Chapter 4

16 14 1
                                    

Fabila POV

Hanya senyap nan mengerjap-ngerjap yang saat ini kurasakan. Malam ini terasa kian berbeda saja. Tidak ditemani orang tua maupun sanak keluarga. Begitu juga dengan teman.

Ya, wajar sekali sih kalau malam ini begitu senyap dan sepi membara. Karena jam sudah menunjukkan pukul 2.00 WIB. Sudah dini hari, aku masih duduk santai di balkon rumah tanpa ada rasa ketakutan sedikit pun. Perlahan-lahan kantuk pun mulai datang perlahan. Namun aku berusaha menahannya sekuat tenaga, karena masih ada tugas yang harus kukerjakan.

"Aduh, kok sepi banget ya jadinya." Aku memandangi langit hitam yang dipenuhi oleh bintang-bintang gemerlapan yang senantiasa menyinari manusia di malamnya.

Hoammm...

"Hmm, mana ngantuk lagi. Huh," ujarku lirih, sambil menutup mulut yang saat itu menguap dan terbuka lebar. "Mana tugas juga belum kelar lagi. Kapok deh  kalau tugas belum kelar," sambungku dengan nada yang sekarang sedikit merintih.

Kayaknya buat kopi mantap nih. Ngitung-ngitung hilangin rasa kantuk.

Kemudian aku bangkit dari kursi santai balkon, sembari turun ke bawah menuju dapur.

Karena sudah tidak tahan lagi dengan rasa kantuk yang rada-rada ingin mengelabuiku, akhirnya aku memutuskan untuk membuat kopi agar mampu meminimalisir rasa kantuk yang kurasakan.

Hap...hap...hap...!

Satu per satu anak tangga kuturuni perlahan-lahan. Hanya sepi yang saat itu kurasakan. Sesekali terdengar bunyi cicak yang berkrik dan juga tak lepas jam dinding yang berdentang di era kekuasaannya.

Hingga akhirnya aku sampai di dapur rumahku.

"Hmm, dimana ya Mom taruh kopi?" Aku terus mencari-cari dimana letak kopi yang akan kubuat nanti. Sepertinya Mom lupa memberi tahu aku dimana terakhir kali dia meletakkannya.

Oh ya, tradisi dirumahku, setiap kali ada anggota keluarga yang menggunakan sesuatu namun ingin meletakkan di tempat yang baru harus bilang terlebih dahulu kepada yang lain, agar tidak pada kecarian nantinya. Lucu ya?

"Eh, ini dia kopinya," gumamku sedikit riang saat sudah berhasil menemukan bungkusan kopi yang ternyata berada di laci atas kamar dapur.

Tanpa basa-basi, kemudian aku langsung menuangkan beberapa sendok kopi ke dalam sebuah cangkir, lalu kutaruh air panas yang benar-benar mendidih.

"Tinggal aduk deh," aku berjalan sambil mengaduk-aduk kopi yang baru saja siap kuseduh itu.

Lalu, aku memutuskan untuk duduk di sofa ruang tamu dengan santai sambil menyeruput kopi yang hangat itu.

"Aduh panas," ketusku sedikit kesal, karena kopi yang kubuat masih benar-benar panas. Hingga akhirnya aku sedikit meniup-niupnya.

Srupp...

Aku menyeruputnya dengan nikmat. Namun tiba-tiba...

Krekkk...

Aku mendengar suara pintu yang terbuka pelan dari arah belakang dapur. Mendengarnya saja sudah membuat jantungku benar-benar ingin tak sadarkan diri. Bikin merinding sekujur bulu kudukku.

Siapa coba yang buka pintu belakang rumah? Apa jangan-jangan maling? Aduhh, nggak mungkin deh kayaknya.

Aku mulai berfirasat yang tidak baik dengan pintu belakang rumah yang terbuka itu. Hingga akhirnya, aku memutuskan untuk meletakkan kopi yang baru sedikit kuminum di meja ruang tamu, berharap rasa penasaranku hilang dengan melihat siapa yang sebenarnya membuka pintu belakang rumah.

Tap...tap...tap...

Aku berjalan dengan langkah sedikit gontai menyusuri rumah, hingga sampai juga di dapur.

Aduh, gimana nih kalau benar-benar maling yang masuk ke rumahku? Mana sendirian lagi, nggak ada siapa-siapa di rumah...Kapok deh aku!

Karena sangking takutnya, kebetulan sekali di dapur ada sapu yang tersibak menyender di dinding dapur, dan aku pun meraihnya. Berharap apabila terjadi sesuatu bisa berjaga-jaga dengan sapu itu. Apalagi kalau ternyata maling yang berani masuk ke rumahku.

Tap...!!!

Aku terus berjalan menuju bagian belakang dapur, dimana letak keberadaan pintu yang tadi kudengar terbuka.

Hingga pada akhirnya aku sampai disana.

Ternyata benar, pintu itu terbuka setengah. Lalu siapa yang membukanya? Sungguh membuatku bingung.

Srekkhhh....

"Suara apa itu?" Mataku langsung tertuju pada suara rerumputan yang seperti diinjak oleh seseorang dari luar sana.

Aku terus mencari-cari bunyi misterius tersebut.

Dan ternyata...

Benar! Aku melihat ada sesosok manusia yang memakai kostum serba hitam dengan jaket yang dikenakannya. Kepalanya tampak tertutup saat itu.

Astaga! Apa lagi itu? Apa jangan-jangan dia orang yang tadi membuka pintu dapur? Oh, Tuhan, jangan biarkan dia berhasil menerorku.

Melihat fenomena sesosok manusia yang memakai baju hitam itu, lalu aku langsung membanting pintu belakang rumahku yang terbuka tadi dengan cekatan, karena sangking ketakutannya.

Loh kok nggak ada lagi?

Aku benar-benar terkejut, ketika melihat dari jendela rumah si orang misterius itu telah hilang dari semak-semak belakang rumah. Sungguh aneh.

Siapa sebenarnya dia? Apa yang dia inginkan dariku?

₩₩₩₩₩

Jangan lupa Vommentnya guys!
*maaf banget karena udah lama banget nggak UP BE (Blood Enthusiast).

Blood EnthusiastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang