Chapter 5

14 12 1
                                    

Weo POV

2.30 WIB

Fix!!! Malam ini aku benar-benar tidak bisa menutup mata sedikit pun. Entah kenapa, seperti ada saja beban berat yang membentur dan berlindung ditubuhku. Rasanya ada yang mengganggu, dan seperti enggan untuk keluar dari dalam tubuhku.

Sedari tadi hanya kegiatan naik dan turun tangga yang kulakukan dengan gelagat wajah tak karuan. Rasa kantuk pun sama sekali tidak menjemputku. Mama dan Papa juga sudah tertidur pulas di kamarnya. Kini hanya aku yang masih setia berjalan dengan tujuan tak pasti si rumahku sendiri.

"Aduh, kenapa nggak bisa tidur sih? Bisa berabe nih kalau mataku bengkak besok. Mana besok ada presentasi lagi. Urghh," aku terus mendengus kesal menatapi lukisan-lukisan di ruang tamu. Hingga pada akhirnya, aku memutuskan untuk membantingkan tubuh di sofa.

Clip!

Aku menghidupkan TV ruang tamu dengan santai lalu mencari-cari channel yang pas buat disaksikan.

But...

Tidak ada satupun channel yang menarik hatiku buat ditonton.

"Apalagi deh yang harus aku lalukan? Apa nggak ada kegiatan yang enak dilakukan malam-malam kayak gini, ya?" Aku akhirnya membaringkan tubuhku di sofa, dan memandangi langit-langit atap rumah, tepat pada lampunya.

Hanya melamun dan melamun yang saat ini bisa kulakukan.

Tushh...

Namun tiba-tiba terdengar seperti suara lampu yang putus.

Ternyata benar, lampu ruang tamu yang kupandangi itu seketika mati tiba-tiba, sehingga saat ini membuat ruang tamu lumayan gelap, akan tetapi tidak seutuhnya gelap, karena ada ruang makan yang lampunya masih menyinari sedikit ke arah ruang tamu.

"Loh, kok bisa putus tiba-tiba sih?" Keluhku ketika melihat lampu ruang tamu yang mati tiba-tiba mati itu. Kemudian, aku sedikit bangkit dan setengah duduk.

"Kayak ada yang aneh deh," ucapku pelan, lalu menundukkan  kepala. "Masa bisa mati tiba-tiba sih? Nggak masuk akal banget deh. Padahal lampu itu kan lumayan bagus kwalitasnya," ujarku, sembari terus menatapi lampu yang sekarang tidak menyediakan cahaya sedikit pun. Hanya ada seberkas cahaya yang menyinari dari arah ruang makan menuju ruang tamu.

"Kok kayak ada yang nggak enak deh, ya?" Ujarku lirih, sambil memegangi leher yang mulai merinding akan sesuatu hal.

Srststsrt...

Mendadak tiba-tiba lampu ruang tamu yang tadi mati, berkelap-kelip hidup dan mati. Aku benar-benar shok sekarang.

"Loh!!!"

"Kok lampunya hidup mati gitu, sih?" Tanyaku lirih, tak berani memandang lampu yang aneh itu.

Hingga akhirnya, aku langsung memutuskan untuk berlari dan naik ke atas menuju kamar.

"Oh My God! Apa sih yang sebenarnya terjadi?" Sontak aku langsung membanting pintu kamar, karena sangking takutnya.

Drrrrrr...drrrrr....drrrr....

Ada yang nelfon?

Saat itu, aku melihat handphoneku bergetar. Pandanganku otomatis langsung teralihkan ke ponsel yang bergetar di meja belajarku.

Siapa sih yang nelfon malam-malam begini?

Aku melihat nama penelfon itu.

Hah? Fabila? Ngapain dia nelfon malam-malam kayak gini...

Lalu, aku langsung mengangkatnya dalam keadaan yang masih bingung bertanya-tanya.

"Halo, Bil!" Aku mencoba memulai pembicaraan terlebih dahulu.

"Iya, Weo!"

"Kamu kenapa telfon aku malam-malam begini? Belum tidur juga?"

"Belum nih. Memangnya kamu belum tidur juga???"

"Yah, pake ditanya lagi. Ya belumlah. Kalau misalnya aku udah tidur, ya otomatis aku nggak bisa jawab nelfonmu karena tertidur pulas dong,"

"Hehehehe, iya"

"BTW, kenapa kamu telfon aku? Hah?"

"Aku bener-bener takut sekarang Weo. Entah kenapa tadi ada saja kejanggalan yang terjadi. Mulai dari pintu rumahku yang terbuka tiba-tiba, sampe yang lebih ngerinya lagi, aku lihat ada sosok orang yang pake jubah hitam gitu di belakang rumahku. Merinding banget tau...,"

"Yang bener?"

"Beneran dong! Masa aku boong sih."

"Huh, sama aku juga,"

"Yang bener? Kok bisa sama gitu sih? Ada yang aneh,"

"Kok aku merasa kita kayak diteror gini ya."

"Sama aku juga mikirnya kayak gitu. Hmm,"

"Apa mungkin ini ada hubunganya dengan Nobara?"

"Kayaknya nggak deh. Mana mungkin ada hubungannya dengan dia. Dia aja baru kenal sama kita. Hmm, pokoknya kita juga harus tetap fokus cari tau tentang dia, Weo. Kalau ada bukti kita kasih tau aja sama Ms. Catrine. Okey?"

"Iya."

"Hmm, kamu merasa ada yang janggal nggak sih sama si Nobara? Dia beneran kayak psikopat deh,"

"Sejauh ini sih aku belum merasa seperti itu. Tapi, aku malah berfikir kalau dia itu ada ganguguan psikologis yang membuat dia sensitif dan cepat banget marah sama orang lain,"

"Oh gitu, ya. Hmm, pokoknya kita harus cari tau tentang dia sebanyak-banyaknya. Kalau perlu kasih tau secepatnya sama Ms. Catrine kalau kita tau tentang sesuatu hal. Okey?"

"Oke sip."

"Eh, BTW, aku nggak bisa tidur nih. Daritadi ada aja yang ganjel lho,"

"Sama. Eh, Bil udah dulu ya, kayaknya Mama aku bangun deh. Takutnya malah kena semprot lagi karena belum tidur jam segini,"

"Oh gitu. Ya udah deh kita sambung ceritanya besok aja,"

"Daa..."

"Bye!!!"

"Bye...,"

Tut...

Kemudian, aku langsung mematikan handphone dan menarik selimut.

Semoga aja, kejadian ini nggak akan terulang besok malam.

TAP!!!

######

Jangan Lupa Vote, Comment dan Recommend ceritaku ya guys!
Makasih...

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 12, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Blood EnthusiastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang