Bagian 13

34 11 2
                                    

Syakinah masih terus berada di rumah sakit karena ia masih sering merasakan sakit di perutnya. Pagi pagi sekali ia sudah menjalani pemeriksaan bersama dokter Helena dan menurut hasil pemeriksaan Syakinah harus segera di operasi sebelum kanker menyebar ke paru parunya. dr. Helena belum memberikan jadwal pasti untuk Syakinah, yang jelas secepatnya karena takut kanker menyerang paru paru nya. Syakinah tidak terlihat risau kendati ia akan melakukan operasi besar. Ususnya akan dipotong untuk mengangkat kankernya, demikian dengan yang ada di pankreas. Ia akan mendapat perawatan besar nantinya.

Aku masih disini menemaninya. Sejak ia menjalani pemeriksaan hingga kembali ke ruang rawat nya. Ku tatap wajahnya yang pucat. Lingkaran hitam itu masih setia mengelilingi matanya.

Ku kecup keningnya...

"tetap semangat sayangku.." ucapku memberi dukungan pada istriku. Jujur saja aku mengkhawatirkannya

"jangan khawatir... Syakinah pasti bisa melewati ini" katanya

"pasti.. Syakinah kan kuat. " ku genggam tangannya erat

Bayangan bayangan buruk kembali menghantui ku. Aku takut Syakinah akan mengalami sesuatu yang buruk di meja operasi...

Aku menghela nafas

"kenapa?" tanya Syakinah

"kakak khawatir..." jawabku

"khawatir kenapa? kakak kan tau Syakinah perempuan hebat. "

Aku mengangguk. "iya.. kakak tau kok.."

"jadi jangan khawatir ya. Syakinah bisa. Syakinah akan bangun untuk ketemu suami Syakinah lagi"

Airmataku menetes dari sudut mata.

Aku menunduk untuk menyembunyikannya

Syakinah meraih kedua pipiku. "sayang..." panggilnya

Aku masih menunduk menyembunyikan wajah dan mataku yang mulai sembab. Aku membenamkan wajahku pada tepi selimut Syakinah.

Tangan halus Syakinah menarik wajahku. Aku menengadah

"jangan tangisi Syakinah sayang.." ucapnya "Syakinah akan sembuh. Syakinah bisa melewatinya"

"kakak takut.." kataku pada akhirnya

"takut apa?? Syakinah akan baik baik saja"

"kakak takut Syakinah meninggalkan kakak" aku menangis melepaskan semua rasa khawatirku

Syakinah memelukku

"Syakinah tidak akan meninggalkan kakak" wanitaku ikut menangis

Suasana kamar sunyi ini menjadi haru. Aku menangisi keadaan Syakinah. Seharusnya aku tak boleh melakukannya, tapi aku tak bisa menahannya lagi. Dadaku sesak setiap aku membayangkan bagaimana Syakinah menjalani semua itu nantinya. Aku bisa saja terus bersamanya untuk merawatnya hingga pulih kembali, tapi bagaimana dengan dia. Apa dia bisa melewatinya di meja operasi? Aku benar benar takut ia tak akan kuat dan berhenti disana. Bagaimana denganku??

Aku masih menggenggam tangannya erat. Aku sudah tak lagi menangis. Aku terus menguatkan Syakinah agar ia mampu bertahan.

Ponselku berdering. Mama menelpon, mengabarkan bahwa mama dan nenek sudah tiba di bandara dan sudah bertemu dengan mas Fajar yang menjemput.

Ya. Hari ini mama dan nenek memang datang. Aku mengabarkan bahwa Syakinah sakit dan dirawat dirumah sakit. Mama dan nenek langsung mencari penerbangan paling cepat ke Melbourne, dan mama sudah sampai. Hanya menunggunya untuk sampai kerumah sakit. Aku meminta mas Fajar mengantar koper mama ke apartemenku agar mama tak kerepotan membawa koper kerumah sakit.

SATU PURNAMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang