Galen Ganteng

29 13 6
                                    

Bagian satu.


"  Meeting you was fate, becoming your friend was choice, but falling in love with you was completely out of my control.  "


Ini cerita pertama aku setelah aku mengumpulkun niat keberanian dan kepedeanku, jika ada kesamaan dalam nama dan alur itu diluar ketauan ku karena ini murni karyaku.
Jadi, vote dan comment untuk karya pertamaku.

Seorang gadis remaja 3 bulan lagi akan berumur 17 tahun tengah menunggu seseorang yang ingin menjemputnya, ia terlihat kesal sambil sesekali menatap jamnya. 06.50 dia akan terlambat sekarang, kalau dia tidak dipaksa mungkin sudah pergi dan sampai disekolah tadi. Seorang pria berhenti dihadapannya, dan membuka kaca helm yang ia pakai.

" ojek neng ? " ucap pria itu sambil tersenyum.

" Galen! Ini udah jam berapa? Bentar lagi kita telat! Lo malah santai gini! "

Pria yang bernama Galen tersebut terkekeh geli mendengar ocehan gadis didepannya, pagi - pagi ia sudah mendengar ocehan mamanya dirumah karena ia terlambat bangun dan ditambah lagi mendengar ocehan dari sahabatnya ini.

" santai aja kali Mett "

" Mett ? Galen! Udah gue bilangin berapa kali kalau manggil gue yang lengkap! "

" iya iya Metta sayang, ayo naik aa anter sampe sekolah "

Galen menepuk jok belakang motornya dan menaik turunkan alisnya sambil tersenyum, gadis remaja yang bernama Metta tadi hanya mendelik kesal padanya.

' udah dateng telat pake godain orang segala '

Metta meloncat menduduki jok belakang motor Galen, yang membuat motor Galen hampir hilang keseimbangan. Untung saja Galen mampu menjaga keseimbangannya.

Galen merasakan motornya yang bergoyang " aduh neng naiknya yang bener dong untung kita gak jatoh tadi "

" yaudah iya, buruan ayo ntar telat ! "

" udah kaya beneran jadi tukang ojek gue "

Galen melajukan motornya diatas kecepatan rata - rata, terdapat sebuah tangan yang tengah melingkari perutnya. Ya tangan tersebut adalah tangan Metta, bagi Galen ia sudah terbiasa dipeluk saat naik motor seperti ini. Begitu juga dengan Metta, ia sudah terbiasa memeluk Galen karena ia sendiri juga takut terhadap Galen yang mengendarai motornya di kecepatan rata rata.

Galen memakirkan motornya di depan warung sekolahnya, ia sengaja tidak memakirkan diparkiran sekolah karena kalau jika tidak ada guru mengajar dan ia ingin pulang cepat akan membutuhkan waktu lama untuk mengeluarkan motornya.

Metta menuruni motor Galen, tanpa menunggu Galen ia bergegas pergi meninggalkan Galen menuju kelasnya karena ia benar benar terlambat sekarang.

Metta berlari dikoridor sekolahnya dan sesekali ia mendengar makian dari orang - orang disekitarnya karena ia tidak sengaja menabrak bahu orang yang tengah menghalangi jalannya. Ia menaiki anak tangga menuju lantai 3 kelasnya, ia terkadang kesal mengapa kelasnya paling atas jika sudah terlambat seperti ini akan memakan waktu yang lama.

Setelah sampai dilantai 3, ia berlari kembali hingga berada dikelasnya dan langsung memasuki kelasnya dalam keadaan berkeringat deras.

Hening ...

Semua anak di kelasnya menatap dirinya heran, Metta menatap sekeliling kelasnya tidak terdapat guru di meja guru tersebut.

" Bu Sri gak ada? "

" gak, kata guru piket dia ijin sakit, tadi cuman dikasi tugas. Tugasnya di papan tulis noh. " ucap salah satu teman sekelasnya.

OrdinaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang