4 o'clock

2.7K 451 131
                                    

24/06/18

Special pakai telur dan sosis dan bakso untuk eldimara_ yang kayak nungguin cerita ini

Ps. I reckon u listen to 4 o'clock or the truthful untold or spring day while reading this (tetiba kangen wp bisa masukin soundcloud :")

"Kalau sudah besar nanti, kau ingin jadi apa?"

"Aku?" Taehyung menunjuk dirinya sendiri sambil mengangkat alis. Tentu saja bingung dengan pertanyaan yang tiba-tiba dilontarkan.

"Iya," Jimin mengangguk. "Kalau sudah besar nanti, kau ingin jadi apa?" Ulangnya.

Sebuah 'hmm' panjang terdengar selagi Taehyung menengadah menatap langit. Tentu saja saat itu arunika hampir menampakkan diri.

"...aku ingin menjadi bintang..."

"Apa?"

"Bintang... aku ingin menjadi bintang..."

"Serius?"

Taehyung mengangguk mantap. Secepat mungkin mengalihkan fokus Jimin supaya tidak bertanya lebih lanjut mengenai mimpinya. "Kalau kau?"

"Entah. Yang pasti aku ingin menjadi bermanfaat bagi orang banyak. "

"Bermanfaat bagaimana? Menjadi dokter kah? Atau guru? Atau..."

"Membuat orang lain bahagia termasuk bermanfaat, tidak?" Alih-alih menjawab, Jimin malah balik bertanya.

Tentu saja. Aku juga sedang melakukannya sekarang; membuatmu bahagia, membuatmu tidak merasa kesepian lagi...

Andai Taehyung bisa menjawab seperti itu...

Andai ia bisa mengatakan bahwa ia mendukung Jimin apapun yang terjadi nantiㅡbahkan setelah sahabatnya melupakannya dan Taehyung benar-benar menghilang.

Waktu singkat dalam menjalin persahabatan ini sangat berarti bagi Taehyung, walau harus berakhir menyedihkan...

Tidak, tidak. Ini tidak menyedihkan.

Jimin bahagia, kan? Maka Taehyung juga. Semuanya membahagiakan. Termasuk saat terakhir Jimin terbangun dan melihatnya sedang duduk di pinggir ranjang rawat di suatu dini hari. Mereka memang tidak pernah bermain bersama lagi, tapi Taehyung menikmati saat-saat terakhirnya memandangi Jimin yang terlelap damai dibalut selimut biru langit.

"Siapa kau?"

Oh, lihatlah. Kim Taehyung yang bahagia itu benar-benar dilupakan sahabatnya sendiri. Senyum getir menghiasi selagi hatinya berusaha untuk tetap tegar.

"Aku Kim Taehyung. Sahabatmu," jawabnya dengan suara tercekat. Jari-jarinya erat mencengkram pinggiran ranjang.

"Siapa?"

Jimin yang setengah sadar mengucek matanya dan kembali bertanya. Sama sekali tidak fokus untuk melakukan sebuah konversasi. Jadi yang laki-laki itu lakukan setelah menatap Taehyung untuk yang terakhir kalinya adalah tidur. Kembali rebah dan terlena di alam mimpi sementara Taehyung kembali berujarㅡkali ini lirih.

"Berbahagialah, Jimin. Selamat tinggal..."

Ia pamit. Untuk yang terakhir kalinya meninggalkan sekotak susu serta post it dengan tulisan ceker ayamnya. Kebiasaanya di setiap malam sehabis bermain, seperti yang sudah-sudah.

Sedetik kemudian sudah berjalan lesu meninggalkan kamar penuh kenangan menuju atap rumah sakit. Wanita merah sudah menunggunya di sana.

"Waktunya menghilang, Kim Taehyung," katanya dengan senyum tersungging. "Sudah pamit?"

[1] 04:00 am ●Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang