Chapter 3

67 38 154
                                    

''Permainan?

Heh, itu adalah hal yang paling menyenangkan bagi saya,

Tak akan ada satupun orang yang mampu mencegat saya,

Supaya bisa merasakan kenikmatan dari aroma anyir tubuh mereka...''

------Nobara

#######

Nobara POV

Malam ini, aku memilih untuk berduduk simpuh, memandangi megah dan indahnya bulan dan bintang-bintang berkilauan yang tampak bersekutu dalam menciptakan sebuah sinar yang terang.

Yaa, seperti biasa, kegiatan ini lumayan sering aku lakukan. Ketimbang memperbanyak diri dengan kegiatan yang nggak masuk akal, aku lebih memilih menonton sandiwara para bintang-bintang itu. Maka tak heran, mereka berhasil menghipnotis pikiranku untuk tetap tenang dan tenang. Walau kutahu, kini keadaanku tak lagi sama seperti dulu. Karena, ibu telah pergi untuk selama-lamanya. Tapi, aku yakin, kini dia telah bahagia di surganya Tuhan bersama dengan sosok-sosok manusia berjiwa baja dan mengayomi sesama lainnya. Sangat berbeda, dengan mereka yang dengan sengaja merencanakan kematian itu untuk ibuku.

Lihat, saja. Aku tidak akan pernah membiarkan mereka pergi begitu saja meninggalkan kenangan pahitku. Aku akan membuat MEREKA jauh lebih sengsara dan menyesal karena telah main-main denganku. Mereka pikir, aku ini bodoh apa. Aku tidak akan pernah menyerah...

Aku akan membuat kalian mempertanggung jawabkan semua ini, dengan masuk dalam perangkap PERMAINANKU...

#######

Meonggg...meongg...meong...

Sepertinya, aku sangat akrab mengenali suara mungil yang tampak menggendang di telingaku. Aku mencoba membalikkan badan, dan ternyata, ada Katsukie yang sepertinya membawa berita bahagia untukku. Hmm, Tuhan, aku benar-benar merasa bahagia kali ini.

Katsukie adalah kucing peliharaanku yang sudah lama kurawat. Aku membelinya di Jepang, dan itu adalah pemberian ibuku yang terakhir, tepat dua hari sebelum kepergiannya meninggalkanku. Katsukie juga, yang memberikan kode perpisahanku dari ibu. Sungguh pilu, ketika kembali mendengar dan mengingat kejadian itu. Sangat marah!

''Hai, Katsuki!'' Aku mencoba menyapanya dengan ramah, sembari mengayun-ngayunkan tanganku ke arahnya. ''Kemarilah, sayang!'' selorohku ramah. Dan kini Katsukie telah berhasil berada di pelukanku.

Meongg....

Dia kembali mengeluarkan suara imutnya itu.

''Apa yang membuatmu kesini, sayang?'' Aku mengarahkan mataku ke wajahnya, sembari tersenyum manis. ''Apa kau juga ingin melihat bulan dan bintang-bintang yang berkilauan di sana?''

Meongg...

''Owhhh, kucing yang manis,'' Aku berdecak kagum dan gemas melihat matanya yang bulat. ''Kau sangat pintar, sayang...,''

Meongg...

''Kenapa, Katsukie, kau sepertinya mau bilang sesuatu?'' Aku mencoba mengajaknya bercanda dan tertawa. ''Lalu, kenapa kau mengibas-ngibaskan ekormu? Apa ada yang sakit?'' Aku berseloroh panjang, dan mencoba melihat ekor Katsukie. Namun, terlihat ada yang mengganjal dan aneh. Disana ada luka kering dan bercak darah lumayan banyak, yang membuatku seketika berdecak kaget. Lalu, aku mencoba memastikannya dengan seksama.

Apa? Mengapa ada bercak darah di bagian punggung dan ekornya? Pasti ada yang tidak beres dengan Katsukie...

''Owh, tidak Katsukie, sepertinya kau terluka. Apa yang membuatmu terluka? Siapa pelakunya? Aku tidak terima kamu diperlakukan seperti ini! Ayo, jawab Katsukie!'' Aku terus menatap kedua bola mata Katsukie, dan berharap dia bisa paham dengan apa yang kukatakan kepadanya. Lalu dia kembali bermeong, dan lompat dari pangkuanku. Kemudian jalan keluar dari balkon atas kamarku itu.

Blood EnthusiastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang