9.ATTENTION

60 6 0
                                    

Author's POV

*******

Sore itu, udara cukup dingin. Matahari mulai menenggelamkan wujudnya di ufuk barat.
Sinar kuning kejinggaan menghiasi langit sore.

Angin sore mulai berhembus membawa hawa dingin.

Tiba-tiba,vani terbangun dari tidurnya. Vani berada dikamar yang menurut sangat asing. "Tunggu,apa ini kamar mansion vano! Tetapi, mengapa terasa sangat asing bagiku?"gumam vani.

Vani pun langsung mendudukan dirinya di ranjang berukuran king size itu. Ornamen dikamar ini terlihat sangat minimalis dan maskulin. Vani melihat ke arah tirai yang tertutup.

Perlahan, vani beranjak untuk melihat ke arah balkon, jika memang ini benar di mansion vano.

Alangkah terkejut nya vani ketika membuka tirai, vani melihat sebuah apartmen tinggi menjulang berada di depan nya. Vani takut ketinggian. Vani merasa kaki bergetar hebat yang beranjak mundur menjauhi tirai secara perlahan.

Perut nya kembali bergejolak hebat. Vani merasa bingung. Mengapa akhir-akhir ini perut nya terasa sangat sakit dan mual nya semakin memperparah kondisi nya.

"Apa jangan-jangan-?"

Belum sempat vani memikirkan hal itu, vano langsung datang sambil menenteng dua buah koper berukuran besar.

Vano langsung mendekati vani. Vano meletakkan kedua koper besar itu disamping nakas. Vani terpundur hingga ke tembok. Vano meraih dagu nya dan menatap tajam kedua manik indah milik vani.
Vani hanya gemetar menahan rasa takut yang kembali memuncak.

Rasa takut vani semakin menjadi-jadi. Vano memeluk pinggang vani dengan posssesif. Vano mendekatkan wajah dan bibir kissable-nya ke arah vani.

Vani menggeleng hebat. Dengan refleks, vani menendang alat vital vano hingga vano terpental meringis kesakitan. Vani memanfaatkan hal itu untuk melarikan diri. Vani mencoba membuka pintu, namun hasil nya nihil. Pintu nya terkunci.
Vani mencoba membuka,namun pintu nya tetap terkunci.

Vano yang mendapati vani yang gagal melancarkan usahanya untuk kabur hanya tersenyum penuh kemenangan.

Vano pun berdiri dan berjalan ke arah vani sambil menampilkan evil smirk nya.

Vano memeluk pinggang vani dari belakang. Vano langsung memutar tubuh vani hingga tatapan mereka saling bertemu.

"Kamu sudah berani macam-macam,ya!"desis vano tajam. Vani berusaha untuk melawan,namun tenaga nya tidak sebanding dengan tenaga vano.

"Ma..maafkan aku! Tolong lepaskan aku!"seru vani memohon.

Vano tidak menggubris permohonan dari vani. "Kau harus menenangkan nya kembali!"desis vano dingin dan tajam.

Vani terkejut lalu membulatkan kedua mata nya. "Apa maksudmu?aku tidak mengerti,vano?"seru vani.

Vano menyeringai. Vano langsung memeluk pinggang vani dan mendekatkan wajah nya ke arah wajah vani.
"Layani aku...!"bisik vano.

Rasa takut vani makin menjadi-jadi. Vano mendekatkan bibir nya dan mencium bibir vani.
Vani menahan dada vano.

Vani terus menerus memberontak dan melakukan perlawanan.

Vano pun melepaskan ciuman mereka. Vani nampak terengah-engah.
Keringat nampak membanjiri kening dan leher nya.

Vano membalikkan tubuh vani dan memeluk erat tubuh vani. "Hahahaha.. kasihan wanita ku!"

VANONITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang