Part 6

2.3K 244 28
                                    

Kini semua mata tertuju ke arah Singto yang tengah berdiri menatap Jane dengan nyalang, "Jane... aku yakin kau tidak bodoh untuk memahami apa yang kau lihat malam itu. Kenapa tidak kau katakan kepada mereka?," ucap Singto tanpa mengalihkan tatapan tajamnya ke arah Jane. Semua orang di sana terkejut dengan ucapan Singto, sedangkan Jane yang sejak tadi menunduk malu itupun mengangkat kepalanya dan memandang Singto dengan tak kalah terkejutnya. Saking terkejutnya sampai membuat Krist tak sadar menumpahkan gelas minumnya. Buru-buru ia pergi ke dapur mengambil kain lap dan membersihkan kekacauan yang dibuatnya.

"Sing! Apa yang kau lakukan!?," bisik bibi Nong setengah berteriak. Ia memberi kode Singto untuk duduk kembali dan mencoba menenangkan kedua sahabatnya yang tampak bingung dengan apa yang dilakukan keponakannya.

"Aku sudah bilang aku tidak setuju dengan perjodohan ini kan bi, tapi kenapa bibi masih saja melanjutkannya? Seharusnya bibi tidak memaksaku," ucap Singto lantang.

"Dan bibi tahu apa alasannya selain aku tidak menyukai Jane?," lanjut Singto menggantung. Kedua matanya beralih menatap Krist yang juga sedang menatapnya dengan tatapan seolah memberi isyarat untuk tidak melanjutkan ucapannya. Sebuah gelengan kecil diberikan Krist, tidak melupakan tatapan tajamnya untuk memberi tanda bahwa ia sungguh-sungguh. Ia segera menghampiri Singto dan mencoba menenangkan kekasihnya.

"Sudah.....sudah Sing... Sudah cukup bercandanya. Kau sudah kelewatan... aktingmu sudah bagus untuk pementasan besok. Jadi sudah... hentikan... lihat, kau membuat mereka bingung..," canda Krist mencoba mencairkan aura aneh di sana dengan senyumannya yang dipaksakan senatural mungkin. Ia pegang kedua bahu Singto dan mencoba mendorong pria itu untuk duduk kembali. Tapi sepertinya Singto tak menurut kali ini, bahkan tubuhnya tak tergeser sedikitpun. Pria itu justru meraih salah satu tangan Krist dan menggenggamnya erat. Sontak semua orang yang berada di sanapun semakin terkejut dibuatnya. Melihat hal itu Krist mencoba melepas genggaman Singto, tapi lagi-lagi yang dilakukannya tidak membuahkan hasil karena kekasihnya itu justru semakin mengeratkan genggamannya seolah ia tak akan bisa menggenggam telapak tangannya lagi.

"Haruskah aku mencium phi di depan mereka agar mereka tahu tentang hubungan kita?," tantang Singto tak memperdulikan situasi.

"SING!!!!," bentak Krist mengibaskan tangannya. Ia mengumpat dalam hati akan sikap keras kepala Singto yang tetap tak mau melepaskan tangannya. Belum lagi ucapan Singto barusan, menambah buruk keadaan saja menurutnya.

"Kenapa? Sampai kapan phi menutupi hubungan kita? Sampai kapan phi akan menahan rasa sakit itu? Sampai kapan juga phi ingin aku menjalani hal yang aku benci ini!?," balas Singto tak bisa menyembunyikan rasa kesalnya. Selama ini ia merasa seperti orang bodoh yang harus menuruti kemauan bibi dan juga Krist yang jelas-jelas bertentangan dengan hatinya. Rasanya ia benar-benar sudah tak tahan dan ingin menyelesaikannya hari ini juga.

"Astaga... ja—jadi kalian ini—," tak hanya bibi Singto, tapi kedua orang tua Jane ikut berdiri dan memandang kedua pria itu dengan tatapan menuntut penjelasan.

"Tiga tahun aku menjalin hubungan dengan phi Krist. Dialah orang yang selama ini bisa mengisi hatiku, aku mencintainya melebihi siapapun di dunia ini," Krist mengusap wajahnya kasar mendengar penjelasan Singto. Tamat sudah... bahkan kini ia tidak berani melihat ketiga orang yang diyakininya mulai marah. 

"Jane, bukankah kemarin malam kau melihat kami berciuman?," tanya Singto bergantian menatap Jane yang masih setia di tempat duduknya. Gadis itu meremas telapak tangannya sendiri dan melihat ke sekelilingnya dengan ragu. Sebenarnya sejak tadi ia sudah bingung harus bersikap seperti apa dan kini ia harus menerima kenyataan bahwa dirinya terpojok. Tapi perlahan ia mengangguk, meskipun ia tak berani lagi memandang kedua orang tuanya yang jelas merasa terkejut, kecewa, dan marah.

Touch Season 2 [Complete] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang