengambil alih.
Tamara membuka ikat pinggang Daren dan membuka penutup celana yang daren kenakan. Tamara meraih kejantanan Daren yang mengacung dihadapan nya dan mulai mengulumnya, lama kelamaan dengan intonasi yang cepat.

Tak berselang lama Daren menyibakkan mini skirt Tamara dan memulai, Daren menghentak. Perlahan tapi pasti, keduanya sangat menikmati permainan.

25 menit berlalu hanya erangan kecil yang keluar dari bibir Tamara,  mata nya sayu menerima hentakan yang nikmat baginya. Ada rasa tak kecewa ia datang pagi buta begini. Sampai akhirnya mereka berdua mendapat klimaks masing-masing,  segera Tamara dan Daren berpakain.

Daren beranjak ke meja kerjanya. Kemudian mengeluarkan map yang Tamara butuhkan dari dalam laci dan memberikan nya kepada Tamara.

"Kembali keruanganmu" perintahnya singkat. Lagi dan lagi sifat dingin nya membuat alirah darah Tamara menjadi dingin.

Thief Of HeartsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang