Aku Cinta Dia Part 1

3.5K 26 1
                                    

          "Mah aku mau skula di Jakarta." kata Sivia yg menatap ibunya yang tiba-tiba kaget dan menatap tajam sivia mencari kebenaran "Aku pengen pindah mah." kata Sivia meyakinkan.

          "Gag bisa." kata mama Sivia yg sudah berkonsentrasi lagi pada sulamannya.

          "Tapi maaah..." rengek sivia.

          "Kenapa sih kamu mau pindah ke Jakarta? Disini juga banyak sekolah. Sekolah dimana saja sama. Lagian mau tinggal sama siapa di Jakarta? Anak-anak Jakarta itu bandel-bandel. Pergaulannya sudah sangat bebas. Uda bukan hal aneh lagi mabuk-mabukan, hubungan antara lawan jenis, narkoba, pergi malam ke diskotik dan banyak lagi deh." tegas mamah Sivia sambil melototin mata anaknya yg kini mulai berkaca-kaca.

          Akh ibu cerewet. Kenapa sih harus ngomong panjang lebar. Kalau setuju bilang ia klo nggak ya tinggal bilang nggak. Jadikan kupingku gag panas. Bikin harapanku menciut aja. Huh. Sabar sabar. gumam sivia dalam hati.

          Setelah beberapa menit diem-dieman akhirnya papa Sivia datang.

          "Hallo semuanya!!!" sapa papa Sivia yang tiba-tiba dipeluk Sivia dengan mata yang mengalir deras (akh mata buaya tuuh. Hhe. ^^v).

          "Loh kenapa sayang? Kok nangis?" tanya papa Sivia lembut sambil mengelus-ngelus rambut Sivia yang tergurai panjang.

          "Sivia pengen sekolah di Jakarta. Hiks" kata Sivia sambil melepas pelukannya. Tapi klo nangis sih masih.

          "Hah!! Kenapa mau pindah? Disini juga banyak sekolah bagus" kata papa Sivia yang kaget sama kaya mamanya Sivia.

          "Karena..." Sivia menghentikan alasannya. Sebenarnya sih sedang berpikir apa alasan paling jitu karna gak mungkin donk sivia ngasih tau alasan sebenarnya.

          "Karena apa?" tanya orang tua Sivia sambil menatap sivia tajam dengan raut muka yang amat penasaran.

          "Karena..." jawab Sivia sambil menatap orang tuanya dengan tatapan yang serius dan penuh keyakinan. Membuat orang tuanya semakin penasaran. Mereka sedikit mengerutkan wajahnya sebagai isyarat supaya Sivia cepet-cepet mengutarakan alasannya. Sivia mulai menghapus air matanya dan menatap orang tuanya lagi dengan tatapan yang tajam dan mulai berkata dengan penuh keyakinan "Yaaa karena Sivia pengen aja" jawab Sivia sambil tersenyum. (gubrakk... Alasana apaan tuh? Gag banget deh).

          Orang tuanya hanya geleng-geleng kepala dan mulai berjalan pergi ke kamar mereka.

          "Jadi gimana mah pah?" teriak sivia pd orang tuanya yg memang sudah lumayan jauh meninggalkan sivia.

          "ENNGGAAK" bentak orang tuanya (wuidih takut jg nih gue). Wah mata Sivia mulai mengeluarkan air mata nih. (cupcupcup jangan nasis donk. Beneran nangis loh. Gag kaya tadi. ^_<)

          "Pokoknya Sivia mau tetep pindah ke Jakarta. Kalau mama dan papa tetep gak ngijining Sivia pergi Sivia akan terus mengunci diri dikamar. Gak mau sekolah, makan, belajar, bermain, mandi, pokoknya gag mau ngapa2in. Sampai mama dan papa ngijinin Sivia. Dasar orang tua egois" teriak Sivia yang terus menangis dan berlari menuju kamarnya.

          Orang tua Sivia hanya saling bertatapan bingung gag percaya. Khawatir jg sih.

-----------------------------------------------------

          Sudah 3 hari Sivia mengunci diri dikamar.

          "Mama papa mana sih? Kok belum ketuk pintu? Sivia laper nih. Huh. Gara-gara kamu nih Vin. Awas aja nanti klo di Jakarta gak ketemu. Ckckck." Sivia malah bicara yang aneh-aneh. Hhe. Tiba tiba ada yang mengetuk pintu kamar Sivia.

Aku Cinta DiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang