Bagian 6

44 12 0
                                    

Hari ini aku kembali menemani Syakinah kerumah sakit. Ia akan melakukan kemoterapi dan radioterapi. Ya.. Setelah beberapa hari, akhirnya Syakinah mau melakukan rangkaian pengobatan itu. Aku berhasil membujuknya...

Abi dan Umi datang dari Laverton. Mereka ikut menemani dirumah sakit. Abi sangat berterimakasih karena aku berhasil membujuk Syakinah untuk kembali melakukan terapi. Bagiku itu adalah hal yang harus kulakukan. Demi untuk terus melihat Syakinah..

Aku mulai takut Syakinah akan pergi meninggalkanku dalam waktu dekat. Aku tidak akan siap.. Syakinah adalah istriku. Terlepas dari riwayat pernikahan kami, aku sudah mulai mencintai Syakinah setelah bersamannya dalam beberapa waktu terakhir.

Aku duduk di sofa yang ada di ruangan rawat ini. Syakinah sedang berbincang dengan Umi. Abi menghamipiriku.. Aku tau Abi mengerti tentang apa yang kurasakan sekarang.. aku benar benar mengkhawatirkan Syakinah

"doa dari suami akan sampai pada Allah.." kata Abi sambil mengusap pundakku

"iya Bi..." jawabku. Aku mengulas senyum yang ku paksa.

Pikiranku rumit. Ada banyak ketakutan yang kupikirkan..

Hari ini adalah hari ulang tahunku.

Aku bangun tengah malam untuk solat tahajud bersama Syakinah. Aku menyelesaikan 11 rakaat dan langsung mengaji sebentar.

Subuh aku terbangun karena alarm ku memekik. Aku melihat Syakinah sudah bangun lebih dulu. Wajahnya terlihat lebih segar dari yang kemarin. Syukurlah sepertinya terapi itu bekerja dengan baik memperbaiki sel selnya yang rusak karena kanker.

Aku segera mandi dan berwudhu untuk solat subuh berjamaah dengan Syakinah.

Baru saja aku menangkupkan kedua tanganku setelah berdoa, aku meraskan ada sepasang tangan yang memelukku. Aku berbalik

"selamat ulang tahun kak.." ucap Syakinah

"terimakasih.." balasku

"kakak sehat sehat ya. Jangan sampe sakit.." ucapnya lagi. Suaranya berubah serak

Aku mengangkat wajahnya.. ada airmata disana. Aku mengusapnya perlahan dengan ujung ujung jariku

"jangan nangis. Nanti kakak bisa ikut nangis juga.." kataku menenangkannya "kakak pasti sehat sehat terus. Ga akan sakit. Syakinah harus percaya kakak bisa terus sehat"

"Syakinah ga tau harus bilang apalagi. Syakinah Cuma bisa berdoa supaya Allah memberi berkah untuk kakak"

"amin ya rabbal 'alamin. Doa dari Syakinah itu sudah lebih dari cukup"

"Syakinah mau minta maaf"

"soal apa?"

"mungkin tahun depan Syakinah ga bisa nemenin kakak lagi"

"udah jangan ngomong gitu. Nanti kakak yang akan minta sama Allah untuk menghapuskan semua sakit Syakinah. tahun depan dan tahun tahun berikutnya kita tetap seperti ini"

Syakinah menangis. Aku memelukknya erat dan mengecup keningnya "sudah.. jangan nangis. Kita akan terus seerti ini"

Aku kembali memeluk Syakinah erat. Dan membiarkannya berada disana sampai ia benar benar berhenti menangis.

Setelah sarapan aku mengantar Syakinah pergi kuliah seperti biasa. Kami berjalan kaki menyusuri trotoar. Hanya butuh 5 menitan untuk sampai di kampus Syakinah.

Syakinah mencium tanganku.

"hadiah.." kata nya. ia memberikan sebuah bungkusan kecil untukku

"wah.. apa ini?" tanyaku

SATU PURNAMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang