Tak Dapat Memahami Perasaan.
Benci? Sedih? Bahagia? Ataukah Marah?
Entah Apa Itu, Entah Bagaimana Itu Datang
Hanya Perasaan Yang Tau, Ingin Batin Menjerit Namun Tak Mampu Melakukan
Mulutpun Tak Sanggup Mengucapkan, Apalagi Angan, Tak Sanggup Tuk Menyampaikan
“Entah Apa Itu”~~~~ * * * ~~~~
“me..!!!” teriak jeren yang langsung masuk begitu saja kedalam kamar meidi
“apa?” jawab meidi yang tenang dan santai karena ia sudah tau bahwa jeren akan bertindak seperti itu, sangat sesuai prediksi meidi
“kita nggak buat barang buat MOS besok?” tanya jeren dengan bingungnya
“kita lo bilang elo aja ya, gue mah udah selesai dari tadi, kemana aja lo, gue cariin dirumah nggak ada ,yaudah gue ngerjain punya gue sendiri” jawab meidi sedikit kecewa
“lo kok tega banget sih me ama gue? Kenapa ngak telfon aja sih me, elah elo mah gitu ama gue” rengek jeren karena merasa meidi menjahatinya
“elo ya, nih gue udah misscall 25 kali, liat nih” jawab meidi kesal dengan menunjukkan bukti panggilan keluar pada handphonnya yang jelas terteran nama jeren dengan 25 panggilan
“ah masa sih, kok ga ada ya perasaan, bentar gue cek handphone gue dulu..” jeren yang langsung merogoh saku celananya dan mencoba memastikan apakah benar yang di tunjukkan oleh meidi terhadapnya
“loh.. kok gelap ya layarnya.. hehehe handphone gue mati me, maaf ya” melihat handphone yang dipegangnya mati jeren malah melucu dan memasang wajah cengengesan sambil meminta maaf kepada meidi
“ga kaget gue , udah kebiasaan elo itu je” dengan santai meidi menanggapi karena hafal dengan kelakuan si jeren
“cie udah nggak marah ya, kalo gitu mau dong bantuin buat punya gue” jawab jeren dengan menggoda meidi
Tak sia sia perjuangan jeren untuk merengek ke meidi agar ia mau membantunya akhirnya mereka berdua mengerjakannya bersama-sama. Setelah menghabiskan berjam jam meidi dan jeren selesai membuat tugas mereka, dan keluar untuk mencari makan bersama karena kebetulan orang tua mereka ada bisnis bersama di luar kota.
Mentari pagipun menyapa dengan kehangatan senyumannya, namun tak dapat membangunkan kedua bocah yang tertidur akibat kelelahan menyelesaikan tugas semalaman, akibat ulah kedua bocah tersebut mereka telat untuk menghadiri MOS hari kedua mereka.
“me bangun sorry gue ketiduran di rumah elo” dengan nada malas jeren berusaha bangkit dan membangunkan meidi yang tertidur disampingnya
“ah.. bentar lagi je mata gue susah di buka ini, 5 menit lagi deh” respon meidi sambil memutar badan dalam posisi tengkurap
“aelah, yaudah gue juga masih ngantuk” jawab jeren yang kembali mengambil posisi tidur
Setengah jamkemudian “kriiiiiiiiiiiiiiiiiing...”
“apaan sih ,rame banget, ganggu gue tidur, je matiin dong” teriak meidi yang mendengar jam weker kamarnya berdering
“ahhh... iya” jawab jeren yang langsung mengambil jam diatas meja
“hah!! Ini jam lo ga salah kan me?” tanya jeren kaget karena jam yang menunjukkan pukul 06.45
“enggak lah je, baru kemarin gue ganti baterainya, emang jam berapa sih sekarang?” tanya meidi penasaran, karena melihat ekspresi jeren yang terlalu lebay itu
“jam 6.45” jawab jeren dengan ekspresi serius
“what!! Mampus deh kita je, yaudah buruan pulang siap siap bakal di abisin nih kita sama para senior gila itu”
Tanpa pikir panjang meidi dan jerenpun berlari menyiapkan semua keperluan mereka sendiri sendiri. Setelah sampai disekolah ,tak jauh dari perkiraan, mereka langsung disambut oleh kakak senior mereka dan disuruh berjalan jongkok sambil memakai papan nama yang mereka buat semalam,mulai dari pintu masuk sekolah hingga halaman belakang.
“baru dateng ?”
“iya kak”
“ngapain aja jam segini baru dateng, sengaja cari gara gara ya”
“maaf kak”
“mana tanda pengenal kalian?”
“ini kak” meidi menyodorkan miliknya serta jeren
“kalian ini pacaran atau saudaraan?”
“eh itu kak ,kita temen aja kok”
“oh, tapi kok berdua terus ya”
“iya itu soalnya...”
“udah ga usah dijawab ga penting, elo jeren agatha dan elo meidina amelia”
“oh iya maaf kak”
“karena peraturan selama MOS cuma boleh pake 3 huruf buat nama panggilan, jadi nama buat lo berdua gue kasih aga ama ina oke, kalo sampe ketauan pake nama jeren ama meidina kalian bakal tanggung resikonya, paham”
“siap paham kak”
“karena kalian berdua telat buruan jalan jongkok dari gerbang sampe lapangan belakang, cepet”
“iya kak”
“eh buat jeren, kamu sampe halamam tengah aja ,ada yang mau aku tanyain”
“oke ,lakuin sekarang”
“loh tapi kak, kok nggak adil” bantah meidi
“disini gue yang ngasih aturan, elo nggak trima? Mau gue tambahin hukumannya”
“ehh enggak kak, maaf”
“nggak mau kan makannya buruan kerjain ga usah bantah”
Hari kedua meidi dan jeren dalam mengikuti MOS sangatlah berbeda, entah kenapa meidi merasa bahwa salah satu kak senior mereka memperlakukan jeren dengan spesial. Karena hal itu meidi menjadi tidak nyaman selama mengikuti kegiatan MOS hari itu.
“eh je, gue ga suka deh ama tuh senior”
“siapa yang mana me?”
“itu tuh yang cewek, judes gila tau ga”
“oh kak meilyn ,dia baik tau, gue aja tadi waktu minta tanda tangan langsung dikasih, padahal yang lain suruh ngantri dulu me”
“hah, masa sih beneran lo je?”
“iya me ,emang kenapa sih, ga ada yang aneh kok dari kak meilyn”
“enggak ,gapapa kok je, yaudah balik kelapangn yuk”
“yuk me”
Saat mereka berjalan menuju lapangan ,dari jarak kurang lebih 5 meter didepan mereka ada 3 orang senior yang salah satunya adalah senior tergalak menurut sebagian besar siswa namun tak segalak itu menurut jeren, iya ,meilyn siren berjalan bersama ke 2 orang senior lainnya dan menghampiri jeren yang berjalan bersama meidi dari arah kantin.
“eh aga sama siapa kamu namanya?” teriak meilyn dari kejauhan
“ina kak”
“iya kalian ,ngapain sih gue liat dari tadi berdua mulu, jangan jangan kalian beneran pacaran ya?”
“enggak kok kak kita abis dari kantin aja tadi” jawab jeren santai
“oh kantin ya, yaudah cepetan lo balik ke lapangan lagi”
“iya kak” jeren berjalan pergi bersama meidi dibelakangnya
“eh eh.. ina mau kemana lo, siapa yang suruh lo pergi gitu aja?”
“eh iya kak maaf”
“lo ikut gue sekarang”
Perasaan meidi menjadi tidak karuan, hingga pikiran jelekpun muncul begitu saja di kepalanya.
“aduh mau diapain nih gue, jangan jangan....” pikir meidi, belum sempat ia membayangkan apa yang akan dilakukan seniornya ia sudah disuruh untuk melakukan suatu hal
“sekarang lo nyanyiin lagu balonku yang keras di tengah halaman sekolah ,buruan cepet”
“loh kenapa kak, salah saya apa ya?”
“gausah pake nanya ,cepetan”
“iya kak”
“balonku ada lima ,rupa rupa...”
“yang keras woy, gue nggak denger”
“BALONKU ADA LIMA RUPA RUPA WARNANYA ,HIJAU KUNING KELABU MERAH MUDA DAN BIRU, MELETUS BALON HIJAU ,DOR.. HATIKU SANGAT...”
“udah udah cukup nggak enak ah suara elo, fals banget, udah balik ke lapangan sana gih”
“iya kak”
“lari cepetan woy,lelet banget” teriak meilyn terhadap meidi
Setelah kejadian hari itu meidi merasa benar benar ada yang aneh dengan sikap seniornya yang satu itu, ia merasa bahwa ia diperlakukan seperti itu bukan karena ia punya kesalahan namun tak lain karena kesengajaan dari mereka untuk memperlakukan meidi seenaknya.