Part 4

2.5K 234 12
                                    

Krist hanya memandangi secangkir kopi hitam di atas meja tanpa berniat menyeruputnya sama sekali. Knott yang duduk di depannya hanya diam melipat tangannya di atas meja dan sedang menunggu pembahasan tentang apa yang akan diperbincangkan Krist bersamanya. Sampai iapun menghela nafas pada akhirnya karena merasa Krist terlalu diam hari ini. Bukankah Krist sendiri yang meminta bertemu, tapi justru sekarang ia hanya ditinggal melamun.

"Kalau kau tidak suka kopi hitam, kenapa kau memesannya?," tanya Knott tak mengerti. Ia bersahabat dengan Krist cukup lama dan ia juga sangat hafal betul tentang kebiasaan Krist yang tak menyukai semua hal yang terasa pahit.

"Aku ingin terlihat keren," jawab Krist tanpa mengalihkan pandangan matanya. Knott yang mendengarnya tampak tertawa, ia tidak tahu jika alasan seperti itu akan dikeluarkan Krist untuk saat ini. Sahabat Krist itu berdehem sebelum menggerakkan tangannya untuk menyentuh cangkir kopi Krist.

"Tidak, tidak.... begini biar aku jelaskan..," ujar Knott mengibaskan tangannya untuk membuat perhatian Krist tertuju kepadanya.

"Kau jangan hanya memikirkan rasa pahitnya, tapi juga nikmati rasa lain di dalam kepahitan itu sendiri. Diantara rasa manis dari gula itu, ada rasa pahit yang berbeda dari pada saat kau meminum obat. Saat kau meminum pink milk, tentu bukan hanya rasa manis yang kau rasakan seperti saat kau merasakan gula dan susu," terang Knott kalem. Ia tersenyum kecil melihat Krist menukikkan alisnya dengan wajah berpikir. Setelah beberapa saat diam dengan ekspresi seperti itu, akhirnya Krist menyerah juga.

"Aku tetap tak bisa menikmatinya. Minum ini, aku akan pesan pink milk!," Krist menyeret cangkir kopinya ke depan Knott yang kebetulan belum memesan minuman dan memanggil pelayan untuk memesan minuman lagi untuknya. Tak perlu menunggu lama, minuman berwarna pink pesanannyapun sudah datang. Krist menerimanya dan langsung meminumnya seolah ia sangat kehausan setelah berlari berkilo-kilo.

"Jika hidupmu diibaratkan secangkir kopi, apa kau juga bisa menikmati sesuatu di antara kepahitan itu?," tanya Krist yang kemudian melanjutkan acara menyedot minuman kesukaannya itu dengan penuh nikmat.

"Selalu ada pembelajaran diantara sebuah kepahitan dalam hidup, mungkin jika orang itu bisa menarik sesuatu dari kepahitan itu maka orang itu akan lebih bisa menerima dan bisa menjalaninya tanpa banyak mengeluh," terang Knott sembari mengangkat cangkir kopinya. Ia menyeruput minumannya sambil menikmati wajah berpikir Krist yang menurutnya terlihat lucu.

"Oih, tetap saja. Aku tidak paham dengan hal seperti itu. Pahit ya pahit!," decak Krist kesal. Ia sudah tak mau membahas kopi dengan Knott, hanya akan membuat kepalanya makin pusing saja.

"Ada apa? Kau sedang ada masalah?,"

"Aku selalu hidup dalam masalah. Kapan acara pernikahanmu Knott?,"

"Enam bulan lagi, mau cerita tentang masalahmu itu?,"

"Tidak, kapan-kapan saja," geleng Krist tersenyum kecut. Kepalanya berdenyut sakit jika mengingat kejadian dua hari yang lalu...

Flashback..

Saat itu Krist memasuki rumah ketika bibi Nong sedang membuka-buka album foto di ruang tengah. Wanita itu tampak tersenyum-senyum sendiri sampai hampir tak menyadari kedatangannya. Krist segera memberi wai ketika wanita itu menyadari kedatangannya.

"Sini Krist, duduk sini! Kau pasti akan gemas melihat Singto saat masih kecil dulu!," ajak bibi Nong menepuk-nepuk sofa di sebelahnya. Mau tak mau Krist berjalan menghampiri bibi Singto itu dan ikut duduk bersamanya. Ah... sebenarnya ia sendiri juga sangat penasaran dengan wajah lucu Singto saat masih kecil. Selama ini Singto tidak pernah mau menunjukkannya karena malu. Setelah bergabung dengan wanita itu, Krist langsung disuguhkan dengan gambar-gambar lucu Singto saat balita. Mungkin umurnya belum genap 3 tahun, di foto itu Singto digendong oleh gadis memakai seragam SMA yang menurutnya sangat familiar.

Touch Season 2 [Complete] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang