Ternyata Dia Suka Dengannya

11 3 0
                                    

Selamat membaca
Jangan lupa tinggalkan jejam berupa vote dan komennya ya!
Salam sayang -author-

"Ternyata harapanku sirna saatku mendengar pahitnya fakta yang ada."

****

"Sudah sore. Aku tidur terlalu lama."

Sejak aku bangun hpku berdering terus menerus. Langsung ku ambil hpku yang sedari tadi ku letakan di atas meja dan aku segera melihat WhatsApp yang ramai.

Ku baca satu demi satu hingga ku temukan sebuah kata mengejutkan untukku.

Grup Main (WhatsApp)

Pratama
Cie ada yang jadian nih.

Litha
Iya nih ada yang jadian. Btw kok yang baru jadian nggak nongol ya?

Arya
Brisik amat sih lu pada!

Randi
Eh yang jadian dateng. Pasangannya mana nih? #Sari

Sari
Eh nama gua lu ikut-ikutin ngapa?

Pratama
Cie yang baru jadian sama Arya. Sari ❤ Arya.. jodoh banget dah.

Arya
Jangan nyebar nyebarin gitu dong bro.

Fatma
Cie.. akhirnya ngaku juga lu.

Entah mengapa tiba-tiba aku merasa ada yang salah dengan hatiku. Aku seperti terpuruk, lemas, dan merasa tak ingin melakukan apa apun. Sebenarnya ada apa dengan diriku?

(WhatsApp)
Sari
Tika... aku jadian sama Arya.

Tika
Selamat ya.. aku ikut seneng deh kalau gitu..

(WhatsApp)
Arya
Tika..

Tika
Ya.. kenapa Arya?

Arya
Akhirnya aku jadian juga sama Sari.

Tika
Kalau begitu aku ikut senang

Arya
Tika. Kamu maukan jadi sahabatku? Kitakan sudah saling mengerti satu sama lain. Maukan?

Tika
Iya.. mau Arya.

Itulah percakapam singkat antara aku, Arya, dan Tika. Yap aku masih mrrasa tidak enak hati. Mungkin memang benar seperti apa yang dikatakan teman teman bahwa aku menyukai Arya.

Grup Kelas (cewe) (whatsapp)
Nabila
Kasihan banget sih Tika. Cuma dipaberin doang sama Arya.

Fatma
Iya bener tuh. Masak deketnya sama siapa jadiannya sama siapa?

Naya
Emang tuh. Padahal catikan Tika dari Sari.

Tika
Eh. Kok jadi pada ngomongin aku sih? Aku sama Arya itu cuma sahabat, nggak lebih kok.

Yaya
Oh.. gitu.

Mau bagaimana lagi? Aku hanya dia anggap sebagai sahabat. Aku bisa mengerti, tak seharusnya aku berharap pada hal yang tak pasti. Setelah putus dengan Rifqi aku patah hati karna Arya. Ku tak bisa mengerti semuanya.

(WhatsApp)
Pratama
Tika. Gua ajak ketemuan hari ini mau nggak?

Tika
Dimana?

Pratama
Di Restoran S******. Gimana Tika? Mau?

Tika
Ok. Jam berapa?

Pratama
Jam setengah 12 aja ya. Kan sekalian makan siang.

Tika
Ok.

Sekarang waktu menunjukkan pukul 11. Aku bangun dari tempat tidur dan memberi tahu mama bahwa aku akan pergi. Saat aku menuruni tangga aku mendengar suara bicara antara mama dan entah siapa orang yang bersama mama itu.

"Ma.. mama."
"Tika. Sini sayang. Baru saja mama akan memanggilmu turun." Ucap mama.

Kemudian aku bergegas menuju ruang tamu. Dan tak ku sangka mama sudah duduk bersama Pratama.

"Sini sayang. Ini Pratama bilang sama mama dia ingin mengajakmu pergi." Jelas mama.
"Iya Tika. Ayo siap siap dulu." Ucap Pratama singkat.
"Iya. Aku ke kamar dulu."

Ku tak mengerti. Mengapa akhir akhir ini Pratama selalu mengajakku kemana mana? Dia juga sering melemparkan candaan candaannya padaku. Padahal dia tak pernah mau yang namanya mengenal wanita.

Waktu menunjukkan 11.15 dan aku pun turun menghampiri Pratama yang sedang asik berbincang dengan mama. Ingin sekali aku mrngerti apa yang mama dan Pratama bicarakan. Namun, ah sudahlah.

"Pratama aku sudah siap."

Matanya melirik ke arahku. Dan tanpa sadar dia tidak berkedip sekali pun saat melihatku.

"Nak Pratama. Kenapa?"
"Eh.. tidak apa apa bu."
"Saya ajak Tika pergi dulu ya bu."
"Iya inget pulangnya jangan sore sore. Besok kaliankan sekolah."
"Iya." Aku dan Pratama mrnjawab bersamaan.

***

"Ternyata lu asik juga diajak bercanda Tika."
"Emang lu kira gua anaknya nggak asik gitu?" Jawabku agak sinis.
"Bukan gitu."

Saat asik berbincang kita terkejut akan suara seseorang yang tiba-tiba berdiri di dekat meja kita.

"Hai kalian." Sapa Sari.

(Tanpa jawaban)

"Malah bengong ih." Kata Arya.
"

Hai juga." Jawabku.
"Lu berdua di sini juga?" Tanya Pratama.
"Iya."
"Cie... yang habis jadian. Ups..."
"Apaan sih?" Jawab Sari.
"Ya udah deh gua sama Sari pergi dulu ya!"
"Iya." Jawabku serentak dengan Pratama.

Kemudian kami memesan makanan dan berbincang bincang.

"Lu suka ya sama Arya ya?"
"Maksud lu apa?"
"Bener lu suka dia?"
"Tadinya sih gua ngrasa gitu. Tapi ternyata perasaan itu sekarang cuma sekedar sahabat aja."
"Terus sekarang lu jadi tempat curhat mereka berdua dong?"
"Iya. Gua harus siap jadi tempat curhat mereka. Walau sebenernya entah kenapa gua rasa gua nggak terima sama kenyataan ini."

Kemudian kami berdua makan dan segera pulang. Semua perhatiannya membuatku terpukul dan terpuruk. Ingin sekali ku ungkapkan perasaan ini. Namun, apalah dayaku aku hanya bisa diam tanpa kata. Memendam semuanya.

****

"Tika. Lu sakit ya?"
"Lu tau dari siapa Pratama?"
"Gua tau dari nyokap lu."
"Iya gua sakit."
"Jangan dipikirin terus Tika. Masih banyak cowo yang lebih baik dari dia. Kayak gua ini. Cowo di depan lu."

Aku terdiam tanpa kata. Apa maksudnya dia mengatakam seperti itu? Aku tak tau apa yang dia katakan. Aku masih tak bisa fomus dengan semuanya.

"Maaf. Maksud gua tu. Kan masih ada gua yang bisa nemenin lu jadi jangan sedih. Oke?"
"Oke. Makasih."

Kemudian kami berjalan melewati lorong sekolah dengan banyak pasang mata memangdang dan banyak kata yang terucap tentang kami yang sedang berjalan bersama.

Gua sayang lu Tika... Ucap Pratama lirih.

Aku mendengar apa yang Pratama katakan. Tapi aku tak merasakan apa pun. Mungkin lama kelamaan aku akan merasaka rasanya jatuh cinta yang sebenarnya pada orang yang tepat juga.

Sampai di pintu aku terkejut dan......

Segini dulu ya.. sampai jumpa..
Jangan lupa tinggalkan jejak

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 24, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

KISAHKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang