Wattpad Original
Ada 2 bab gratis lagi

Chapter 5: Welcome to Spectre

4K 345 79
                                    

AKU masih ingat bahwa aku dirundung perasaan cemas ketika Jack dan Alex membimbing kami ke suatu tempat yang teramat gelap di sudut Central Park, sebuah lorong panjang yang bau dan bentuknya mengingatkanku pada sistem gorong-gorong di kota ini. Lorong itu begitu tersembunyi karena semak belukar dan beberapa batang pohon berdiri tegak bak penjaga pintu seperti yang ada di dalam dongeng. Kami masuk ke sana, membiarkan kegelapan menelan kami bulat-bulat. Suara gaduh seperti roda-roda mesin yang saling bertumbukan lantas memecah kelengangan lorong itu sesaat, digantikan cahaya terang dari lampu yang menyala berurutan hingga ke ujung bagaikan penunjuk jalan.

Ujung lorong ini mengarah ke sebuah kereta listrik-yang bentuknya mengingatkanku pada MRT-tengah menanti kami di peradabannya. Alex menjumput sesuatu dari saku kemejanya, benda itu tampak seperti remote control, tetapi lebih ramping dan kecil. Diarahkannya alat itu, kontan mengeluarkan bunyi "beep" dan membuka akses gerbong terdekat. Alex masuk terlebih dulu disusul Jack, menempatkan pantat mereka dengan santai di kursi penumpang yang terlihat nyaman untuk diduduki. Jack menjulurkan kepala, menatap kami lembut, dan seulas senyum terbit di parasnya. "Ayo, masuk. Tidak usah malu-malu."

Kami menarik langkah ragu ketika Jack mempersilakan kami untuk ikut serta mencicipi salah satu fasilitas Spectre-yang ternyata bersembunyi di balik sudut-sudut kota. Aku mengempaskan diri ke salah satu kursi di dekat jendela, mendesah nikmat karena akhirnya aku bisa melemaskan otot-ototku untuk sesaat. Pandanganku berlabuh ke kursi di sebelah, berhenti di satu titik yang membuatku ingin mengutukinya setiap embusan napasku, Krishna. "Kenapa kau terus membuntutiku?" Kulayangkan pertanyaan itu dengan ketus, melengos.

"Jangan salah paham dulu," begitu katanya sembari membenamkan diri ke bantalan empuk kursi, mengendurkan urat-uratnya, memejamkan mata. Pun ia membuang napas panjang. "Hanya tempat ini yang tersisa. Aku tidak akan mengganggumu."

"Ya, sebaiknya jangan menggangguku."

"Boleh aku mengajukan pertanyaan?"

Tidak, aku tidak ingin mendengarkan suaramu yang bisa membuatku candu setelah yang kau lakukan padaku setahun lalu, begitu batinku menjerit. Ingin sekali aku meneriakkan kata-kata itu depan wajahnya, tetapi yang kulakukan justru berkata demikian, "Tanyakan saja sebelum aku berubah pikiran."

"Apa yang membuatmu yakin kalau Spectre tidak akan berbuat macam-macam pada kita?"

"Insting?" Rasanya bodoh ketika aku melontarkan jawaban itu. "Entahlah, mungkin karena ada Jack. Jadi, keyakinanku terbit begitu saja."

Spekulasi-spekulasi saling bertarung dalam otakku. Krishna tidak menyahut setelah aku menjawab pertanyaannya. Mungkin saja dia sedang menertawakan jawaban konyolku. Mungkin saja dia sedang memikirkan kata-kata menohok untukku. Mungkin saja dia akan mengatakan, "Itu jawaban terkonyol yang pernah kudengar". Ternyata tidak, dia tidak mengatakan apa pun, hanya mengedipkan mata pelan diiringi napas ringkih yang menandakan kelelahan, seperti tengah mencoba untuk tidur.

Gravitasi sandaran kursi seakan-akan menyedotku lembut. Kurasakan getaran halus di lantai dan pemandangan kabur di sisi luar jendela. Senyap, tidak ada suara yang terlintas di telinga. Untuk sesaat, aku ikut terjatuh di dunia antah berantah, yang hanya bisa dijeramahi olehku.

***

Hal pertama yang terlintas dalam pikiranku ketika kakiku menjejak lantai bangunan ini untuk pertama kali ialah ketakjuban tidak terbendung. Aku baru tahu bahwa dunia sistem gorong-gorong New York ternyata menyembunyikan sesuatu yang tidak pernah kulihat di permukaan. Tampilan luar yang tampak seperti gang sarang tikus mungkin tidak akan membuatmu banyak berekspektasi lebih, tetapi begitu kau menarik langkah makin dalam, pemandangan kumuh berganti dengan sentuhan gaya futuristik, akan membuatmu seakan-akan melintasi lorong ruang dan waktu, memanjakan matamu sesaat.

5: Bombshell BlondeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang