Prolog

9.6K 435 29
                                    

Warning : typo bertebaran, alur maju mundur, gaje.

Harap vote sebelum membaca 😊.

Prolog.

Suara teriakan kesakitan menggema di sunyinya malam. Suara itu berasal dari suatu ruangan dengan seorang wanita yang sedang kesakitan.

Wanita hamil yang sedang berjuang membawa sebuah nyawa dan tubuh baru yang nanti akan memanggilnya 'ibu'. Bukan hal yang mudah membawa itu, ia harus melewati perjuangan yang sulit.

Seorang wanita akan mempertaruhkan nyawanya untuk mengantar nyawa baru kedunia ini. Tidak sedikit wanita yang tidak bisa bertahan dengan rasa sakitnya dan membuatnya meninggal dunia.

Dan kini, wanita berhelaian merah muda itu tengah merasakan sakit yang sama. Berjuang dengan balasan bayi yang akan lebih mewarnai hidupnya.

"hiks... Sasuke-kun... hiks... to-tolong." isaknya lirih. Tangannya mencengkeram erat pinggiran ranjang. Ia terus memanggil-manggil nama suaminya.

"hiks... ini sungguh sakit... hiks... Sasuke-kun... kumohon... hiks..." ia terus terisak, tapi ia harus tetap berjuang untuk anaknya.

Urat-urat di wajahnya bermunculan seiringan dengan tubuh yang menegang. Cengkraman tangannya semakin menguat.

Seorang wanita yang sedaritadi membantunya untuk mengejan datang dengan membawa peralatan persalinan.

"Dokter, tulang pinggulnya terlalu kecil. Ia tidak bisa melahirkan dengan normal." ujar salah seorang perawat.

Dokter itu mengangguk.
"Aa... Tulang pinggulmu terlalu kecil nona. Kau tidak bisa melahirkan normal, kita harus melakukan jalan oprasi." ucap sang dokter.

Wanita berhelaian merah muda itu mengangguk lemah. Bulir-bulir air mata sudah keluar dari mata indahnya.
"Kumohon...lakukan apa saja... Yang penting anakku...selamat." ujarnya lirih.

Sang dokter mengangguk lagi, ia mengambil beberapa alat untuk mempersiapkan operasinya.
"Tapi dimana suamimu? Kami juga harus bertanya padanya." ucapnya dokter itu.

Sakura-wanita itu- menggeleng.
"Engghhh... Tapi... Suamiku... Tidak berada disini... Enghhh... Kumohon lakukan apa saja... Asal anakku selamat..." ujarnya lirih.

Sang dokter nampak menimbang-nimbang apakah keputusan yang di ucapkan sakura akan benar. Namun sedetik kemudian ia sudah mengangguk mantap.

"Baiklah, siapkan alatnya."
Ucapnya tegas.

Sakura hanya bisa berharap kalau nanti anaknya akan baik-baik saja. Biarkan dia merasakan sakit kali ini, asalkan anaknya lahir ke dunia.

'Sasuke-kun... Kau dimana?... Aku membutuhkanmu.' batinnya.

*_*

Ditempat lain. Seorang pria dengan tampang acak-acakan sedang duduk diam di dalam ruangan minim cahaya dan sunyi.

Ada dia dan seorang lagi pria berambut merah dengan membawa sebuah pistol ditangannya. Pria bersurai merah itu terus saja memasang wajah meremehkannya.

Sedangkan pria reven dengan model emonya terus mengatur nafasnya dan meraup udara sebanyak-banyaknya. Di sudut bibirnya juga terdapat noda darah yang sudah mengering.

"biarkan aku membantunya!! dia kesakitan bodoh!! AKU SUAMINNYA!! AKU HARUS BERADA DISISINYA DI SAAT SEPERTI INI !!" teriaknya marah.

Sedangkan pria merah itu menggeleng.
"Ck ck, aku tidak sebaik itu. Kau harus membayar apa yang kau lakukan padaku di masa lalu. Dan sekarang, istrimu yang harus membayarnya." ujarnya datar namun mematikan.

Sasuke, pria reven itu menggeleng lemah.
"kumohon... istriku akan melahirkan, tolong biarkan aku menemuinya...kumohon... " pintanya lirih.

Ia tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi pada istrinya sekarang. Ia harus berada disisinya, seorang pria harus mendampingi istrinya saat melahirkan. Prinsipnya. Sungguh, ia tidak bisa bayangkan bagaimana hidupnya jika tidak ada istrinya.

"tolong... kumohon biarkan aku menemui istriku." pintanya lagi. Kali ini suaranya berubah menjadi parau. Matanya pun berkaca-kaca.

Pria bersurai merah itu menyeringai senang.
"Tidak semudah itu UCHIHA." ucapnya sambil mengambil laptop yang berada di sebelahnya.

"Bagaimana kalau kita lihat saja dari sini?" tanyanya main-main. Sasuke tak menjawab, ia menunggu apa yang akan dilakukan pria didepannya.

Laptop itu menyala, terdapat sebuah tayangan. Seorang wanita yang sedang melahirkan.

Matanya terbelalak. Wanita itu, wanita itu tak lain adalah istrinya, Sakura. Sakuranya sedang bersusah payah mengantarkan calon anak mereka ke dunia ini. Wajahnya sangat terlihat kesakitan.

"Sakura?! Sakura!! Kumohon biarkan aku menemuinya... Kumohon." pintanya. Sudah tidak ia pikirkan lagi tentang harga dirinya. Kali ini yang terpenting adalah Sakura, Sakuranya.

Sebelum pria bersurai merah itu menjawab, suara dari laptop yang sedang menayangkan Sakura melahirkan bersuara.

"Dokter, usianya terlalu muda. Sangat susah mengeluarkan bayinya." ujar salah seorang perawat itu.

"Kita harus memilih menyelamatkan bayinya atau ibunya." ucapnya.

"Nona, apa kau yakin akan menyelamatkan bayimu saja? Jika kau menyelamatkan bayimu maka peluang keselamatanmu semakin kecil." ucap sang dokter pada Sakura.

Sakura mengangguk mantap.
"Selamatkan saja bayiku." ucapnya.

Tayangan itu berhenti bersamaan dengan air mata yang menetes dari mata Sasuke. Air mata yang jarang ia keluarkan.

"Sa-sakura..." gumamnya lirih.

Pria bersurai merah itu pun sedikit terkejut dengan ucapan Sakura tadi.

'Apa... Apa dia rela menukar nyawanya dengan anak yang bahkan belum lahir itu? ' batinnya heran.

'Kau seorang ibu yang sempurna saku... Dan seorang istri yang sempurna. Tapi kumohon, jangan tinggalkan aku.' batin Sasuke pilu.


Tbc...

Hai semua, gimana prolog ini?

Seru kah?

Atau

Garing?

Okee, ini ff kubuat spesial Ramadhan 😄😄😄. Chapter perdana akan aku publish di malam takbir atau saat idul Fitri. Itu juga insyaallah yaa... Hehehe...

See you next time 😊😘.

The Early MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang