lima [sequel]

12.6K 1.2K 89
                                    

Definisi Jaehyun itu rumit. Haechan tidak bisa mendefinisikan dengan benar bagaimana manusia dengan title Jung Yoonoh yang biasa dipanggil Jaehyun itu. haechan merasa kalau ia masih belum mengerti bagaimana watak asli Jung Jaehyun yang sangat membingungkan.

Jaehyun tidak seperti Johnny yang akan luluh dengan segala bujuk rayu milik Ten, istrinya. Jaehyun tidak seperti Jeno yang akan selalu mengutamakan kebutuhan Jaemin apapun yang terjadi. Suami pucatnya itu juga tidak seperti Renjun yang selalu memberikan perhatian yang lebih untuk Chenle.

Jaehyun itu berbeda. Sangat berbeda. Dan Haechan kadang ragu kalau Jaehyun itu manusia normal.

"Fighting, Haechan! Kau pasti bisa! Huh!" Haechan menghembuskan nafas besar dari mulutnya. Ia benar-benar tidak bisa berfikir cara lain untuk membuat Jaehyun menuruti permintaannya. Jadi, plan terakhir yang ia lakukan hanyalah merayu Jaehyun dengan cara dari Ten.

Haechan menepuk sekali lagi pipinya untuk menetralkan ekspresinya untuk menemui Jaehyun dalam ruang kerjanya. Haechan menghembuskan nafas besar sekali lagi dan masuk dalam ruangan yang berisi dengan berkas-berkas membingungkan itu.

"Sayang?"

Haechan benar-benar ingin mengubur hidup-hidup dirinya dalam kubangan penuh lumpur saat ini. ini terlalu memalukan. Apalagi respon Jaehyun yang tidak menatapnya sama sekali.

"Hn." Jawab Jaehyun sekenanya. Agak bingung juga mendengar panggilan yang jarang Haechan berikan padanya seperti itu. jaehyun masih fokus pada berkas yang menjadi bahan meeting besok pagi.

"Sayang, jangan abaikan aku~!"

Jaehyun menoleh menatap sumber suara imut yang berasal dari mulut istrinya itu. seketika Jaehyun tercekat, sesuatu dalam kurungannya menegang. Jaehyun bergegas mengalihkan pandangannya pada sosok manis yang hanya terbalut kemeja biru pudar garis-garis miliknya yang dipakai oleh tubuh mungil itu. kemeja yang menutupi tubuh polos tanpa dalaman apapun disana.

Haechan rasanya ingin merobek wajahnya sendiri melihat respon suaminya yang malah melengos enggan melihatnya. Tapi, semuanya sudah kepalang tanggung, Haechan tidak akan menyerah begitu saja sebelum permintaannya dituruti oleh Jaehyun.

"Hyung~! Seburuk itukah wajahku sampai kau tidak mengindahkanku sama sekali?" rengeknya sembari berusaha duduk diatas pangkuan pria jangkung itu.

Jaehyun menghela nafas melihat sosok manis yang hampir telanjang itu mencari posisi nyaman dalam duduk dipangkuannya. "Baby pudu, please. Aku akan mengerjakan beberapa dokumen, setelah itu aku milikmu sepenuhnya." Jaehyun meminta Haechan untuk tidak mengganggunya dulu untuk beberapa jam kemudian. Tapi Haechan dan kekeraskepalaan miliknya yang tidak mau menuruti ucapannya sama sekali malah semakin mengeratkan tautan lengannya pada punggung Jaehyun.

"Aku tidak mengganggu, aku janji. Aku hanya ingin memelukmu, hyung. Apa tidak boleh?"

Oh, tidak! Jangan tatapan anak anjing seperti itu yang dikeluarkan Haechan karena Jaehyun tidak kuat.

Oke, Jaehyun tidak kuat kalau Haechan mengeluarkan wajah polos tanpa dosa dengan riak airmata yang ada dipelupuk matanya. Yang bisa Jaehyun lakukan saat ini adalah menyematkan ciuman gemas pada bibir hati itu sehingga mengundang kekehan geli keluar dari mulutnya.

"Hyung, aku ingin melanjutkan pendidikanku bersama Jaemin. Boleh, ya?"

Haechan menggambar pola abstrak dengan jari lentiknya pada dada bidang Jaehyun. Mencoba mengutarakan apa maksudnya ia datang malam-malam kesini. Padahal Haechan biasanya tidak akan sudi menginjakan kakinya pada ruang kerja laknat yang berisi rak-rak buku dan dokumen itu.

"Tidak, baby. Kau hanya duduk dirumah dan menungguku pulang." Ucap Jaehyun singkat. Tidak ia pedulikan dengusan istrinya yang terlihat kesal itu.

"Aku terlalu muda untuk berdiam diri dirumah dan berkutat didapur. Aku bukan ibu rumah tangga!" ujar Haechan dengan nada yang sedikit meninggi dari sebelumnya.

Ineffable [Privated]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang