(4) Himself

67 9 0
                                    

Chanyeol POV

Aku memandang malas ponsel milik gadis aneh itu yang terus berdering. Ini sudah ke tujuh kalinya ponsel itu berdering. Apa dia orang sepenting itu sampai banyak orang yang mencarinya. Aku lelah meladeni orang-orang yang menelpon dengan kontak yang berbeda-beda.

Aku menghela napas. Aku tidak boleh seperti ini. Bagaimanapun aku telah berutang nyawa pada gadis ini. Aku menarik satu sudut bibirku memandang gadis aneh yang terbaring di sofaku itu. Dia itu unik. Bagaimana ia bisa melupakan siklus menstruasinya sendiri sampai, dia harus bocor di bus seperti itu.

"Eomma?" Aku membaca kontak itu.

Astaga! Apa yang sudah ku lakukan!? Sejak tadi aku mengabaikannya.

"Yeo... Yeobeoseyo?"

"Halo, Hyemi kau dimana sekarang!? Semalam kau tidak ada di rumah dan sekarang kau tidak kembali lagi. Anak ini! Apa yang kau lakukan, huh!? Cepatlah pulang!"

Reflek aku menjauhkan telingaku dari ponsel. Karena suaranya yang memekik. Aku memandang sebal gadis itu. Jadi ia belum bilang kalau malam itu dia pergi ke rumahku. Gadis ini! Dia tidak tau seberapa khawatirnya ibu karena anaknya hilang.

Seharusnya kau bersyukur, memiliki ibu yang perhatian.

Tidak seperti ibuku.

Yang menghilang,

"Maaf... Saya temannya. Ibu tidak perlu khawatir, karena Hyemi ada di sini bersama saya. Tadi dia pingsan di perpustakaan karena buku-buku tebal berjatuhan di kepalanya. Setelah melihatnya, saya langsung bawa dia ke rumah saya. Maafkan saya bu, karena tidak segera menghubungi ibu dan membuat ibu khawatir."

Hening sejenak. Terdengar sebuah helaan napas.

"Iya, tidak apa-apa, nak. Rupanya Hyemi sedang belajar. Terimakasih telah menolong Hyemi. Ibu berhutang padamu. Tolong jaga dia baik-baik ya di sana. Ibu tidak bisa ke sana karena di luar hujan. Sekali lagi terimakasih."

Aku mendengar isakkan di ujung kalimatnya itu. Sesaat aku terenyuh.

"Iya. Terimakasih ibu. Saya tutup telponnya ya?"

"Oh, iya."

🥀🥀🥀

Hyemi POV

Sesuatu membuat mataku menghangat. Aku membuka mataku.

"KYAAA!!" pekikku. Melihat sekilah cahaya kilat yang mengerikan. Setelah itu di susul dengan suara gemuruh yang menggetarkan.

Aku tidak bisa menghindari kenyataan kalau aku takut petir. Aku takut pada cahayanya yang terlihat seperti malaikat maut.

Seketika lampu padam. Aku terisak pelan. Aku juga takut gelap.

"Ada apa?" Mataku memandang Chanyeol di dalam gelap. Aku langsung mendekapnya.

Suara gemuruh itu datang lagi.

Isakku semakin kencang. Dekapanku tambah erat. Aku benar-benar benci petir. Aku benci gelap.

"Tenang Hyemi, aku di sini." Bisik Chanyeol di iringi belaian lembut di punggungku.

"Chan, aku takut."

"Jangan takut."

Mataku terpejam merasakan kelembutannya. Sesaat aku merasa tenang. Tapi ketakutan itu datang lagi kala bunyi gemuruh itu datang. Setidaknya aku tidak setakut tadi. Tadi itu benar-benar mengerikan hingga rasanya aku sulit bernapas.

Stay With MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang