Tanganku melipat, daguku mencium meja. Mataku memandang malas guru bahasa inggris yang senantiasa menjelaskan pelajaran dengan detail. Dia guru yang paling enak kalau mengajar memang. Tapi entah kenapa aku sedang tidak semangat belajar. Dari tadi pagi, mood ku buruk. Bukan karena ibuku memarahiku semalam, tapi hatiku juga ikut terbawa.
"Kau kenapa?" Bisik Rara. "Biasanya kau semangat sekali kalau sudah pelajaran bahasa Inggris."
"Kenapa? Kau mau bilang lagi pada Sehun kalau aku ini pemalas?" Aku buru-buru menutup wajahku sebelum aku lihat wajah jeleknya saat dia marah. Seharusnya aku jangan begini, lihat sekarang, dia seperti burung berkicau, marah-marah.
"Rara, ada apa?" Tanya Ahn saem, guru bahasa Inggris ku. Dia pasti melihat Rara mengomel tadi, meski berbisik.
"Tidak saem, Hyemi berusaha mengangguku belajar."
Sial, kenapa gadis ini tiba-tiba menyerang ku?!
"Aku tidak melakukan apapun saem, dia berbohong!"
"Tidak saem, aku benar. Aku tidak berbohong. Lihatlah spidol yang ada di tangannya. Dia mencoret buku catatan ku."
"Hei! Aku tidak mencoretnya! Kau--"
"Hyemi!" Gertakkan ku di potong guru.
"Keluar!"
"Tapi saem, aku--"
"Jangan kembali ke kelas sampai pelajarannya selesai. Mengerti?"
Aku berdiri. Mataku melotot ke arah Rara. Tapi gadis itu tidak menatapku. Rara brengsek, aku tau dia sengaja melakukan ini. Dia selalu berbuat semaunya sama seperti Sehun. Aku tidak mengerti kenapa dia melakukan ini. Tapi ia telah membuatku sangat marah hari ini. Dia tidak mau mengerti kalau aku ini sedang dalam suasana hati yang buruk. Ini yang namanya persahabatan? Cih, aku baru tau.
Aku menghela napas. Sekarang apa yang harus aku lakukan? Padahal materi tadi akan di ujikan dalam ujian besok. Meski aku tidak mood, tapi setidaknya aku masih mendengarkannya. Ah, aku ingin berkeliling sekolah saja, siapa tau ada sesuatu yang merubah mood ku yang makin jelek ini.
Piknik kemarin menyenangkan sekali. Semua rencana ku berjalan dengan lancar. Mulai dari membuat kimbap untuk bekal piknik, menggelar tikar di bawah pohon, dan bersepeda di sore hari. Tapi, bagian yang paling aku suka adalah ketika Chanyeol menceritakan tentang masa lalunya padaku. Dengan begitu, aku telah melihat sisinya yang lain. Aku bisa menyangkal bahwa sebenarnya dia itu bukan orang yang berjiwa pyscho seperti dugaan mereka. Aku tersenyum samar mengingat bagaimana ia menangis di pundakku. Dia terlihat rapuh sekali waktu itu. Tapi aku tidak ada niat untuk memanfaatkan kelemahannya setelah aku mengetahui semuanya. Tidak! Tidak sama sekali!
"Hyemi?"
Aku menoleh, lalu terkejut mendapati Chanyeol.
"Kenapa kau di sini?"
"A...aku, aku... Ayo ikut aku!" Aku menarik tangannya yang basah. Pasti pria ini habis dari toilet dan berniat kembali ke kelas. Maafkan aku Chanyeol, aku ingin memperbaiki mood ku sebentar. Sepertinya mood ku akan lebih baik, jika aku bersamamu.
"Hei!" Dia memberontak. Tapi terlanjur, aku sudah membawanya ke atap sekolah, tempat awal tujuanku.
"Kau ini gila ya, aku harus kembali ke kelas." Wajahnya terlihat marah sekali. Tapi entah kenapa di mataku, dia tetap terlihat imut. Aduh, bagaimana ini, dia benar-benar bisa membuat jantungku tidak beres dalam sekejap.
"Chan," aku mengadu kedua jari telunjuk, bertingkah sok imut. "Temani aku sebentar saja. Aku sedang badmood."
Ia mencengkram kedua pundakku, setelah diam sejenak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stay With Me
FanfictionSudah 9 tahun aku menjalani kehidupan tanpamu. Aku tidak pernah mendengar kabarmu selama itu. Duduk meringkuk, menangis, hanya itu yang bisa ku lakukan untuk mengenang dirimu. Aku terlihat menyedihkan. Mungkin harapan untuk bertemu memang tidak ada...