Part 8

2.6K 234 45
                                    

"Sepertinya kau tidak mendengar ucapanku dulu ya," komentar Krist sinis tanpa berniat menoleh sedikitpun. Singto menghela nafasnya, tentu ia selalu mendengar apapun yang dikatakan Krist. Ia selalu menyimpan di memori otaknya tentang apapun yang dikatakan pria ini, kecuali keinginan Krist untuk menjauhinya atau menghilang dari kehidupannya. Sampai kapanpun ia tak akan pernah terima dengan hal itu.

"Mana mungkin aku bisa melakukannya. Dan kemanapun phi pergi, aku akan terus mencari phi Krist," jawab Singto sungguh-sungguh. Krist mendecak, ia bermaksud pergi lagi saat dengan lagi-laginya Singto menarik tubuhnya. Entah sejak kapan pria itu turun dari tempat tidur dan berdiri untuk membuat dirinya kini jatuh ke pelukannya. Sebuah pelukan hangat yang selama ini tak pernah dirasakannya lagi. Ia mencoba melepaskan pelukan itu, tapi Singto merengkuh tubuhnya terlalu kuat sampai iapun menyerah pada akhirnya. Dibiarkannya Singto menekan tubuhnya, menyesap aroma tubuhnya di sela ceruk lehernya dan bergumam di sana.

"Aku sangat merindukanmu phi... sangat... aku mohon... jangan siksa aku lebih dari ini... ," Krist bisa merasakan sesuatu yang hangat dan basah mengenai kulit lehernya. Tanpa melihatpun ia tahu jika Singto sedang menangis, maka iapun memilih untuk diam tanpa ada niatan untuk membalas pelukan itu.

Cklek...

Buru-buru Krist mendorong tubuh Singto keras begitu mendengar suara pintu kamarnya terbuka pelan. Sangat keras, sampai membuat tubuh Singto terjatuh dan terbaring lagi di tempat tidurnya. Singto hampir mengeluarkan protesannya saat ternyata ibu Krist masuk ke kamar untuk melihat keadaannya. Dengan segera iapun merubah posisinya menjadi terduduk.

"Bagaimana keadaanmu Sing? Apa masih pusing? Atau ada yang sakit?," tanya wanita itu khawatir.

"Dia baik-baik saja mae. Dia juga mau pulang setelah ini!," serobot Krist cepat. Ia menghampiri Singto dan menepuk-nepuk pundak Singto dengan senyum yang dibuatnya semanis mungkin. Melihat itu ibu Krist hanya menaikkan alisnya dan menatap anaknya dengan jengah. Dengan sekali sentakan wanita itu menjauhkan tubuh Krist dari Singto dan dengan tangannya sendiri ia mencoba memeriksa tubuh Singto untuk memastikan pria itu tidak demam.

"Baik-baik apanya!? Lihat dia, dia masih pucat begitu! Nanti kalau ada apa-apa di jalan bagaimana?!,"  omel ibu Krist dengan tangan yang masih memegangi wajah Singto.

"Khun... saya baik-baik saja," ucap Singto meyakinkan. Ia hanya tidak mau karena acara pingsannya tadi membuat ibu Krist khawatir. Namun sepertinya wanita itu tak mau melepaskannya begitu saja,"Mai! Bermalamlah di sini! Dua hari lagi Krist sudah kembali ke Bangkok, kalian bisa pulang bersama-sama bukan," tolak ibu Krist membuat kedua mata Krist melotot tak terima.

"Mae....!! Dia harus bekerja besok, biarkan dia pulang!," protes Krist yang sudah ogah berlama-lama melihat Singto berada di rumahnya. Berbeda dengan Singto yang ingin memanfaatkan angin segar dari ibu Krist untuk bisa berlama-lama bersama Krist.

"Sebetulnya... sudah lama saya ingin sekali berlibur di sini," tentu Krist melotot mendengar ucapannya dan pria itu kini mengumpat habis-habisan saat mendengar respon positif dari ibunya.

"Tentu saja! Bukankah di sini sangat pas untuk refreshing?,"

"Khrap!," tapi.. siapa peduli.

.
.
.
.

Singto menuruni anak tangga dengan ragu, setelah menunjukkan kamar mandi ternyata Krist sudah tak ada saat ia selesai membersihkan dirinya. Ia sempat mendengar Krist menyuruhnya untuk segera turun untuk makan dari dalam kamar mandi, tapi ia juga tak menyangka jika ternyata Krist benar-benar meninggalkannya di tempat asing ini. Seharusnya Krist menunggunya sehingga ia tak ketakutan seperti ini untuk bergabung ke meja makan bersama keluarga Krist, terutama karena tatapan ayah Krist yang lagi-lagi membuatnya gemetar. Setelah acara pingsannya beberapa saat lalu cukup membuatnya semakin tidak pede karena sudah terlihat lemah di depan ayah Krist, mungkin ia akan tersingkir dengan cepat dari posisi calon menantu keluarga Sangpotirat karena sudah gagal di testnya yang pertama.

Touch Season 2 [Complete] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang