Lima belas menit lalu bel pulang sekolah berdering. Tidak seperti biasanya, seluruh siswa masih diam bergeming padahal guru pembimbing sudah tidak ada. Namun, anak-anak seperti enggan pulang, Devan yang biasa pulang lebih awal pun masih duduk manis di tempatnya. Sementara Aura, ia tampak asyik dengan novelnya.
Matanya kesana kemari mengikuti alur tulisan dari novel yang sedang ia baca. Dalam diam, imajinasinya terbang melayang. Andai saja ia yang menjadi tokoh utamanya, pasti bakal seneng banget. Membayangkan si cowok yang romantis membuat Aura tersenyum-senyum sendiri. Tapi senyum itu hanya sekilas, gadis itu kini terlihat murung. Entah kenapa.
Sementar di sampingnya, Viola yang baru selesai meminum susu kotak tak mau diam. Ia mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan mencari barangkali ada yang menarik. Gadis itu mendengus sebal karena semuanya sibuk dengan urusan masing-masing. Tiba-tiba, lampu neon muncul di atas kepalanya. Ia mencondongkan tubuhnya mendekati Aura.
Tanpa Aura sadari, bibir Viola kini sudah dekat dengan telinganya. Viola berkata di dalam hati memberikan komando pada dirinya sendiri,
1...
2...
3...
Teriakan bising kini mendominasi seisi kelas. Bukan hanya Aura yang terkejut, seisi kelas pun kini tengah menatap Viola tajam. Tapi tentunya Aura yang paling terkejut, spontan ia pun menggeplak kepala Viola karena kaget. Tak cukup dengan itu, Aura pun menghadiahi tatapan tajam karena sudah berani mengusik ketenangannya.
"Ola?! jangan ganggu gue!" Aura merengut jengkel, "Lagi asyik nih."
Viola hanya tersenyum sambil mengangkat jarinya membentuk huruf V.
"Aura pulang, yuk! tapi nanti kita ke mall dulu, aku mau beli persediaan," rengek Viola dengan gaya so imutnya.
"Buat cadangan berapa lama? Kalau lama banget, gue ogah. Ntar gue dibabuin lagi sama lo." Aura mendelik.
"Janji gak akan lama," tukas Viola. Ia kemudian membalikkan tubuhnya dan bertanya pada kedua temannya. "Dev, Nes, kalian mau ikut gak?"
Devan yang tengah asyik bermain mobile legend tak menggubris. Viola kembali memanggilnya namun tetap tak ada jawaban.
"Suaminya Moly, mau ikut ke mall gak?" teriak Viola membuat si empunya nama seketika pipinya menjadi semerah tomat.
Gadis bernama Moly itu adalah salah satu fans Devan. Dibilang kalau Devan itu suaminya tentu saja langsung membuatnya salah tingkah.
Devan mendongak sebal, "Apaan sih? Gue gak mau ikut."
"Oh ya udah, Inesa mau ikut gak?"
Inesa langsung mengangguk.
"Kalau begitu ayo berangkat! kata Inesa dijam-jam segini tuh pas di perempatan banyak terong imut yang lagi mejeng. Ola mau tepe-tepe ah, siapa tahu ada yang nyangkut satu. Mau Ola gondol pulang." Viola terkekeh sendiri.
"Percaya banget elah," cibir Aura.
"Kuy ah! Gue juga mau godain terong imut bareng si Ola, udah bosen ni neneng jomblo mulu," ujar Inesa semangat yang kini sudah berdiri di samping Aura.
"Ya udah kuy ah capcus," balas Viola tak kalah semangat.
Viola kemudian menarik pergelangan tangan kedua temannya dan berdiri di tengah-tengah.
***
Letak mall tak begitu jauh dari sekolah, ketiganya lebih memilih untuk berjalan kaki saja. Mereka berjalan bersisian, menikmati hembusan angin yang mengalun merdu membelai wajah tanpa ragu. Rasanya benar-benar sejuk.

KAMU SEDANG MEMBACA
Devan (Slow Update)
Teen FictionNote: cerita ini akan selalu direvisi setiap saat. Devano Alexandra atau yang akrab disapa Devan merupakan most wanted di SMA Pelita. Orangnya dingin, dan juga biang onar. Dia memiliki 3 orang teman yang semuanya cewek. Devan yang terkenal dingin it...