PG 3

232 51 9
                                    

Seminggu berselang.

Ini sudah cukup malam, dan aku tengah bekerja di Bar, sungguh, bau di bar ini sangat-sangat busuk. Minuman keras disini kebanyakan berasal dari luar, dan sangat berbeda dari soju yang beraroma enak, Setidaknya itu. Pendapat ku.

Saat aku melangkah ke segala penjuru, hanya aman menghirup bau rokok dan minuman keras, tempat ini begitu sumpek, dan yang hanya ku syukuri, toilet juga ruang ganti Palaian pegawai lah yang aman dari bau roko ini.

Aku mendekat pintu untuk menjamu tamu. Dan aku mengangguk saat seseorang masuk. "selamat datang.  Mari saya... —" aku menghentikan ucapanku saat mataku menatap siapa tamu itu.

Mata kami saling menilai dan dia menyunggingkan senyumnya. Membuatku gugup, "Kau..." kataku terbata.

"Iya aku... "

"kau..."

"aku ingin memesan tempat, bisa kau tunjukkan?" katanya dengan suara lirihnya. Dia terlihat tidak peduli akan aku yang seminggu lalu mengacau, atau tepatnya, wanitanya mengacau di restoran. Untung saja waktu itu, Jimin tidak menyalahkanku, malah ia membelaku, dan bilang walau wanita itu memang pembuat onar dan berulah. Apalagi kalau sedang bersama... Siapa namanya?... Ah, Kim Myungsoo.

Aku membawanya ke pada meja yang ia pesan, dan menyodorkan Beberapa menu, seperti di restoran waktu itu, tatapannya membuatku risih, aku mengehela nafas untuk mengatur ritme jantungku saat dia akhirnya menatap ke arah lain,

Dia bahkan tidak Memesan menu utama, hanya kentang goreng, dan 2 wine.

Aku tidak Tahu untuk siapa wine yang lainnya, mungkin untuk wanitanya, dan aku juga tidak ingin tahu. Dan tak mau peduli.

Setelah mengantarkan kembali pesanan Ke mejanya, aku melihat ia bersama seorang pria lainnya, si Kim Myungsoo itu terlihat berbincang serius, dan menelaah sebuah berkas. Aku bisa asumsikan, dia sedang rapat, atau entahlah.

Aku menyerahkan pesanannya, dan undur diri.

Ku abaikan tatapannya yang terus mengawasiku, dan yang paling mengganggu adalah, saat terang-terang an temannya itu memergoki tatapannya padaku!

Mereka hanya Tertawa dan melanjutkan bincang-bincang mereka itu, dan membuatku terlihat bodoh!

***

Seperti biasa, aku pulang jam 5 pagi,  untuk istirahat, tapi belum sampai aku membuka pagar rumah, kegaduhan didalam membuatku urung.

Aku mendesah kesal dan menggeleng lelah, tak habis fikir dengan mereka, bibi selalu membawa pacar-pacar nya yang berbeda setiap hari, dan diantara mereka ada yang akan menggaduh. Aku Sungguh ingin cepat Pergi dari rumah itu, yah...  Harus

Aku melenggang menjauhi rumah itu dan menuju ke cafe, setidaknya sampai nanti sift ku, aku bisa tidur di gudang. Untung sebagian bajuku, ku tinggalkan di loker.

Aku menunggu bis di halte biasa,  duduk Dengan lelah dikursi. Menghela nafas panjang, mataku melihat sekeliling ku.  Ramai.  Tentusaja, ini bukan kotaku yang sepi dan tentram, ini adalah seoul, hingar bingar kepadatan orang-orang yang beraktifitas menjadi pemandangan biasa.

Aku hanya ingin hidupku tak semonoton ini. Aku harap, suatu saat aku tidak akan sendirian seperti ini lagi.

***

Begitu sampai di cafe, aku langsung menuju kamar ganti, yang tentu saja sudah ada beberapa pegawai, dan cafe ini buka 24 jam, jadi mudah untukku masuk.

Aku meminta Luna, yang tengah membereskan ruangan ganti, untuk bisa tidur sebentar, dia terlihat bingung, tapi Untung saja dia sala satu pegawai ramah, aku tidak perlu khawatir dia melaporkan ku pada Jimin.

Wishing On A Star Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang