(2) Drunk With U

75 13 1
                                    

Aku tidak tau berapa kali aku sudah berputar-putar di depan tembok sekolah yang tingginya 10 cm lebih tinggi dariku. Aku bergumam sekaligus berpikir bagaimana cara aku akan masuk ke sekolah di jam 9 ini. Sebenarnya, bagiku bukan masalah aku mau masuk sekolah kapan saja. Apa kau mau tahu apa yang jadi masalahnya sekarang? Kalau kau mengaku kau anak nakal di sekolah, kau pasti mengerti apa maksudku sekarang. Tentu saja guru BK yang berdiri di gerbang itu. Dia lebih cocok menjadi satpam di banding menjadi guru BK. Matanya itu, astaga, ia seperti bisa melihat siapapun. 

"Awww!" Aku menabrak seseorang. "Daniel?"

"Sssttt! pelankan suaramu kalau kau mau masuk!" Ucapnya berbisik tapi nadanya menekan.

Ia memandang waswas ke sekitar, lalu sekarang matanya hanya tertuju padaku. 

"Lebih baik kita manjat sekarang. Tembok ini cukup jauh dengan gerbang, jadi dia tidak akan bisa melihat kita."

"Kau yakin?" aku ragu.

Kepalanya mengangguk pasti. "Kau naik duluan saja ke punggungku. Aku bisa manjat sendiri."

Aku mengacungkan jempolku. Sebelum aku memulai, aku melemparkan sepatuku dan tas kami terlebih dahulu. Mataku tetap tertuju pada gerbang. Dengan sedikit takut, aku naik ke punggung pria itu. Lalu meraih pucuk tembok dan melompat ke bawah. Aku melihat ke sekeliling untuk memastikan tak ada yang melihat aksiku barusan. Aku bersyukur tak ada orang di sekitar gedung. Aku cepat-cepat memasang kembali sepatuku.

"Hyemi, dimana tasku?" Tanya Daniel setelah berhasil turun.

Aneh. Kenapa tiba-tiba tasnya hilang. Padahal aku yakin sekali, aku sudah melemparnya. Aku juga mendengar suara tas kami jatuh ke tanah. 

"Apa kalian mencari ini?"

Aku melotot, melihat tas kami sudah dalam genggaman guru BK. Aku menelan ludah berat. Sudah ku bilang, dia itu seperti bisa melihat siapapun. Seharusnya aku menyerahkan diri dari awal. Aku benar-benar menyesal mengikuti pria menyebalkan ini. Bodoh, kenapa juga aku harus percaya padanya tadi. 

Aku melotot ke arah Daniel. Ia balas melototiku, seakan berkata 'Apa lihat-lihat?!' tanpa melihatnya pun aku sudah tau kalau pria ini sejak awal tidak ingin di salahkan. 

Kami dengan terpaksa mengekori guru BK, dengan pandangan terus ke bawah. Tak sedikit aku mendengar suara para murid tengah menyoraki kami. Termasuk suara Rara yang tiba-tiba membisik di telingaku. Entah dia bilang apa, tapi aku yakin itu ejekan. Aku juga tidak tau lagi bagaimana pandangan Chanyeol yang sedang berdiri di depan pintu sambil melipat tangannya di depan pintu sekarang. Tatapannya terus mengikutiku. Ini pertama kalinya aku merasa sangat kecil melihat Chanyeol menatapku seperti itu.

"Apa yang kalian lakukan barusan!?" pekik guru BK yang membuat gendang telingaku hampir pecah. Tidak bisa ya bicara dengan pelan-pelan? 

Aku melihat raut wajah wali kelasku, Jung-Ah saem, yang tampak datar sambil menyeruput kopinya yang tersuguh dalam sebuah cangkir putih. Tak heran, ia memang sudah hafal sekali bagaimana aku sejak sekolah menengah. Karena dari aku kelas 3 menengah, dia selalu menjadi wali kelasku. Sampai aku bosan melihat wajah datarnya saat melihatku itu. Mataku melirik ke samping kiriku. Di sana pria itu tengah di pukuli rotan oleh wali kelasnya. Aku heran kalau melihat Daniel, ia adalah siswa yang masuk kelas unggul karena kepintarannya. Tapi sikapnya tidak mencerminkan otak cerdasnya sama sekali. Aku jadi ragu kalau dia memang pintar.

Kami akhirnya lega bisa terbebas dari mulu-mulut mereka. Tapi tetap saja, guru BK itu tidak ingin kami bebas dengan damai. Kami di suruh membersihkan aula sebagai hukuman karena sudah berani menaiki tembok. Aku pasrah.

"Daniel rasanya tanganku mau patah." ucapku setelah itu badanku roboh ke lantai. Sapu yang ku genggam ku lempar ke asal arah. Guru BK memang sadis, dia tidak sungkan-sungkan memberikan kami hukuman membersihkan aula yang sudah 3 tahun tidak di bersihkan ini. Aku juga tidak tau, mungkin saja aula ini ada hantunya karena saking kotornya. Seharusnya kami di bayar untuk ini. 

Stay With MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang