Bagian 5

49 11 0
                                    

Kami kembali ke Melbourne. Setelah mengantarkan keluargaku ke bandara, aku ikut mobil mas Fajar dan pergi ke kaffe yang baru dibukanya sebulan yang lalu. Syakinah tidak ikut mengantar keluargaku karena ia harus kuliah.

Aku melihat logo halal di tempel di bagian depan Kaffe menandakan ini milik seorang muslim.

Ada cukup banyak pengunjung. Terutama mahasiswa karena kaffe ini terletak tak jauh dari kampus. Mas Fajar mengajakku ke dapur. Ia memperkenalkanku dengan staf nya.

"sering sering kesini Ham.." kata mas Fajar

"iya mas. Nanti aku bakalan sering datang sama Syakinah" sahutku

Aku pun meminta mas Fajar mengajarkanku cara membuat kopi. Jika sudah kembali ke Indonesia nanti aku ingin memulai bisnis seperti ini.

Aku berada di kedai kopi mas Fajar hingga pukul 1 siang. Aku membuatkan bekal makan siang untuk Syakinah karena aku tak punya waktu lagi untuk memasak dirumah.

Pukul 1 aku menjemput Syakinah di kampus nya. Dan langsung menyantap makan siang bersama.

"rumah sakitnya jauh?" tanyaku pada Syakinah

"engga kak. Deket kok kita bisa jalan kaki kesana" sahutnya

"yakin? Ga capek?"

"aku masih kuat kok. Apalagi aku udah makan siang jadi tenaganya udah balik lagi"

Aku mengangguk angguk tanda mengerti

"tadi kakak jadi ke kafe nya mas Fajar?" tanya Syakinah

"jadi. Tadi habis dari sana langsung kesini. Ini sandwichnya juga bikin disana"

"rame kafe nya?"

"lumayan sih. Karena ada logo halal nya jadi banyak turis muslim yang datang kesana. Ada mahasiswa Indonesia juga. Mas Fajar pinter pilih lokasi"

"dia lama debat sama abi soal kafe itu"

"oh ya? Kenapa?"

"abi mau mas Fajar belajar ke kairo biar bisa buka pondok pesantren di Indonesia. Tapi mas Fajar nya ngotot buat bikin kafe itu. hampir 1 tahun mas Fajar nunggu restu dari abi"

"wah lama juga ya.."

"trus kakak gimana awal cerita buka toko? Mama kasih izin?"

"awalnya sih kakak jadi reseller kaos sama sepatu. Trus ngumpulin modal buat sewa kios. Mama ga kasih izin awalnya. Kata mama hasil dari kebun sawit masih bisa buat biayain sekolah. Lebih dari cukup. Tapi kakak ngotot buka kios. Dari situ kakak mulai punya tabungan buat sewa ruko yang lebih besar biar bisa jual lebih banyak barang. Dan tercapai"

"itu pas sma? atau udah kuliah?"

"pas sma. dan akhirnya mama kasih pinjem modal buat bayarin ruko yang kakak sewa itu. 2 tahun di cicil ke mama sampe lunas. Sambil nabung juga buat bangun ruko lagi jadi 3 pintu"

"trus kenapa kuliah kehutanan?"

"kepo aja sih. Lagian pengen bisa tau hal hal tentang hutan dan pelestarian sumber dayanya. Berharap supaya hutan disana bisa jadi lebih baik pemanfaatannya. Kamu tau lah disana selalu aja ada pembakaran hutan dan itu diganti dengan tanaman kelapa sawit. Jadi dengan kakak kuliah kehutanan berharap bisa menggerakkan masyarakat untuk bisa tegas menghentikan pembarakan hutan oleh orang orang yang tidak bertanggung jawab"

"dan mereka bisa di ajak bekerja sama?"

"sayangnya engga. Hanya orang orang yang mengerti pentingnya hutan yang mau ikut bergabung. Sisanya mereka lebih memikirkan diri sendiri. Mengambil alih lahan setelah pembakaran untuk ditanami kelapa sawit. Itu untuk memperkaya diri sendiri"

SATU PURNAMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang