07/06/18
"Apa gigimu tidak sakit, setiap saat makan makanan manis seperti itu?"
Diantara kunyahan coklat, seruputan jus apel, hembusan angin yang cukup menusuk tulang, juga sinar rembulan, Jimin bertanya. Pandangannya lurus pada batangan coklat yang digenggam Taehyung.
"Apa? oh, ini?" yang diperhatikan menggoyang-goyangkan coklatnya sambil menyengir. "Gigiku kuat, kok jadi tidak apa-apa."
"Kalau Ibuku tahu, kau sudah pasti diomeli habis-habisan."
"Kok bisa begitu?"
Jimin mengangguk. "Kebanyakan makan coklat bisa membuat sakit gigi, jadi berlubang, sakit perut, atau dia... dia apa ya, namanya?"
"Dialog?"
"Bukan! Ini nama penyakit."
"Diare?"
Sebuah kernyitan muncul bersamaan dengan gelengan cepat. Kalau diare, Jimin juga tahu!
"Ibu selalu berkata penyakit ini berhubungan dengan gula. Katanya kalau kebanyakan makan makanan manis bisa terkena penyakit ini. bahaya."
"Kalau begitu semut terkena penyakit dia... itu, dong? Semut kan suka yang manis-manis..."
"mungkin," Jimin mengangkat bahu. "Makanya jangan kebanyakan makan makanan manis."
Sekonyong-konyong Taehyung mengintip isi kantung bajunya, menemukan selusin permen, lima batang coklat, dan makanan manis lainnya. "Tapi ini enak..."
"Biasanya yang enak itu malah menimbulkan penyakit," ujar Jimin sambil mengangkat jari telunjuknya, seakan memberi sebuah peringatan. "Ibuku selalu berkata seperti itu."
Demi melihat raut wajah Jimin yang terlihat lucu alih-alih mengintimidasi Taehyung tertawa. Menghangatkan suasana yang sebenarnya sudah hangat. Ia menepuk-nepuk bahu Jimin dengan sebelah tangan sambil berujar, "Kau pasti sangat menurut pada Ibumu, ya?"
Laki-laki Park itu mengangguk, berseru "Tentu saja!" yang hanya dibalas senyuman lebar Taehyung.
Detik-detik yang kemudian berlalu hanya diisi keheningan sementara keduanya kembali disibukkan dengan makanan masing-masing. Sambil menyantap, sambil menatap langit.
Tak terlalu berbeda dengan dini hari sebelumnya, langit saat itu juga terlihat sangat indah. Bulan sempurna yang masih bertengger dengan setia melaksanakan tugasnya sebelum digantikan matahari sang sumber energi. Bintang-bintang siap mengawal, bertebaran di segala penjuru langit, memperindah.
Sungguh, Taehyung tak dapat membohongi diri bahwa ia sangat menikmati momen ini. Dimana ia menikmati keindahan bersama Jimin yang duduk di sampingnya, dengan senyum bahagia terlukis, tatapan memuja, serta wajah antusias. Lagi, Taehyung memikirkan hal itu. Apalagi ketika Jimin dengan mulutnya sendiri menyampaikan kabar itu.
"Ibu bilang kakakku sudah bangun," kata Jimin sambil tersenyum lebar sekali. bahagia terpahat pada wajahnya. "Katanya sebentar lagi kakak bisa bermain kembali bersamaku. Dengan begitu keluarga kami akan kembali lengkap, iya, kan?"
Taehyung mengangguk saja. Ia bahagia melihat Jimin dan keluarganya bahagia, tapi kebahagiaan itu menyiratkan sebuah kesedihan serta perpisahan. Kalau begitu tugasnya sudah beres, bukan? Alasannya hadir dalam kehidupan Jimin sudah terpenuhi.
Waktunya untuk menghilang, pergi.
"Jimin-ah. Kalau suatu hari nanti kita berpisah dan kau merindukanku, lihat saja langit, oke?" Taehyung mulai meracau. Sisi emosionalnya mengambil alih.
"Apa maksudmu?" tentu saja Jimin kembali bertanya dalam kebingungan tak terhingga.
"Lihat saja langit kalau merindukanku," ulang Taehyung.
"Memangnya kau mau kemana? Kita tidak akan berpisah-aku tidak mau."
"aku juga tidak mau," gumam Taehyung dengan pelan. Tentu saja, siapa yang menginginkan perpisahan? Tidak ada.
"Makanya, jangan berpisah. Kalau kau pergi siapa temanku nanti?"
Bukan Taehyung. Hoseok, mungkin?
Kenyataan bahwa Jimin akan melupakannya dan segala hal yang memiliki sangkut paut dengannya sudah cukup menjadi alasan mengapa bukan dirinya. ia akan menghilang, dan satu-satunya orang yang ada untuk memenuhinya adalah kakak Jimin. Atau mungkin seseorang lain yang akan bertemu dengan Jimin di masa depan.
Yang pasti bukan Taehyung.
Karena lihatlah. Besok-besoknya, ketika Hoseok akhirnya dipindahkan ke kamar inap yang sama dengan Jimin, adik-kakak itu sudah asyik bersenda gurau dan bermain bersama. Begitu mengasyikkan, begitu membahagiakan.
Jimin yang lebih memilih terjaga saat siang hari dan terlelap ketika malam hingga pagi menjelang. Melewati dini hari, melewati waktu bermain dengan Taehyung, melewati kenangan terakhir bersama sang sahabat yang setia.
Dan itulah tanda-tanda sebelum Taehyung menghilang: Ia mulai dilupakan.[]
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] 04:00 am ●
FanfictionJam empat dini hari, saat pasien lainnya terlelap dan terlena di alam mimpi, si kecil Park Jimin setia menunggu sobatnya muncul di ujung koridor gelap rumah sakit. ㅡ am series ㅡ16/05/18 ㅡterinspirasi dari komik DUET Yuriko Takagami, 4 o'clock, Sprin...